Vincent Liong answer to Sinaga Harez Posma:
Saya sangat berharap sdr Sinaga Harez Posma mengadukan kasus ini ke
kepolisaian secara resmi kalau bernyali agar saya ditindak.
Sebab dalam aturan kepolisian pengkonsepan suatu kronologis tanpa
adanya bukti kongkrit keberadaan korban akan dianggap sebagai fitnah
sehingga kami dapat mengajukan tuntutan atas perusakan nama baik. Sdr
Sinaga Harez Posma bisa menggunakan hal ini untuk memeras keluarga
saya, tetapi jika bukti tidak kuat maka bisa digunakan untuk memeras
sdr Sinaga Harez Posma. Pihak Vincent Liong juga punya pengacara kok
sdr Sinaga Harez Posma.
Juga soal pembahasan kasus yang bersifat penyakit tentu ada
perhitungan kronologis waktu terjadinya penyakit. Dalam asuransi
kesehatan misalnya seorang berpenyakit kritis yang sudah ada sebelum
ikut asuransi tetapi tidak jujur mengatakan keberadaan penyakit tsb
dapat dikenai sangsi yaitu tidak digantinya biaya asuransi. Dalam
kasus si M, dia sudah tahu bahwa dirinya menderita manic depressive
cukup lama bahkan sebelum ditangani Vincent Liong.
Nah, saya sempat bertanya soal:
1. apa itu manic depresif dalam bahasa psikologi,
2. apa ciri-cirinya,
3. bagaimana cara menanganinya dalam ilmu psikologi,
4. dan bagaimana ciri-ciri kalau seorang manic depresif dikatakan sembuh.
: sdr Sinaga Harez Posma tidak menjawab, malah melencengkan lagi ke
masalah korban dan ke masalah kepolisian segala adalah untuk
mengecohkan pembaca yang tidak paham betul ilmu psikologi pada 4 point
ini.
2. apa ciri-cirinya,
Jawab: Ada siklus rutin muncul hingga hilangnya suatu bentuk depresi
dalam jangka waktu tertentu.
3. bagaimana cara menanganinya dalam ilmu psikologi,
Jawab: Ada terapi jangka panjang, bisa bertahjun-tahun itupun tidak
ada istilah sembuh total karena manic depresif ini penyakit kambuhan
yang kalau ditriger maka akan bisa muncul kembali.
4. dan bagaimana ciri-ciri kalau seorang manic depresif dikatakan sembuh.
Jawab: Berhenti memunculkan suatu bentuk depresi dalam jangka waktu
tertentu. Selama jangka waktu tidak munculnya depresi tsb maka
dianggap sembuh, tetapi tetap bisa kambuh kembali kapan saja bila
ditriger.
Karena point inilah maka kompatiologi tidak bisa disalahkan.
Saya sarankan Sinaga Harez Posma merancang penipuan yang sedikit lebih
pintar: Cari orang yang hampir mati tetapi tidak tampak secara fisik,
ikutkan dekon lalu mati dalam beberapa hari, lalu tuntut saya.
Kalau Sinaga Harez Posma ini orang yang gentleman dan tidak asal omong
doank maka saya menunggu dalam seminggu saya dijemput polisi di rumah
untuk kasus ini. Bila itu tidak terjadi maka bung Sinaga Harez Posma
bisa dikatakan sebagai ahli OMONG DOank ...
Ttd,
Vincent Liong
Email sebelumnya..
e-link: http://groups.
--- In vincentliong@
--- In psikologi_transform
<vincentliong@
>
> Di bawah ini saya sudah melampirkan penjelasan Leonardo Rimba tentang
> kasus si M. Masalah manic depresif si M telah dideritanya sejak tahun
> 2004-2005 lalu baru ikut dekon di tahun 2006 akhir dimana manic
> depresif si M sudah tambah parah. Tujuannya adalah mencari kemungkinan
> lain siapa tahu bisa sembuh. Jadi kasus si M ini tidak bisa dijadikan
> contoh korban dari dekon-kompatiologi.
>
harez:
Penjelasan Mas Leo itu adalah postingan yang menjadi awal
diskusi-diskusi selanjutnya. Adalah salah satu kebiasaanmu untuk
menyusun dan mengemukakan argumentasi sedemikian rupa sehingga
seolah-olah mendukung pemikiran/pendapatm
mendiskreditkan orang lain. Apakah fuzzy logic yang kau pergunakan,
saya tidak tahu persis? Yang saya tahu, "penyesatan" dan
"penyelewengan" umumnya berada pada situasi/kondisi yang keruh/kacau,
sehingga orang mengalami kesukaran dan atau kemalasan untuk berpikir
mana yang baik dan yang benar.
Mari kita jernihkan secara kronologis (berita acara pada penyidikan
kepolisian, disusun secara kronologis). Berikut saya petikkan
kutipan-kutipan yang saya anggap merupakan inti dari postingan yang
bersangkutan (isi lengkapnya dapat dilihat pada masing-masing link
yang diberikan).
Tulisan Mas Leo (Tue Mar 13, 2007 3:08 am), sebagaimana yang kamu
kirimkan.
Mbak M tidak menyalahkan dekon yang diterimanya. Problem yang
dihadapinya memang sudah ada sebelum di dekon. Dan tetap ada setelah
di dekon. Saya cuma membandingkan saat dia baru saja di dekon dan
telpon saya untuk bilang:
"Gw baru di dekon sama temen lu, dan gak bisa tidur seminggu."
Mungkin itu termasuk fase euphoria yang dialaminya, karena saat itu
suaranya di telpon terasa tenang.
Dan itu saya bandingkan dengan situasi dua bulan berikutnya ketika
dia menelpon saya sambil nangis-nangis dan bilang bahwa rasanya dia
ingin bunuh diri saja. Dia merasa tidak ada orang yang mengerti dia,
dan bahkan dia sampai berantem dengan Vincent di telpon.
Mungkin saya bisa menghadapinya dengan lebih tenang karena saya lebih
tua. Dan memang akhirnya saya memberikan dia satu solusi yang mungkin
akhirnya dijalaninya juga.
Setelah kejadian satu bulan lalu itu, Mbak M tidak menelpon saya
lagi. Saya tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan dia. Apakah
akhirnya dia menjalankan solusi yang saya sarankan. Atau akhirnya dia
bunuh diri juga. Soalnya tidak ada kabar beritanya lagi.
Gimana Vinceeeenntttt.
I only hope that she is well. Body and soul.
All the Best,
Leo
HP: 0818-183-615
Sumber:
http://groups.
Tulisan kamu (Tue Mar 13, 2007 3:17 am) membalas tulisan Mas Leo
tersebut di atas.
Jakarta, 10 Maret 2007 jam 00.07 mbak 'M' telah meng-SMS Adhi
Purwono yang isinya sbb:
"Gw nga akan pernah rela ketika elo dan Vincent mengambil jiwa gw, gw
nga ikhlas, kembalikan gw yang dulu, semoga tuhan membalas."
Jadi beginilah nasib mbak 'M' saat ini. Sungguh kejam Vincent
mengambil jiwa mbak 'M'...
Ttd,
Vincent Liong
Sumber :
http://groups.
Tulisan Mas Leo (Tue Mar 13, 2007 3:08 am), menanggapi informasi yang
kamu berikan.
Wah, kok tambah parah sich? Saya bukan psikiater, tetapi setidaknya
saya bisa juga melihat bahwa saat ini situasi kejiwaan Mbak M tambah
parah. Dilihat dari sms-nya itu, itu gaya tulisan orang yang terkena
paranoid (salah satu jenis schizophrenia)
Sumber:
http://groups.
Setelah postingan mas Leo tersebut, kemudian ada komentar dari
beberapa rekan tentang kasus tersebut. Ada Mas Goen, ada Mang Iyus,
ada Mas Ridwan, dan sebagainya. Saya kutipkan salah satu sebagai
contohnya.
Komentar dari Mas Tuhantu atas komentar dari Mas Leo tersebut di atas.
Thank you sharingnya Mas Leo....
Nah akhirnya ½contoh kasus½ itu terkuak jua...
Sumber :
http://groups.
Baru setelah beberapa tanggapan itu, saya ikutan komentar (komentar
ini saya lihat juga sempat dikutip sama mas Pabrik dalam salah satu
postingannya.
Kalau kondisi Mbak 'M' seperti yang Vincent uraikan
(juga seperti yang Mas Leo ceritakan), saya ikut prihatin.
Saya menganggap, itu terjadi bukan karena ada niat jahat
atau kesengajaan dari Vincent Liong. Keterbukaan Vincent Liong
mengenai kasus ini jelas mengindikasikan hal itu.
Besar harapan saya, secara bersama-sama kita dapat mencarikan jalan
keluar untuk kasus Mbak 'M' ini. Mas Goen dan Mas Leo, mungkin bisa
membantu untuk memotori pencarian jalan keluarnya. Mungkin Pak
Ngurah, Pak Agus, atau rekan-rekan lain ada yang bisa bantu urun
pendapat.
Dengan keterbatasan yang ada (beberapa hari ini padat banget jadwal
saya), sebisa mungkin saya juga akan coba urun pendapat.
Saya pernah baca, suatu yayasan (padma kalau tidak salah)tampaknya
punya pengalaman menangani kasus yang seperti itu.
salam,
harez
Sumber:
http://groups.
Apakah aku menjelek-jelekkanmu atau memfitnahmu Vincent ?
DIMANA OTAKMU, DIMANA EMPATIMU ? Ha...ha...ha.
Vincent ? :)))))))
Concern saya :
MENGAJAK MENCARI SOLUSI DAN MENGHINDARI DAMPAK NEGATIF (korban dalam
tanda kutip).
Kemudian Mas Leo memberikan tanggapan positif atas ajakan saya tersebut.
Ya, kasus seperti ini menjadi pelajaran agar tidak terulang lagi,
sebab sebagian orang (masih) berharap agar praktek dekon bisa bekerja
seperti magic terhadap si terdekon. Apabila si terdekon memiliki
masalah berat, maka praktek dekon terhadapnya diharapkan akan
membantunya untuk bisa melihat masalah dengan lebih jelas. Dengan
kata lain, membantu penyelesaian masalah.
......
Perlu kehati-hatian. Saya terutama mengamati dengan cemas cabang
Bandung itu yang jelas belum melewati periode tiga bulan. Menurut
saya, mereka belum stabil. Dan mereka belum bisa membedakan apakah
calon terdekon itu orang yang stabil secara fisik dan kejiwaan,
ataukah cuma ingin tahu saja, ataukah termasuk mereka yang bermasalah
dan ingin penerapan dekon bekerja seperti magic untuk mengenyahkan
masalah mereka dengan seketika?
Sumber:
http://groups.
Setelah itu, terjadi diskusi lanjutan, yang tidak saya ikuti karena
kesibukan saya. Dalam salah satu diskusinya dengan Mas Goen, Mas Leo
antara lain menuliskan ( Thu Mar 15, 2007 3:49 am )
Vincent memiliki beberapa orang dengan gejala-gejala yang mirip
dengan Mbak M. Dan ini sudah ada dan ditangani bahkan sebelum ada
istilah "Kompatiologi"
pasien Vincent, apalagi yang cerewet dan rese seperti Mbak M ini.
Tetapi Mbak M termasuk "stubborn" juga sehingga, walaupun sering
telpon darinya tidak saya angkat, dia tidak jera-jeranya menelpon
saya terus, apalagi ketika sedang "kumat". Bayangkan, telpon dari dia
bisa masuk setiap saat, termasuk jam 2 pagi, jam 4 pagi, dsb... Ini
kasus manic depressive yang typical.
Sumber:
http://groups.
Nah ... tulisan Mas Leo yang terakhir inilah yang menjadi
acuan/referensi untuk menyatakan bahwa Mbak M bukanlah satu-satunya kasus.
Setelah kita urut secara kronologis, apakah jelas siapa memfitnah
siapa, siapa yang memutarbalikkan fakta ? Kode etik mana yang aku
langgar Vincent ? Coba renungkan, bila perlu minta bantuan orang
tuamu, Isti atau teman-temanmu yang lain.
Pertanyaan saya : SIAPA YANG MEMANIPULASI DATA ?
Hua....ha...
Sudahkah kamu berdoa hari ini ?
salam,
harez
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar