Jumat, 29 Februari 2008

[psikologi_transformatif] Re: Aku prajurit Amerika

U pikir tentara US yang ditawan Taleban di perlakukan manusiawi?

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Ahmadi Agung"
<Agung@...> wrote:
>
>
> James Yee
>
> "Aku prajurit Amerika, seorang warga negara, dan seorang patriot.
Tapi dalam tatapan kecurigaan, aku minoritas sesat yang tidak
memiliki hubungan inklusif dengan pemerintahan nasional Amerika. Aku
hanya seorang muslim." Demikian Yee menulis di bagian akhir
kesaksiannya atas kebrutalan tentara Amerika atas dirinya dan tawanan
muslim yang lain.
>
> James Yee adalah seorang mualaf lulusan West Point, akademi militer
paling bergengsi di AS. Mulanya, ia adalah pemeluk Kristen Lutheran.
Ia memilih untuk memeluk Islam ketika ke Suriah. Setelah lulus dari
West Point ia bertemu dengan seorang wanita bernama Huda yang
kemudian menjadi istrinya. James Yee lulus dari West Point pada tahun
1990, mengabdi di Angkatan Darat AS selama empat belas tahun,
termasuk tugas di Arab Saudi pasca-Perang Teluk I. Setelah memeluk
Islam pada tahun 1991, ia belajar Islam dan bahasa Arab di Damaskus-
Suriah selama empat tahun. Ia telah dua kali menunaikan ibadah haji
ke Makkah.
>
> Pada awal 2001, dia kembali ke dinas militer di tengah sentimen AS
yang kuat terhadap Islam pasca tragedi WTC. Di penjara Guantanamo
(Gitmo) dia ditugaskan sebagai ulama militer (chaplain) yang melayani
seluruh tahanan yang semuanya muslim. Penjara Gitmo yang berada di
Kuba adalah tempat meringkuknya tawanan yang dituduh berkomplot
dengan Osama bin Laden dan mantan Pasukan Taliban.
>
>
> Ketika tiba di Guantanamo, Yee menemukan banyak sekali kebrutalan
yang dilakukan terhadap orang-orang Muslim yang menjadi tahanan di
sana. Namun karena awalnya ia menganggap kebrutalan ini dilandasi
oleh ketidaktahuan, Yee justru memandang kondisi ini sebagai
tantangan baginya. Yee tidak hanya ingin memberikan pelayanan
spiritual kepada para tahanan, namun ia juga ingin mendidik para
personel militer AS tentang Islam.
>
> Sayangnya, hal inilah yang menyeretnya ke dalam kubangan masalah.
Karena memperlakukan para tahanan dengan hormat dan bermartabat,
bicara yang baik-baik tentang Islam, serta memimpin kegiatan-kegiatan
keagamaan, Yee malah dipandang sebagai teroris, dipandang sebagai
musuh.
>
> Karena James Yee seorang Muslim, ia dicurigai dan diperlakukan
semena-mena olah para prajurit lain. Para prajurit itu mengabaikan
perintah-perintahnya sebagai Kapten Angkatan Darat AS. Ini merupakan
tindakan indisipliner, namun tak ada tindak lanjutnya. Ini
membuktikan bahwa seorang Muslim tidak bisa menjadi tentara sungguhan
di AS, apalagi menjadi perwira.
>
> Sebagian besar kebrutalan yang dilakukan terhadap James Yee dan
para tahanan lain di Guantanamo merupakan tanggung jawab Jenderal
Geoffrey Miller, orang yang berkuasa di Guantanamo. Jenderal Miller
sepertinya punya dendam dan kebencian pribadi terhadap Yee dan kaum
Muslimin. Entah apa motifnya.
>
> Keyakinan Kristen Miller sendiri yang radikal dipercaya ikut andil
dalam segala tindak-tanduknya di Guantanamo. Namun, sayangnya, James
Yee-lah yang menghadapi dakwaan kriminal, buka Miller. Yee-lah yang
terpaksa mengundurkan diri, bukannya Miller. Padahal Miller-lah-
beserta sejumlah perwira senior lainnya-yang seharusnya dipecat
dengan tidak hormat dari dinas militer.
>
> Kekerasan dan perilaku tidak manusiawi yang bertubi-tubi
mengakibatkan beberapa tahanan harus pingsan dan mencoba bunuh diri.
Pelecehan terhadap Islam dipertontonkan oleh para penjaga. Alquran
dilempar, ditendang, diinjak dan dirobek. Lemparan batu juga
dilakukan pada tahanan yang sedang shalat berjamaah. Di Kamp X-ray
dan Delta tahanan dipaksa berlutut berjam-jam di bawah panggangan
matahari, sementara kaki dan tangan diborgol. Jika meratap minta
minum, maka para penjaga memberinya tendangan. Tidak hanya itu,
tahanan juga disuruh mandi air kencing dan kotorannya.
>
> Amerika rupanya enggan menerapkan Konvensi Jenewa kepada tahanan
muslim di kamp militer Guantanamo.
>
> Penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap tahanan muslim di
Penjara Guantanamo bukanlah isapan jempol. Ratusan orang yang
terkurung di kamp militer Amerika Serikat itu mendapat perlakuan
sangat tidak manusiawi.
>
> James Yee membeberkan kekejaman tentara Amerika di Penjara
Guantanamo berdasarkan kesaksiannya saat bertugas di sana. Pelecehan
dan pembunuhan karakter dialaminya. Hanya karena Yee beragama Islam
dan berusaha berbuat lebih beradab. Juga karena ia seorang imam
muslim-dai (pendakwah)- di lingkungan militer Amerika yang berupaya
meluruskan kekeliruan pemahaman tentang Islam kepada temannya sesama
prajurit. Kisah tragis yang dialami Yee, tentara Amerika keturunan
Cina berpangkat kapten ini, berawal dari masa dinasnya di Guantanamo.
>
> Dalam kurun 10 bulan bertugas di Kamp Delta-sebutan untuk delapan
blok penjara itu-ia menjadi saksi kekejaman yang dialami para
tahanan. "Bahkan mereka tidak mendapatkan perlindungan seperti yang
tercantum dalam Konvensi Jenewa," papar Yee memberi kesaksian.
>
> Pemerintahan Presiden George W. Bush dan kalangan militer enggan
menerapkan konvensi itu kepada tahanan muslim yang disebutnya sebagai
teroris. Para "pejuang" muslim, musuh Amerika dari berbagai negara,
tidak memperoleh haknya sebagai tahanan perang.
>
>
> Dapat dipastikan, penganiayaan terhadap tahanan dan pelecehan kitab
suci Al-Qur'an kerap terjadi saat tahanan menjalani pemeriksaan.
Polisi militer di penjara sering menggunakan lembaran Alquran untuk
membersihkan lantai. Aku sering menemukan sobekan lembar Alquran di
lantai. Hampir setiap hari terjadi pertikaian keras antara penjaga
dan tahanan yang berujung penyiksaan. Terkadang prajurit Amerika yang
bukan muslim sengaja membuat keributan selagi tahanan tengah
beribadah.
>
> Tak jarang pula tahanan dipaksa meninggalkan shalat untuk menjalani
pemeriksaan. "Lambat laun aku sadar bahwa usahaku untuk memberikan
pengajaran tentang toleransi membuat kecurigaan mereka semakin
dalam," tulis Yee. Dan siapa pun yang bertugas di kamp itu harus
tetap menjaga kerahasiaan tentang apa pun yang dilihat dan dialami.
>
> Diam-diam, gerak-gerik prajurit yang bertugas pun selalu diawasi
oleh agen rahasia pemerintah, baik dari FBI maupun badan intelijen
militer. Yee yang sejak masuk Islam menambahkan Yusuf dalam namanya,
tak luput dari pengawasan. Hingga akhirnya, Yee diciduk pada 10
September 2003 di Bandara Jacksonville, Florida.
>
> Selama 10 hari dia dikurung di sel dan diperlakukan seperti
tahanan. Diperiksa dengan telanjang, tidak diberi makan, diborgol
tangan dan kaki, pengaburan panca indera, serta perlakuan lainnya
tanpa mempertimbangkan bahwa dia adalah seorang perwira angkatan
darat.
>
>
> "Mereka tidak peduli pangkatku kapten, lulusan West Point, akademi
militer paling bergengsi di Amerika Serikat. Mereka tidak peduli
agamaku melarang telanjang di hadapan orang. Mereka tidak peduli
belum ada dakwaan resmi terhadapku. Mereka tidak peduli istri dan
anak-anakku tidak mengetahui keberadaanku.
>
> Mereka pun jelas tidak peduli kalau aku adalah warga Amerika yang
setia dan, di atas segalanya, tidak bersalah".
>
> Sejak saat itu, beragam tuduhan dilontarkan untuk menjeratnya.
Pengkhianatan, persekongkolan dengan teroris, hingga isu
perselingkuhan ditebar. Sejumlah koran Amerika sendiri sempat
terjebak pada kekeliruan informasi yang disebar intel.
>
> Mereka menyebut Yusuf Yee sebagai antek Taliban. Isu perselingkuhan
yang sengaja ditebar ke koran nyaris menghancurkan rumah tangganya.
Teror dan fitnah juga dilancarkan agar istrinya juga turut
membencinya.
>
> Istrinya menggenggam pistol di tangan yang satu dan dua butir
peluru di tangan lainnya. "Ajari aku cara menggunakannya," bisik
wanita itu melalui telepon dari apartemen mereka di Olympia,
Washington. Dari semua hal yang pernah dilalui James Yee-penahanan,
tuduhan spionase, 76 hari di dikurung di sel isolasi-ini adalah yang
terburuk.
>
> Rasa takut membadai di dadanya saat bicara di telepon dengan
istrinya. Sebagai seorang ulama militer, Yee telah dilatih untuk
mendeteksi dan mencegah tindakan bunuh diri. Yee tahu bahwa kondisi
Huda telah kritis.
>
>
> Istrinya itu telah menemukan pistol Smith & Wesson miliknya yang
disimpan di tempat tersembunyi di dalam lemari. Huda sudah
merencanakan ini. Yee merasa tak berdaya...
>
> Yang lebih mencengangkan, ada anak di bawah umur dijebloskan ke
penjara ini dengan tuduhan sebagai anggota jaringan teroris. Seorang
di antaranya adalah Omar Khadir, bocah muslim asal Kanada yang baru
berusia 15 tahun.
>
> Kesaksian James Yee ini kian menjelaskan apa yang sesungguhnya
terjadi di penjara-penjara khusus Amerika.
>
> Yee menyebutkan, perang melawan terorisme yang dicanangkan Presiden
Bush melahirkan kegilaan di kalangan militer Amerika. Yee menjadi
korban kegilaan itu.
>
> Pengalaman kelam selama lebih dari satu tahun dalam tahanan militer
memberinya pelajaran berharga. Kondisi militer Amerika jauh dari
gambaran ideal Yee. Perbedaan dan kehormatan serta kemerdekaan
menjalankan agama tidak dijamin.
>
> Agama dan keyakinan ternyata masih menjadi masalah utama di dunia
militer negeri yang mengaku demokratis itu. "Mereka tidak
mempertimbangkan bahwa aku adalah seorang prajurit yang setia," tulis
James Yee.
>
> Kesaksian Yee ini layaknya film drama produksi Hollywood. Seorang
perwira militer Amerika Serikat dijebloskan ke penjara berdasarkan
sangkaan spionase, melakukan pemberontakan, menghasut, membantu
musuh, dan menjadi pengkhianat militer dan negara.
>
> Tapi semuanya tidak terbukti dan akhirnya perwira itu dibebaskan
dari semua dakwaan. Kapten James Yee, perwira itu, mendapatkan
perlakuan tak beradab dari militer AS karena dia beragama Islam dan
reaksi paranoid AS terhadap Islam yang sama sekali tak beralasan.
>
> Tapi publik AS tahu bahwa itu bohong. Sementara kredibilitas
militer AS runtuh akibat kecerobohannya dalam kasus ini. Bahkan New
York Times edisi 24 Maret 2006 menurunkan tajuk rencana
berjudul "Ketidakadilan Militer".
>
> Meskipun sama sekali bersih dari tuntutan, namun keinginannya untuk
tetap mengabdi pada Tuhan dan negara pupus. Yee "terpaksa" mundur
dari militer pada 7 Januari 2005. Sayangnya, karier militer dan
reputasinya telah lebih dulu hancur. Bahkan hingga kini statusnya
masih 'dalam pengawasan'.
>
> AS benar-benar paranoid. Siapa pun yang dianggap musuh, apa pun
dilakukan. Tidak peduli itu bertentangan dengan hak asasi manusia,
keadilan konvensi internasional, atau hal lainnya yang selalu
digemborkannya sendiri.
>
> Kasus Yee dan Penjara Guantanamo makin merontokkan citra AS di mata
publik dunia. Kini penutupan penjara Gitmo sedang dipertimbangkan
karena tekanan dunia internasional melalui PBB, termasuk sekutu
dekatnya, Inggris dan Italia. Sekitar 500 tahanan dari 35 negara kini
masih meringkuk dalam penjara itu.
>
> Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kasus Yee adalah peran
media massa. Saat proses penahanan, lengkap sudah penderitaan Yee.
Bukan saja dipenjarakan tanpa bukti, namun dia juga telah dihakimi
oleh media massa (trial by the press) sebelum pengadilan digelar.
Pers AS seperti Washington Post, New York Times, Guardian, Dll. yang
mendengungkan hak asasi, justru bersifat tendensius dan tidak cover
both sie. Informasi yang disajikan adalah versi militer AS.
>
> Namun keteledoran pers tersebut ditebus dengan kritik pedas
terhadap pemerintah setelah tuduhan terhadap Yee tidak terbukti.
Artikel, tajuk rencana, dan berita-berita yang disuguhkan semuanya
berupa pembelaan, bahkan sebagian media massa minta maaf pada Yee.
>
> Patriotisme Yee musnah di mata pemerintah AS hanya karena dia
sebagai Muslim taat menjalankan tugasnya sesuai ajaran agama dan
perintah negara. Tapi dunia tahu bahwa dia adalah seorang patriot
sejati yang hidupnya diabdikan kepada Tuhan dan negaranya.
>
> Inilah kisah yang mengungkap sisi gelap perang terhadap terorisme
yang berlebihan dan tanpa aturan, yang menebar bahaya di mana-mana
dan mengakibatkan seorang patriot Amerika sejati diperlakukan
layaknya musuh. Bukannya mendapat penghargaan atas jasa-jasanya, Yee
malah dihukum. Reputasi Amerika sebagai negara hukum yang adil ikut
tercoreng bersamanya. Kita seakan muak dengan kebijakan-kebijakan AS
di bawah Bush dengan segala tindak-tanduk primitifnya yang mengacak-
acak peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan.
>
> Apakah 'perang melawan terorisme' yang digagas Amerika Serikat (AS)
benar-benar perang yang ditujukan untuk melawan ekstremisme demi
tegaknya demokrasi? Ataukah label itu hanya bungkus bagi perang
melawan Islam? Para pejabat AS di lingkaran Bush bersikeras bahwa
agenda mereka bersifat politis, bukan religius.
>
> Namun faktanya, retorika dan tindak-tanduk AS di lapangan mengubah
perang melawan terorisme menjadi perang melawan Islam. (dakwatuna)
>
>
> WAWANCARA DGN JAMES YEE
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Find helpful tips

for Moderators

on the Yahoo!

Groups team blog.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: