Sabtu, 27 Oktober 2007

Re: Trs: [psikologi_transformatif] Psikologi ala Pak Jusuf Sutanto - yg dengan E

Ikut singsing lengan ya. meski saya tak seberapa tahu, dan karena tak
seberapa tahu maka saya banyak tanya.

"memahami persoalannya secara benar, maka jawabannya sudah ada di
dalamnya seperti ' di dalam biji sudah ada pohon ' "

pabrik: bagaimana cara memahami persoalannya secara benar? bagaimana
menemukan biji itu? ini sama dengan pertanyaan Zen, "Bagaimana kau
tahu apa yang dirasakan oleh ikan itu?"

"Ketika mendekati 3 ( tiga ) kamar berikutnya ternyata itulah suara
mesin tik elektronik dari sekretaris klinik yang sedang bekerja."

pabrik: bagaimana jika si psikolog sekaligus zen itu melangkahkan
kakinya lebih jauh? atau ke lain arah? tidak adakah kemungkinan ia
akan menemukan realitas tembak-tembakan? apakah fakta bahwa ada orang
mengetik dengan mesin ketik elektronik yang DIASOSIASIKAN sebagai the
real fact, membatalkan begitu saja 'realitas tembak-menembak' itu?
mengapa keraguan pada 'tembak-menembak' itu, tak juga diterapkan pada
'mesin ketik elektronik'? ada banyak problem di sini, cak jusuf.
pertama-problem KEBENARAN VS MENDENGAR, kedua-problem
RASIONALISASI/ASOSIASI HUMENIAN, ketiga-problem logis, APAKAH "YANG
KEMUDIAN" SELALU LEBIH BENAR DARI "YANG SEBELUMNYA"?

ZEN HANYALAH SALAH SATU JALAN DAN MEMILIKI BANYAK PROBLEM DALAM
DIRINYA SENDIRI, TERMASUK PENEKANANNYA PADA KOMUNIKASI LANGSUNG
DARIPADA "SCRIPTURAL STUDY", "PRINSIP KATA-KATA ADALAH SETAN" MEREKA?

AKAN LEBIH BAIK LAGI, JIKA KITA TAK MEMBICARAKAN ZEN SEBAGAI TERMA
UMUM, TETAPI MENGACU LANGSUNG PADA PEMIKIRAN TOKOH PER TOKOH ZEN.

KITA JUGA BISA MEMPERLUAS EKSPLORASI PEMIKIRAN BUDHA INI KE ALIRAN
LAINNYA. DAN JANGAN LUPA, BANYAK GURU-GURU BESAR BUDHA MASA LALU DARI
NEGERI INI (KETIKA SRIWIJAYA MENJADI PUSAT PENGEMBANGAN BUDHA), AKAN
SANGAT MENARIK JIKA KITA JUGA MENGEKSPLORASI PEMIKIRAN DHARMAKIRTI DAN
ATISHA MURIDNYA YANG JUGA GURU SI HULK (MANUSIA HIJAU) MILARESPA DARI
TIONGKOK.

pabrik_t
"entah siapa"

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Jusuf Sutanto
<jusuf_sw@...> wrote:
>
> Mbak Swas,
>
> Dalam buku Kearifan Timur dan lebih luas lagi dibahas dalam buku
sebelumnya " Spiritual Wisdom ", Hikmah - Mizan, dijelaskan bahwa
dunia ini seperti sebuah kereta yang ditarik oleh berbagai kuda, yaitu
keyakinan, cara pandang, kepentinagn politik, ekonomi dsb. Kalau kuda
-kuda itu berlari menurut kemauan dan iramanya sendiri-sendiri, maka
keretanya pasti akan hancur berantakan.
> Di masa lalu dan masih terus ada yang melanjutkan sampai sekarang
kita berpikir bahwa supaya jalannya lancar, harus diganti oleh kuda
saya. Maka soalnya bergeser dari menghela kereta menjadi memperebutkan
menjadi kudanya.
>
> Kita baru sadar setelah terjadi perjalanan ke ruang angkasa yang
ketika mengamati alam semesta ta bertepi, dia melihat bahwa bum tempat
dia tinggal, dan bangunan observatorium tempat mengamati galaxy dengan
teleskop super kuat, ternyata hanya bagian dari galaxy yang sedang
menari dari beginningless past menuju endless future. Semuanya saling
terkait dalam tarian agung energi kosmis. seperti diceriterakan oleh
ahli Fisika Quantum F.Capra dalam The
> Tao of Physicsnya F.Capra. Sekarang ternyata memang ada banyak
sekali masalah yang hanya bisa diselesaikan oleh kerjasama
international seperti : deteksi bencana alam, pandemi, perubahan
iklim, pencemaran lingkungan, HAM, dampak kenaikan harga BBM, efek
rumah kaca karena shortage oxygen, perubahan nilai tukar dsb.
> Lalu para kuda ini akhirnya harus realistis bahwa peradaban ini
hanya bisa berkelanjutan bila semua stake holdernya bertekad dan mau
bekerjasama dalam semangat menjadi Rahmat bagi Seluruh Alam Semesta.
Sehingga muncullah gagasan Dialog of Civilization untuk membangun
Dialogical Civilization yaitu peradaban yang mau menyelesaikan masalah
bersama dengan cara dialog.
>
> Semua kuda ilmu pengetahuan (empiris melalui keinderaan, ontologis,
keagamaan, seni) dan berbagai macam kepentingan menjadikan manusia
sebagai obyek. Karena itu memang tidak bisa lain kecuali kita harus
mencari formula untuk menyatukan irama larinya. Kita tidak bisa
mempreteli sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing seperti halnya
konsep kedokteran Barat yang bersifat
> mekanistik dengan spesialisasinya masing-masing, tapi harus
dibarengi dengan menemukan the hidden connections.
> Tidak ada salahnya dalam kasus yang khusus, seorang psikolog
bekerjasama dengan rohaniwan. Namun hrs tetap diingat bahwa tujuannya
untuk membantu pasien mengatasi masalahnya, bukan untuk mereduksi
realitas sesuai dengan model pendekatannya masing-masing. Bagaimana
sekarang dengan Zen ?
> Apa dasarnya kalau ada yang mengatakan ' bila psikiater dilengkapi
dengan Zen akan menjadi harimau yang bersayap ?
> Berikut ini pengalaman seorang psikiater yang juga zen master ketika
menangani masaalah schizoprenia.
>
>
> Passing Over Seorang Psikiater dan Masa Depan
> Ilmu Psikologi
>
> Dalam buku Going
> Beyond Buddha, seorang psikiater, yang juga Zen Master, menuliskan
> pengalamannya memberikan bimbingan pada seorang wanita yang
menderita gejala Schizophrenia
> di kliniknya yang berada di daerah tenang di luar kota. Ketika
wawancara baru dimulai, wanita itu
> berteriak, “Saya mau pulang, ada suara tembakan!”. Sesuai yang
diajarkan dalam
> text book, Psikiater itu semakin yakin penyakit yang dideritanya
karena berada
> di daerah yang tenang. Namun wanita itu kembali berkata, “
Sekarang mereka
> saling menembak…nah berhenti…nah sekarang mulai lagi. ” lalu
bangkit untuk
> meninggalkan ruangan.
>
>
> Psikiater
> itu mencegah dan mencoba mengalah dengan mengajak bersama-sama
mendengarkan
> suara itu. Keduanya hening dan akhirnya psikiater itu kaget karena
memang
> sayup-sayup terdengar suara mirip tembakan. Lalu ia mengajak
bersama-sama
> keluar ruangan dan berjalan di lorong. Ketika mendekati 3 ( tiga ) kamar
> berikutnya ternyata itulah suara mesin tik elektronik dari
sekretaris klinik
> yang sedang bekerja.
>
>
> Instead of merujuk pada Kitab, sang psikiater itu berani
passing over konvensi dalam text book, langsung menyelam ke dasar
mencari inti masalahnya. Mengapa ? Karena ia beriman pada jika dan
hanya jika kita bisa memahami persoalannya secara benar, maka
jawabannya sudah ada di dalamnya seperti ' di dalam biji sudah ada
pohon '
>
>
> Saya rasa kita hrs mempersiapkan generasi baru para psikolog yang
tidak hanya sekedar menjadi kolektor derivat berbagai aliran psikologi
saja. Itu boleh2 saja tapi dalam perspektif untuk menunjukkan bahwa
karena itu sekarang kita merumuskan ulang sistem pendidikannya. Kita
harus bisa membedakan mana yang pokok dan ranting sehingga tidak
terjadi apa yang seharusnya tebal, malah ditipiskan dan yang
seharusnya tipis, malah ditebalkan.
>
>
>
> Salam,
> Jusuf Sutanto
>
>
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: was_swas <was_swas@...>
> Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> Terkirim: Sabtu, 27
> Oktober, 2007 4:32:10
> Topik: Trs: [psikologi_transformatif] Psikologi ala Pak Jusuf
Sutanto - yg dengan Edy S
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Baru baca bagian obrolan Pak Jusuf dengan Mas Edy ini. Ingin numpang
komentar sedikit :)
>
>
> > --- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, Jusuf Sutanto
> > jusuf_sw@ wrote:
>
> > > Kepada mahasiswa psikologi saya selalu ajukan pertanyaan
mendasar sbb. :
> > > Sebagai seorang psikolog, misalnya menganut agama (bisa apa saja),
> > ketika menghadapi client (kebetulan seagama) yang sedang konsultasi
> > mengatasi masalah kehidupannya yang serius.
> > > Bolehkah anda menggunakan ayat dari kitab, yang anda berdua
> > sama-sama yakini, untuk mengatasi masalahnya ?
> > > Umumnya secara spontan mereka menjawab : tidak boleh. Mengapa ?
> > > Karena fungsi psikolog dan rohaniwan lalu menjadi tumpang tindih !
> > > Sebagai psikolog, ia telah memasuki domain rohaniwan.
> > > Dua profesi ini dibutuhkan oleh masyarakat, tapi tidak bisa
> > dicampuradukkan, karena tugasnya harus dilaksanakan secara
profesional.
> > > Profesi Psikolog memberikan bimbingan dan mengajak client untuk
> > memahami
> masalah dan dirinya supaya bisa memecahkan persoalan hidupnya.
> > > Dalam kondisi menghadapi client yang gawat, memang itu bisa dipakai,
> > tapi harus dengan sangat hati-hati dan segera diikuti tindak lanjut
> > dengan kaidah-kaidah yang sesuai dengan ilmu psikologi.
>
> Komentar sedikit: setahu saya dalam psikologi prinsip dasarnya saat
menghadapi klien (tentu yang masih bisa diajak bicara) adalah menjadi
cermin bagi klien, sehingga kita bisa membantu klien untuk menemukan
sendiri cara mengatasi masalahnya. Psikolog tidak mengatasi masalah
klien, psikolog memfasilitasi sehingga klien menemukan sendiri cara
mengatasinya. Itu sebabnya psikolog pada hakikatnya tidak tell the
client what to do, melainkan stimulate the client to find the insight
himself :)
>
> Kaitannya dengan ayat2 agama.. well, setahu saya, yang tidak boleh
dilakukan adalah tell the client what to do dan menggunakan ayat2
agama itu sebagai patokannya :). Bukan penggunaan ayat2 agamanya.
Namun, jika memang masalah si klien sedikit banyak berkaitan dengan
konflik internal atas pemahamannya terhadap ayat2 agama, justru agak
kurang tepat jika kemudian kita tidak "nyemplung" bicara dengan bahasa
yang sama :)
>
> Saya malah baru dengar tuh bahwa praktek seperti itu (menggunakan
ayat2 agama) bisa dilakukan dalam menghadapi klien yang gawat ;)
Kenapa ya, jika menghadapi klien gawat lantas diperbolehkan menasihati
dengan ayat? Dan kategori gawat itu seperti apa ;)?
>
> Ngomong2, kalau menurut Pak Jusuf, ayat agama nggak boleh untuk
mengatasi masalah. Kalau cerita2 Zen boleh atau tidak, Pak ;)?
Bukankah pada dasarnya ayat agama dan cerita Zen mengandung "kearifan"
yang sama jika dibaca secara benar ;)? Soalnya kan Bapak bertanya
demikian:
>
>
> > > Apakah tidak sebaiknya Kearifan Timur dimasukkan juga dalam
> > derivat aliran psikologi yang selama ini dimonopoli oleh barat ?
>
> Kalau saya sih termasuk yang OK-OK aja dengan pendekatan baru yang
disebut sebagai Psikologi Islami, dan setuju2 saja dengan memasukkan
unsur Zen dalam psikologi. Kedua2nya saya lihat punya "kearifan" yang
sama, namun beda target market saja :) Jadi.. dasar saya adalah
kandungan kearifannya, bukan ayatnya.. hehehe..
>
> Salam,
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> <!--
>
>
>
> #ygrp-mkp{
> border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px
0px;padding:0px 14px;}
> #ygrp-mkp hr{
> border:1px solid #d8d8d8;}
> #ygrp-mkp #hd{
>
color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px
0px;}
> #ygrp-mkp #ads{
> margin-bottom:10px;}
> #ygrp-mkp .ad{
> padding:0 0;}
> #ygrp-mkp .ad a{
> color:#0000ff;text-decoration:none;}
> -->
>
>
>
> <!--
>
>
>
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc{
> font-family:Arial;}
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
> margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
> margin-bottom:10px;padding:0 0;}
> -->
>
>
>
> <!--
>
>
>
> #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean,
sans-serif;}
> #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
> #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica,
clean, sans-serif;}
> #ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
> #ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
> #ygrp-text{
> font-family:Georgia;}
> #ygrp-text p{
> margin:0 0 1em 0;}
> #ygrp-tpmsgs{
> font-family:Arial;clear:both;}
> #ygrp-vitnav{
> padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;}
> #ygrp-vitnav a{
> padding:0 1px;}
> #ygrp-actbar{
> clear:both;margin:25px
0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;}
> #ygrp-actbar .left{
> float:left;white-space:nowrap;}
> .bld{font-weight:bold;}
> #ygrp-grft{
> font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;}
> #ygrp-ft{
> font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid
#666;padding:5px 0;}
> #ygrp-mlmsg #logo{
> padding-bottom:10px;}
>
> #ygrp-vital{
> background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;}
> #ygrp-vital #vithd{
>
font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;}
> #ygrp-vital ul{
> padding:0;margin:2px 0;}
> #ygrp-vital ul li{
> list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee;}
> #ygrp-vital ul li .ct{
>
font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;}
> #ygrp-vital ul li .cat{
> font-weight:bold;}
> #ygrp-vital a{
> text-decoration:none;}
>
> #ygrp-vital a:hover{
> text-decoration:underline;}
>
> #ygrp-sponsor #hd{
> color:#999;font-size:77%;}
> #ygrp-sponsor #ov{
> padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;}
> #ygrp-sponsor #ov ul{
> padding:0 0 0 8px;margin:0;}
> #ygrp-sponsor #ov li{
> list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;}
> #ygrp-sponsor #ov li a{
> text-decoration:none;font-size:130%;}
> #ygrp-sponsor #nc{
> background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;}
> #ygrp-sponsor .ad{
> padding:8px 0;}
> #ygrp-sponsor .ad #hd1{
>
font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;}
> #ygrp-sponsor .ad a{
> text-decoration:none;}
> #ygrp-sponsor .ad a:hover{
> text-decoration:underline;}
> #ygrp-sponsor .ad p{
> margin:0;}
> o{font-size:0;}
> .MsoNormal{
> margin:0 0 0 0;}
> #ygrp-text tt{
> font-size:120%;}
> blockquote{margin:0 0 0 4px;}
> .replbq{margin:4;}
> -->
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> ________________________________________________________
> Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
> http://id.yahoo.com/
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Popular Y! Groups

Is your group one?

Check it out and

see.

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

Women of Curves

on Yahoo! Groups

see how women are

changing their lives.

.

__,_._,___

[psikologi_transformatif] Re: Ok aja, ngapain diraba-raba ?

HO HO HO (ingat ini tawa suci pabrik_t). AKU MALAH SUDAH
MEMPERGUNAKANNYA DI MILIS TETANGGA:

Re: Politik Kanonisasi Sastra

Wuahahaha. Kalau gitu aku ganti peran. NGGAK JADI "POLITIKUS SASTRA
JUGA". GANTI "KONSPIRATOR SASTRA". Mmmm, kelihatannya keren.

Pabrik_t
"Konspirator Sastra"

KEREN KAN? HO HO HO. ITU PENGHORMATAN DARI DYAMIKU JUGA DYAMIMU, HANYA
PRIBADI MAYOR YANG BISA JADI KONSPIRATOR, PECUNDANG DAN CECUNGUK TAK
LEBIH KERBAU DICUCUK HIDUNG, DIGIRING KE SANA DIGIRING KE SINI SAMA
KONSPIRATOR. KONSPIRATOR ADALAH SALAH SATU SIFAT ILAHIAH, HEWAN ATAU
TUMBUHAN NGGAK MUNGKIN JADI KONSPIRATOR, MEREKA TAK MEMILIKI WAJAH
TUHAN. HO HO HO.

pabrik_t
"Konspirator Sastra dan Psikologi"

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "leonardo_rimba"
<leonardo_rimba@...> wrote:
>
> Dear Friends,
>
> Setelah me-reply Dyami baru aku cek link yang diberikan. Ternyata,
> amit2 deh,. Please liyat sendiri aja, aku sampe ketawa sendiri dari
> tadi. Asli ketawa terus...
>
> Disitu ada Daftar Nama Para "KONSPIRATOR" di Dunia Cyber yang konon
> berkomplot untuk "MEMBASMI" Vincent Liong. Ada Hautesurveillance,
> Ratih Kumala, aku sendiri,... Audifax, Nurudin Asyadie, dll.
>
> Dan nampaknya tulisan itu menjadi santapan di suatu komunitas sastra
> cyber yang bernama Komunitas Ilalang. Very funny. It's the funniest
> thing that happens to me in the last several weeks.
>
> Aku bayangin mestinya cerita itu dibikin jadi sinetron aja dengan
> judul: "Kisah Seorang Indigo Tengik",... something like that.
>
> Yours,
> Leo
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, leonardo rimba
> <leonardo_rimba@> wrote:
> >
> > Dear Dyami,
> >
> > Thanks a lot. Benernya aku gak tahu itu forum apa, but
> > let me say thanks a lot anyway.
> >
> > By the way, percaya gak percaya yah, Dyami. Tadi,
> > waktu lagi hujan keras dan aku belum buka email ini,
> > sekitar setengah jam yang lalu... eh, kok tiba2 aku
> > ingat sama yang namanya Dyami. Aku ingetnya yang dulu
> > suka nulis komentar lucu2 kepada para "om2" di milis2
> > itu.
> >
> > True, berarti memang kita bisa connect yah. Telepati
> > is a fact. You thought of me, and I "caught" it.
> >
> > Reply aku ini bisa disimpen. It's a PROOF that you
> > could SEND MESSAGES through your mind, dan bukan hanya
> > lewat email aja. You sent telepathic message, and I
> > got it. Hmmm hmmm hmmm...
> >
> > Yours,
> > Leo
> >
> >
> > --- elang kecil <dyamiku@> wrote:
> >
> > > mas leonardo rimba, saya mau ngasih tau mas leonardo
> > > rimba namanya mas leonardo rimba saya tulis disini:
> > >
> > >
> > http://fordisastra.com/modules.php?name=Forums&file=viewtopic&t=297
> > >
> > > itu doang mas Leonardo Rimba
> > >
> > > salam, saya.
> > > dyami araxie
> > >
> > > leonardo rimba <leonardo_rimba@> wrote:
> > > TUJUAN AKHIR ITU MEMANG NOTHINGNESS
> > >
> > > M = Made Wianta
> > > L = Leo
> > >
> > > M = Hi... Kalau boleh tahu, apa pendapat anda
> > > tentang
> > > saya ?
> > >
> > > L = I have NO OPINION about you, why ?
> > >
> > > M = Why... ???? Karena saya bukanlah apa2 (nothing/
> > > no exist)... (puihhh...dg berkata spt inipun
> > > sebenarnya saya hendak menjadi sesuatu, dan ini
> > > terpaksa saya lakukan). Itu bedanya saya dengan
> > > anda.
> > > Kalau panjenengan ingin menjadi sesuatu, dan saya
> > > berusaha utk tdk menjadi sesuatu. Maafkan atas
> > > kelancangan saya... saya berharap tdk benar gambaran
> > > saya ttg anda.
> > >
> > > L = Mas, semuanya itu memang menuju ke NOTHINGNESS.
> > > Tapi, untuk menuju kesana ada hal2 yang HARUS
> > > DILAKUKAN.
> > >
> > > Pandawa Lima akhirnya harus mendaki MAHAMERU untuk
> > > masuk ke Swargaloka _SETELAH_ Perang Bharatayuda itu
> > > usai. Setelah segala pertumpahan darah di Kurusetra
> > > itu selesai. Setelah kebathilan ditumpas.
> > >
> > > Apakah Pandawa Lima itu bisa ENAK2 SAJA meninggalkan
> > > tanggung jawab KSATRIA ? Apakah mereka bisa saja
> > > dengan enak2 lengser keprabon dan menyerahkan tugas
> > > melaksanakan Bharatayuda kepada generasi berikutnya
> > > ?
> > >
> > > Lebih enak langsung naik ke Mahameru TANPA melalui
> > > Perang Bharatayuda. Jelas itu LEBIH ENAK.
> > >
> > > Tetapi, tanggung jawab ksatria itu TIDAK BISA
> > > DITINGGALKAN. Untuk naik ke Mahameru, jalannya lewat
> > > Perang Bharatayuda.
> > >
> > > Untung, mereka tidak sendiri (dan kita juga _tidak_
> > > sendirian). Dalam kasus Pandawa Lima, titisan
> > > langsung
> > > dari Batara Wisnu dalam bentuk Prabu Kresna
> > > mendampingi terus. Bahkan ketika keragu-raguan itu
> > > meliputi hati Arjuna ketika berangkat ke medan laga.
> > >
> > > Nah, tujuan akhir itu memang NOTHINGNESS (Nibbana,
> > > Swargaloka, Mahameru) tapi jalannya itu lewat
> > > Kurusetra. Kalo mao langsung kesana akan DITENDANG
> > > BALIK. "Do your duties first !!!!" Itu yang akan
> > > dikatakan oleh para dewata, as far as I understand
> > > it.
> > >
> > > M = Setuju.. setuju.. Anda pintar dengan kata-kata,
> > > itu masalah pertama; dan yang kedua, perang telah
> > > usai
> > > satu tahun yang lalu tapi anda tetap di Kurusetra,
> > > terjebak kah anda..???
> > >
> > > L = Begini mas, sekarang aku jawab pertanyaan anda
> > > yang pertama, about my opinion about you. Anda ini
> > > ternyata MAU LARI DARI TANGGUNG JAWAB ANDA which is
> > > ok2 saja sebab anda akan HARUS ULANGI LAGI KELAS
> > > YANG
> > > SAMA. Begitu saja seterusnya sampai anda mau dengan
> > > sukarela menerima dan menjalankan apa yang menjadi
> > > kewajiban anda itu... Udah ya, that's all. I've
> > > answered your question.
> > >
> > > +++++++++++++
> > >
> > > JEBRETIN AJAH...!
> > >
> > > K = Karya
> > > L = Leo
> > >
> > > K = Sugeng Sonten, Mas Leo !
> > >
> > > L = Sore, Mas Karya !
> > >
> > > K = Aku mampir nyapa njenengan saja kok. SIIIIIIIPPP
> > > banget, tanggapannya tentang SAI BABA (di milis
> > > Spiritual-Indonesia). SETUJUUUU...!
> > >
> > > L = Lha, abis mao bilang apa lagi ? Sampeyan tulis
> > > lagi dunk, eh itu ono Pastor lho yang posting tiap
> > > hari. Dari ordo SJ (Societa Jesu, Serikat Yesus,
> > > Yesuit). Kelihatannya penganut TEOLOGI PEMBEBASAN
> > > yang
> > > memang doyannya membantu rakyat miskin which is OK2
> > > aja. Orang2 SJ itu biasanya LIBERAL sekali..
> > >
> > > K = Iya saya belon baca postingnya sih. Kalo
> > > sekarang
> > > ini aku lagi ngerjain Ustadz2 di milis DZIKRULLAH
> > > yang
> > > doyan MENGKAFIRKAN dan MENYESATKAN umat manusia.
> > >
> > > L = Hmmm, dzikrullah kan bagus, aku aja pake.
> > > Benernya
> > > bagus, asal gak fanatik everything is bagus2 aja.
> > >
> > > L = Hooh... aku terus pake emang sampai detik ini.
> > > Kemarin ada yang posting, mengkritisi milis
> > > Dzikrullah
> > > dengan memposting ulasan Ustadz Ahmad Syawat Lc yang
> > > lulusan Tim Teng; lah tapinya kok jadinya
> > > MENGKAFIRKAN
> > > dan MENYESAT2KAN. Lah... udah aja aku ngraco aja,
> > > kayak yang sampeyan anjurkan. JEBRETIN AJAH...!
> > >
> > > L = Ya iya, gak usah dipikirin, di jebretin ajah.
> > > Abis
> > > gitu tutup aja.
> > >
> > > K = Ha ha... enak emang ngomong tanpa beban yah Mas
> > > !
> > >
> > > L = Ha ha ha... Yo wis, talk with you later yah, bay
> > > bay !!
> > >
> > > K = Nggih monggo, nuwun Mas !
> > >
> > > +++++++++++++
> > >
> > > TO KEEP IN TOUCH IS GOOD, THAT'S GOOD MANNERS
> > >
> > > T = Triani
> > > L = Leo
> > >
> > > T = BUZZ!!! Mas Leo !
> > >
> > > L = Yes, mbak ?
> > >
> > > T = Sedang sibuk tak ?
> > >
> > > L = Gak juga, aku baru online.
> > >
> > > T = Saya baru saja membaca postingan di milis.
> > > Waaaaaa... Mas Leo akan ada di Majalah Warta
> > > Ekonomi ?
> > >
> > > L = Ya, next week keluar, lucu juga yah ?
> > >
> > > T = Hi.hi.hi, tetap syalala sajah, dalam rangka
> > > apakah
> > > Mas Leo ?
> > >
> > > L = Ya gitu deh, tetep aja, maseh jomblo juga neh.
> > > Hmmm hmmm hmmm.. Kalo di Warta Ekonomi itu dalam
> > > rangka penulisan FEATURE tentang SPIRITUALITAS
> > > en BISNIS. Aku kan penasehat para praktisi ekonomi
> > > tingkat tinggi (ehem) yang kalo "diem2" suka
> > > konsultasi sama para "cenayang" (ehem lagi) like me
> > > yang bisa liat "macem2" (ehem). So, daripada piara
> > > JIN dalem botol, kan mendingan ngobrol sama aku di
> > > cafe... Aku tinggal bilang Bisnis Plan A is OK. Yang
> > > B
> > > gak OK. Yang C, so and so. Things like that. Emang
> > > gampang,... tinggal cuap2 aja. Asal dibeliin black
> > > coffee di cafe, aku bakal cuap2. En kalo udah cuap2
> > > gak bakal berenti kecuali dipesenin LASAGNA. Nyam
> > > nyam
> > > nyam...
> > >
> > > T = Nyam nyam nyam waaaaaaaaaaaaaa Hmmm Hmmmm Hmmmmm
> > > hi.hi.hi..hi syalala syalala syalala sajah deh.
> > >
> > > L = Well, emang begitu. By the way, aku wis lali
> > > ngomong apa aja waktu di wawancara itu. Abis ngomong
> > > langsung lupa. Forgive en forget. Forgive en forget.
> > > Itu zudulnya. Hmmm hmmm hmmm...
> > >
> > > T = Waaaaa.. Paman Leo amang triple kerenz deh
> > > syalala.. syalala.. Oia, Mas Leo !
> > >
> > > L = Yes ?
> > >
> > > T = Ato Paman Leo yah?? Paman Leo ajah deh...
> > >
> > > L = Hmmm, Leo aja. Aku kan BELOM KAWIN. Macih
> > > peyjaka.
> > > Hmmm hmmm hmmm..
> > >
> > > T = Huhaaaaaaaaaaaa, baiklah baiklah, bolehkah saya
> > >
> > === message truncated ===
> >
> >
> > Send instant messages to your online friends
> http://uk.messenger.yahoo.com
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Yahoo! Groups

Endurance Zone

b/c every athlete

needs an edge.

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Learn how others are

shedding the pounds.

.

__,_._,___

[psikologi_transformatif] Heboh “Pilkada” di KabarIndonesia

Heboh "Pilkada" di KabarIndonesia

27-Okt-2007, 23:56:52 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Fenomena Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) tidak
hanya terjadi di arena politik praktis, seperti Pemilihan Gubernur
DKI Jakarta yang baru berakhir beberapa waktu lalu. Hal "serupa tapi
tak sama" juga terjadi dalam ajang Pemilihan Pewarta Warga Tahun
2007 versi KabarIndonesia.

Pada event ini, memang secara sengaja pihak redaksi membuka
kesempatan kepada semua pembaca untuk memberikan suara mereka kepada
kandidat Pewarta Warga yang menjadi pilihannya. Kegiatan pemilihan
ini akan menghasilkan pewarta warga pilihan pembaca yang akan
dinobatkan menjadi Pewarta Warga Tahun 2007 KabarIndonesia.
Antusiasme pengunjung KabarIndonesia untuk memberikan suara mereka
ternyata telah memunculkan hal-hal menarik untuk kita simak bersama,
kemudian menjadi bahan pembelajaran bagi semua.

Pertama, keinginan para kandidat yang dinominasikan untuk meraih
gelar bergengsi dari KabarIndonesia cukup tinggi. Bahkan bagi
beberapa calon tergolong sangat tinggi. Hal ini dapat terlihat dari
gencarnya para nominator untuk memotivasi pembaca agar menjatuhkan
pilihannya kepada sang calon tertentu. Usaha ini tentu saja amat
wajar dan pada satu sisi amat perlu untuk dilakukan, sesuai pepatah
mengatakan `tiada keberhasilan tanpa usaha'. Untuk mencapai sebuah
prestasi tertentu, apalagi untuk berada pada posisi puncak, bahkan
terminologi "pengorbanan" adalah suatu keharusan.

Kedua, semangat dan keinginan dari pembaca KabarIndonesia untuk
berpartisipasi menyukseskan program pemilihan Pewarta Warga, yang
akan dilaksanakan secara reguler setiap tahun ini, sangat tinggi.
Terbukti dengan begitu banyaknya penyumbang suara yang masuk ke meja
redaksi. Setiap pengunjung seakan tidak ingin jagoannya terlewati
oleh kandidat lainnya, dan untuk mengantisipasi ini, mereka antara
lain mencoba memotivasi teman-teman lainnya untuk memberikan
dukungan kepada calon pilihannya. Akibatnya, redaksi cukup kewalahan
membaca, memilah, menyeleksi, memverifikasi, dan akhirnya mensahkan
suara yang masuk dengan menampilkannya di kolom komentar di bawah
artikel pengumuman tersebut.

Ketiga, pada kondisi tertentu ajang ini benar-benar mengadopsi gaya
orang-orang politik yang dipraktekan dalam setiap pemilihan umum
(pemilihan anggota DPR, Pilpres, Pilgub, Pilbup, Pilkades) dan
pemilihan ketua organisasi, baik organisasi sosial politik maupun
organisasi masyarakat. Masuknya berbagai komentar berbentuk
pernyatan bersama, slogan-slogan, keterangan-keterangan dukungan,
ajakan hingga menyerempet ke nada suara ancam-mengancam, adalah
contoh dari fakta itu. Ketentuan redaksi KabarIndonesia yang
mengharuskan setiap pemberi suara untuk menyertakan alasan memilih
calon tertentu, telah dijadikan arena "gontok-gontokan", "pojok-
memojokan", "jelek-menjelekan", dan sebagainya dan seterusnya. Dalam
bahasa kerennya orang politik: telah terjadi "black campaign", atau
mungkin juga "pembunuhan karakter" dari pesaing lainnya. Hal ini
tentu saja telah menodai keinginan murni pihak redaksi yang sama
sekali tidak bermaksud memberi peluang melakukan penistaan kepada
pihak tertentu.

Keempat, para pemberi suara, yang nota bene adalah juga pembaca
KabarIndonesia, mayoritas adalah orang-orang media massa.
Berdasarkan identitas, alamat email, dan berbagai keterangan diri
yang diberikan di sana, terlihat bahwa kalangan pembaca
KabarIndonesia adalah mereka yang sudah berpengalaman berkecimpung
di dunia pers. Ini juga mengindikasikan bahwa beberapa kandidat yang
dijagokan merupakan pekerja pers profesional yang sudah memiliki
jaringan kerja sesama wartawan yang cukup luas. Kenyataan ini juga
menjelaskan bahwa kalangan media massa Indonesia sudah menjadikan
KabarIndonesia sebagai menu harian untuk dibaca dan dijadikan
referensi dalam karya jurnalistik mereka. Selain itu, keberadaan
para pekerja media di KabarIndonesia memberi petunjuk bahwa pembaca,
penulis, dan pengunjung situs ini adalah orang-orang terpelajar,
sehingga dengan demikian, suara mereka semestinya juga mencerminkan
karakter seorang terpelajar.

Kelima, pelaksanaan voting ini akan menghasilkan Pewarta Warga
Tahunan Indonesia pertama, dan layak masuk MURI nantinya. Program
ini adalah sebuah inovasi kreatif walaupun masih perlu peningkatan
kualitasnya. Kegiatan pilih-memilih pewarta warga ala
KababrIndonesia dapat dijadikan semacam percontohan dalam melakukan
event "Pilkada" sejenis melalui media online, bahkan untuk dunia
politik sekalipun. Memilih Ketua Partai atau memilih Presiden RI,
misalnya. Betapa tidak, melalui cara pemilihan seperti ini,
masyarakat tidak mendapatkan "jagoan" atau pemimpin, atau seseorang
yang diinginkan bersama, seperti "memilih kucing dalam karung".
Semua dilakukan secara terbuka, transparan, tanpa ada rekayasa pihak
panitia atau redaksi. Sosok penulis yang dinominasikan jelas, hasil
karya mereka jelas terpampang di sana, kualitas usaha masing-masing
kandidat juga amat terang tergambar di mata kita semua. Dengan cara
ini, setidaknya kita terhindar dari "salah pilih" orang yang pada
akhirnya membawa kepada kehancuran suatu kelompok atau bangsa.

Proses pemilihan masih sedang berlangsung hingga 10 November
mendatang, sebelum pengumuman resmi dan penobatan Sang Pewarta Warga
Tahun 2007 KabarIndonesia, pada esok harinya, 11 November 2007
bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Pertama Koran online
KabarIndonesia. Untuk menyemarakan ajang kontes ini, redaksi tetap
mengundang semua kalangan untuk menyumbangkan suaranya, namun dengan
lebih arif dan dewasa dalam memberikan alasan memilih jagoannya.
Ingat, tersedia hadiah menarik persembahan KabarIndonesia untuk 3
(tiga) orang pemberi suara yang akan dipilih melalui undian.

Selamat dan sukses bagi pesta rakyat, pesta demokrasi "Pilkada"
KabarIndonesia.

Salam hangat,
Redaksi KabarIndonesia

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
www.kabarindonesia.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Going Green

Share your passion

for the planet.

Cat Groups

on Yahoo! Groups

Share pictures &

stories about cats.

Yahoo! Groups HD

The official Samsung

Y! Group for HDTVs

and devices.

.

__,_._,___

[beasiswa] [BUTUH INFO] Beasiswa Perancis

Dear teman-teman anggota milis,

Saat ini saya sedang memperjuangkan sebuah beasiswa di Perancis, terkait dengan hal tersebut ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan pada teman-teman yang pernah tinggal dan belajar di Perancis:

Apakah di Perancis terdapat diskriminasi bagi mahasiswa yang memakai Jilbab? atau hanya di daerah tertentu saja? atau malah tidak ada diskriminasi sama sekali?

Selama belajar di Perancis, menurut teman-teman apa keistimewaan belajar di Perancis dibanding dengan negara Eropa yang lain?
Menurut teman2 yang pernah mendapat beasiswa di Perancis, dalam letter of motivation kan sering ditanyakan mengenai professional plan. Menurut teman2, kalo professional plan saya tidak untuk serve the community atau menjadi dosen/pengajar yang bermanfaat untuk orang banyak, itu akan memberi poin negatif dalam penilaian terhadap saya tidak ya?
Terima kasih sebelumnya.


Regards,


-iDa-


INFO, TIPS BEASISWA, FAQ - ADS
Hanya ada di http://www.milisbeasiswa.com/

===============================

CARI KERJA?
Gabung dengan milis vacancy. Kirim email kosong ke vacancy-subscribe@yahoogroups.com.
http://www.groups.yahoo.com/group/vacancy

===============================

INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/join

(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:beasiswa-digest@yahoogroups.com
mailto:beasiswa-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:

http://docs.yahoo.com/info/terms/

Re: [psikologi_transformatif] Re: Carrot and Stick > P. Jusuf

Pak Harez,

Sebenarnya China menggunakan ajaran Konfusius ' jangan melakukan sesuatu pada orang lain yang kamu tidak mau orang lain melakukannya kepadamu " digabung dengan stcik and carrot.
Kalau stick and carrot saja dan diterapkan hanya pada orang di lapisan bawah, tapi yang di atas tidak, maka tidak akan berhasil.
Di China pernah ada kata-kata tersohor dari pemimpinnya sendiri yang kasih perintah : sediakan 100 peti mati dan satu buat saya !
Inilah landasan spiritual nya.

Tapi soal di negara kita tidak sesederhana itu  karena luasnya terbentang seperti dari London s/d Afghanistan, lagian negara kepulauan yang sangat plural. Dari dulu sudah terbiasa dengan sistem sentralistis sehingga mekanisme auto-poesis, self regulation tidak jalan.
Eropa terdiri dari negara-negara dan jumlah penduduk masing2 yang terbatas, misalnya Holland +/- 12 jutaan, Jerman +/- 70 juta  Negara dengan penduduk besar, seperti Jerman, sistemnya juga sudah terdesentralisasi.
Karena nation building nya jalan, maka tidak menimbulkan disintegrasi.
Apalagi Singapura yang tidak lebih besar dari Jakarta. 

Di negara kita sekarang sedang terjadi proses gerak pendulum : dulu gaya centripetal sangat dan bahkan terlampau kuat, sehingga setelah mengalami pelapukan, reaksi gaya centrifugal menjadi berlebihan dan bingung sendiri bagaimana mengendalikannya karena terjadi Titik Balik (Fu) seperti dijelaskan dalam Kitab I Ching yang seharusnya itulah kesempatan untuk kembali ke musim semi lagi yang menjanjikan kehidupan di masa depan akan berkelanjutan.
Tapi karena pemahaman ini sudah lama kita tinggalkan dan diberi stigma kuno lalu diganti dengan konsep2 ' modern' maka yang terjadi beginilah !

Pendekatan stick and carrot, sebaiknya dibarengi dengan The Learning Organization supaya tidak muncul issue seperti tebang pilih.
Karena fakultas Psikologi belum tercerahkan, maka muncullah voluntir2 seperti Stephen Covey dsb. yang hanya dalam tataran sikap mental saja. Di  Indonesia lalu muncul ajakan2 bersifat menakut-nakuti seperti " berubah atau mati "
Dalam  The Learning Organization pendekatannya komprehensif  dan sistemik mirip dengan TQC nya Jepang.
Syukurlah idea ini sudah mulai disemaikan di UI
Mari energi kita diarahkan ke hal yang sangat penting ini dan jangan dihamburkan untuk urusan yang ecek2 .
(Bersambung)

Salam,
Jusuf Sutanto

----- Pesan Asli ----
Dari: sinagahp <sinagahp@yahoo.com>
Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Terkirim: Sabtu, 27 Oktober, 2007 10:52:26
Topik: [psikologi_transformatif] Re: Carrot and Stick > P. Jusuf

Yupp !!!  Pernah pak Jusuf :)

Di fakultas psikologi UI telah dikembangkan program studi SDM-KM (SDM-Knowledge Management).  Setahu saya, program studi ini adalah program studi formal pertama tentang KM di Indonesia.

Pendekatan yang lebih banyak dikaji adalah 3rd generation knowledge management, "Agile Knowledge Workers". Dari waktu ke waktu, peminatnya semakin meningkat. Komunitasnya juga sudah terbentuk Pak dan secara berkala mengadakan round table.

Nonaka pernah datang ke F.Psi.UI (2005) dan menyampaikan pemikirannya soal KM. Apakah waktu itu bapak ikut seminarnya ?

Fotonya bisa dilihat di:
http://f9g.yahoofs. com/groups/ g_10594859/ .HomePage/ __sr_/939f. jpg?grAKSJHBcPZk d9O0 

JS:
> Melalui cara ini barangkali kita bisa mengembangkan The Learning Nation
> sehingga masalah KKN bisa diatasi seluruh bangsa, bukan hanya urusan
> penegak hukum saja.. Solusi ini lebih berbudaya daripada sekedar stick and carrot,
> meski kita perlu law enforcement juga ya !

harez:
Menurut Kwik Kian Gie, keberhasilan pemberantasan korupsi di Singapura dan China justru berhasil karena mempergunakan pendekatan carrot and stick.

salam,
harez


--- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, Jusuf Sutanto <jusuf_sw@...> wrote:
>
> Pak Harez,
> Apakah anda pernah mendengar nama Peter Senge , pakar manajemen The Learning Organization ?
> Itulah sistem manajemen yang mengajak ' dari raja sampai rakyat jelata supaya mau terus belajar '
> Sistem manajemen ini berdasarkan konsep Konfusianism yang tentu kental dengan psikologi transpersonal dan transformatif.
> Ini yang saya mau ajak Fakultas Psikologi di Indonesia karena melalui ini kompetensi yang anda pelajari bisa disalurkan.
> Konfusianism bersifat universal dan bisa diterima oleh siapa saja karena bukan agama.
> Melalui cara ini barangkali kita bisa mengembangkan The Learning Nation sehingga masalah KKN bisa diatasi seluruh bangsa, bukan hanya urusan penegak hukum saja..
> Solusi ini lebih berbudaya daripada sekedar stick and carrot, meski kita perlu law enforcement juga ya !
>
> Salam,
> Jusuf Sutanto
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: sinagahp sinagahp@...
> Kepada: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> Terkirim: Sabtu, 27 Oktober, 2007 8:59:38
> Topik: [psikologi_transfor matif] Re: Carrot and Stick > P. Jusuf
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Pak Jusuf Yth.,
>
> Terima kasih untuk pembukaan cakrawala yang pak Jusuf berikan :)
>
> Pada dasarnya, saya menangkap ada dua hal yang perlu diperhatikan dari tulisan bapak tersebut.
> 1. Perlunya pembinaan diri dan sumbangsih psikologi untuk itu.
> 2. Sumbangsih psikologi (ie. solusi konseptual) untuk pemberantasan korupsi.
>
> JS:
> > Komunitas psikologi, bukan sosial politik atau hukum sehingga merasa awam
> > untuk memberikan solusi konseptual bagaimana sistem memberantas KKN.
>
> harez:
> Sekitar satu tahun yang lalu, saya pernah menelusuri skripsi, tesis dan disertasi di F.Psi.UI. Saya hanya menemukan satu skripsi (Dede Andarso) dan satu tesis (Adrianus Meliala) yang mengkaji tentang korupsi. Hal tersebut tampaknya sejalan dengan apa yang pak Jusuf kemukakan ... :) :( Setelah itu saya belum pernah menelusurinya lagi.
>
> Dari kedua kajian tersebut, saya relatif tidak menemukakan solusi konseptual yang komprehensif tentang pemberantasan korupsi. Keduanya lebih merupakan studi eksploratif/ deskriptif.
>
> Karenanya, saya tertarik dengan gagasan carrot dan stick yang dikemukakan oleh Kwik Kian Gie ini.
>
> Ditunggu pencerahannya lebih lanjut pak Jusuf. Khususnya mengenai prinsip-prinsip kearifan timur yang mendasari gagasan "Carrot & Stick" serta prinsip "reward & punishment" sebagaimana yang saya kemukakan pada tulisan saya yang terdahulu. Terima kasih sebelumnya
>
> salam,
> harez
>
> NB:
> Ajaran kuno Kitab Thay Hak / The Great Learning :
> > Dengan hati yang lurus , akan dapat membina dirinya sehingga dapat
> > membereskan rumahtangganya dan setelah itu mengatur negaranya
> > sehingga tercapailah damai di dunia.
>
> Rasanya koq agak "loncat" ya pak, dari tingkat keluarga, langsung ke negara. Lebih afdol rasanya kalau ada tingkatan di bawah negara. Misal rumah tangga, lingkungan/komunita s, baru negara. Apa aslinya memang begitu pak ?
>
> ============ ========= ========= ========= ========= ========= ===
>
> --- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, Jusuf Sutanto jusuf_sw@ wrote:
> >
> >
> > Mas Harez,
> > Anda mulai membawa angin segar dengan melontarkan issue baru yang sangat penting spy kita tidak terus menerus ngurusin orang yang bernafas dalam lumpur seperti anjing yang mengerubuti tulang.
> > Sebagai langkah pembukaan dialog ini saya mencoba membuka cakrawala spy kita bisa semakin memahami masalahnya.
> > Jika dan hanya jika masalahnya sdh dipahami, maka jawabannya sdh ada di dalamnya seperti ' di dalam biji sudah ada pohon '. Banyak seminar yang gagal karena sebelum masalahnya jelas, kita sudah beradu mulut untuk mencari penyelesaiannya.
> > Kita bisa mengacu pada ajaran kuno Kitab Thay Hak / The Great Learning sbb. :
> >
> > " Orang zaman dulu yang hendak menggemilangkan kebajikan yang bercahaya pada tiap umat di dunia,
> > Ia lebih dulu berusaha mengatur negaranya ; untuk mengatur negerinya ia lebih dulu membereskan rumah tangganya.
> > Untuk membereskan rumah tangganya , ia lebih dulu membina dirinya.
> > Untuk membina dirinya, ia lebih dulu meluruskan hatinya.
> > Untuk meluruskan hatinya , ia lebih dulu memantapkan tekadnya.
> > Untuk memantapkan tekadnya, ia lebih dulu mencukupkan pengetahuannya.
> > Dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia meneliti hakikat tiap perkara.
> >
> > Dengan meneliti hakikat tiap perkara, maka cukuplah pengetahuannya.
> > Dengan cukup pengetahuannya, ia dapat memantapkan tekadnya
> > Dengan memantapkan tekadnya, akan dapat meluruskan hatinya.
> > Dengan hati yang lurus , akan dapat membina dirinya sehingga dapat membereskan rumahtangganya dan
> > setelah itu mengatur negaranya sehingga tercapailah damai di dunia.
> >
> > Karena itu dari raja sampai rakyat jelata, ada satu kewajiban yang sama yaitu mengutamakan pembinaan diri sebagai pokok.
> > Adapun dari pokok yang kacau itu, tidak akan pernah dihasilkan penyelesaian yang teratur baik,
> > karena hal itu seumpama menipiskan benda yang seharusnya tebal dan menebalkan benda yang seharusnya tipis.
> > Hal ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi "
> >
> > Komunitas psikologi, bukan sosial politik atau hukum sehingga merasa awam untuk memberikan solusi konseptual bagaimana sistem memberantas KKN.
> > Yang bisa dikerjakan dan justeru sangat penting adalah membina orang supaya bisa memahami masalahnya secara benar dan membina dirinya seperti yang diajarkan oleh kearifan kkuno di atas.
> > Betapapun sempurnanya sebuah senjata, akhirnya sangat tergantung pada the man behind the gun !
> > (Bersambung )
> >




Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Food Lovers

Real Food Group

on Yahoo! Groups

find out more.

Summer Shape-up

on Yahoo! Groups

Trade weight loss

and swimsuit tips.

.

__,_._,___

[psikologi_transformatif] The Power of Non-Violence

The Power of Non-Violence



Someone has sent me a very interesting story that I must share here:
 
Dr Arun Gandhi, grandson of Mahatma Gandhi and founder of the M.K. Gandhi Institute in his June 9 (year not mentioned, but perhaps 2005 – a.k.) lecture at the University of Puerto Rico, shared the following story:

"I was 16 years old and living with my parents at the institute my grandfather had founded 18 miles outside of Durban, South Africa, in the middle of the sugar plantations.

"We were deep in the country and had no neighbors, so my two sisters and I would always look forward to going to town to visit friends or go to the movies.

"One day, my father asked me to drive him to town for an all-day conference, and I jumped at the chance. Since I was going to town, my mother gave me a list of groceries she needed and, since I had all day in town, my father asked me to take care of several pending chores, such as getting the car serviced.

"When I dropped my father off that morning, he said, 'I will meet you here at 5 pm, and we will go home together.'

"After hurriedly completing my chores, I went straight to the nearest movie theatre. I got so engrossed in a John Wayne double-feature that I forgot the time. It was 5:30 before I remembered. By the time I ran to the garage and
got the car and hurried to where my father was waiting for me, it was almost 6:00.

"He anxiously asked me, 'Why were you late?'

"I was so ashamed of telling him I was watching a John Wayne western movie that I said, 'The car wasn't ready, so I had to wait,' not realizing that he had already called the garage.

"When he caught me in the lie, he said: 'There's something wrong in the way I brought you up that didn't give you the confidence to tell me the truth. In order to figure out where I went wrong with you, I'm going to walk home 18 miles and think about it.'

"So, dressed in his suit and dress shoes, he began to walk home in the dark on mostly unpaved, unlit roads.

"I couldn't leave him, so for five-and-a-half hours I drove behind him, watching my father go through this agony for a stupid lie that I uttered. I decided then and there that I was never going to lie again.

"I often think about that episode and wonder, if he had punished me the way we punish our children, whether I would have learned a lesson at all.

"I don't think so. I would have suffered the punishment and gone on doing the same thing. But this single non-violent action was so powerful that it is still as if it happened yesterday.

"That is the power of Non-Violence!"
*   *   *

Non-Violence, as we normally define the word, is not just passive resistance. It is not only the rejection of violence.  It may have been defined so in the past. And, the definition may have worked well in the past. Not now. Non-Violence must be redefined for the modern times.

I define it as Dynamic but Compassionate Response to any given situation.

Violence is an instinct that we share with other species in the Animal Kingdom. Violence is nothing special. One does not have to cultivate it. Like thorny shrub, it grows by itself.

Non-Violence is not an instinct.
It is not a part of our sub-conscious. It comes from the super-conscious. It must be cultivated and developed; it must be nurtured and nourished. It is the product of hard work.

As a natural trait, Violence is part of "Ordinary" Action-Reaction Mechanism in all animals. Non-Violence is a kind of "Novelty", something that can only happen in human beings. It is part of the human brain which is called Neo-Cortex. The part that can weigh, discriminate and withhold reaction. Hence, human beings can be responsive – not just reactive.

In the story above, the ordinary reaction of a father catching his son lying, would be to scold him. And, such reaction could have been accepted by the son caught red-handed.   But, the father did not do that. He responded to the situation quite differently, and the son was surprised. He was taken aback. He did not expect such response. Now, this was no ordinary reaction.

All actions call for reaction.
Arun Gandhi's action was no exception. He couldn't have escaped it. But, the kind of reaction he got was not an ordinary one. It was Extra-Ordinary!

Now, this kind of Extra-Ordinary Responsive Reaction is unique to human. It is unique to men and women who have developed their thinking ability to the maximum. Their Intelligence has reached such heights as couldn't possibly be reached by any other species in the Animal Kingdom.

So, not only Compassionate, Non-Violence is also an Intelligent Response to any given situation. In other words, you cannot simply follow Gandhi or Martin Luther King Jr. in words, even deeds "just like that", and consider yourself sufficiently Non-Violent. 

Gandhi went on strike, and "just like that" the doctors working in Indian hospitals go on strike with firm faith that they followed Gandhi's suit.

King organized rallies and marches, and "just like that" the political parties everywhere organize similar campaigns.

Are they really following Gandhi and King?

Gandhi went on strike to gain independence for his countrymen and women. King organized marches and rallies for the rights of the downtrodden. They did not have any personal motive. It is not the same with the Indian doctors and the political parties the world over today. They are only making use of Gandhi and King's methods and ways for their personal gain.

A doctor going on strike without thinking about his patients – is being very violent. Political parties making use of Non-Violence for their personal gain – are equally violent.

Teachers go on strike to demand raise in their salaries.  
This is very unfortunate. Why should they do that? Are their demands reasonable? Or, is it because of their ever-increasing wants?

If their demands are reasonable, and if their "needs" are really not met by the salaries they get – then this is very unfortunate. It means that they are being neglected, both by the society and the government. Such society and such government, sooner or later, must perish. Teachers are the backbone of the society. They supply the society with fresh blood that keeps it alive. Stressful teachers can only supply under-quality blood, contaminated with their stress. Such blood turns into poison and kills the society. And, without the society, government cannot exist.

However, if their demands are not reasonable, if they go on strike because of their ever-increasing "wants" - then they are disgrace to the very Teaching Institution. Persons with no self-restraint are not fit to be teachers.

In either case, teachers going on strike are not acting non-violently. No matter how peacefully they carry out their strike and how justified are their demands – they are neglecting their duty toward their students. And, negligence of one's duty is an act of violence.

When their demands are justified, they should present them before the board of their institution, even to the education department, without disturbing their teaching schedule. That would be an act of non-violence.

It is the same with the doctors.
Doctors going on strike are acting very violently. They are forgetting their codes of conduct.

Alas, we often twist and misinterpret Gandhi and King's teachings on Non-Violence to suit out needs and convenience. They used their tools for selfless motive. We use them for selfish motive. They worked for others. We work to benefit ourselves.

*   *   *
 
So, how do we interpret Non-Violence in modern times?
How do we practice it in our daily lives from daybreak to day-end?

Let us start with the morning routine:
  • Check the toothpaste that you use. Is it environment friendly? Are there chemicals in it that can contaminate the waters? If yes, then change to more environment friendly product. Get a herbal toothpaste. Even, make your own toothpaste without much use of chemicals.
  • Similarly, are you using environment-friendly soap, shampoo, face-wash etcetera?
  • If possible, do not wash your towel everyday. Dry them after each use. Wash them after 2-3 uses. Detergents are never environment friendly. This way, you can minimize the damage.
  • The same goes with clothes. Perhaps your shirt, blouse and underwear must be washed everyday, not your pants.
  • At the same time, you must also develop your sense of smell sufficiently, so your clothes do not stink. Wearing stinking clothes is not only an act of violence toward your body, but also toward others who come in contact with you. So, the key words are: Cleanliness, Economy, and Environment Friendly.

Next, we must also check our eating habits, our sitting and walking and sleeping habits. How do we act violently in our sleep? By snoring – if we happen to share a room with someone.

The way we carry out our business activities, the way we run our institutions, the way we live our lives – all must bear witness to our unshakeable faith in Non-Violence.

At the same time, we must also understand that sometime amputation of a limb becomes necessary in order to save the body. Such an act cannot be termed violent. A doctor performs surgery to save one's life. He has tried his very best. And, yet the patient dies on the operation table. Surely, the doctor has not acted violently
.
A soldier fighting to defend his country is also not acting violently.  Non-Violence does not mean that we must drop our defenses. Have them, but put all your efforts to settle all matters amicably without ever using them.

We must be intelligent enough to check each and every step of ours – whether it is violent or non-violent.

For our National Resurgence Day this year (May 20th, 2007), one of the instant food producers has sponsored a colossal TV show. Now, this is an act of violence. How can we expect a nation eating junk food to experience resurgence or resurrection? It is a very indecent and vulgar joke.

Having noticed this, if I do not reprimand them - non-violently of course - then I have acted violently not only toward my conscience, but toward the people of this country.

Junk foods are not only hazardous to our health, but also to our economy. In this case, the product I am referring to, uses almost 90% imported raw-materials. It is a sheer waste of our foreign exchange. We can live without such junk.

Non-Violence is not just a concept or a theory.
Non-Violence is a way of life. Either you live violently or non-violently. Living violently is natural, living non-violently is not. It is a kind of Custom Living. It is a luxury, yes. And, only the Consciousness Affluent can ever afford it.

But again, this Affluence is not a monopoly of the chosen few. Anyone can work to gain it. So, work hard, gain such Affluence and Join the Club!


source: www.aumkar.org

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

Yahoo! Groups

Cat Zone

Connect w/ others

who love cats.

Yahoo! Groups

Wellness Spot

A resource for living

the Curves lifestyle.

.

__,_._,___