Sabtu, 27 Oktober 2007

Re: Trs: [psikologi_transformatif] Psikologi ala Pak Jusuf Sutanto - yg dengan E

Ikut singsing lengan ya. meski saya tak seberapa tahu, dan karena tak
seberapa tahu maka saya banyak tanya.

"memahami persoalannya secara benar, maka jawabannya sudah ada di
dalamnya seperti ' di dalam biji sudah ada pohon ' "

pabrik: bagaimana cara memahami persoalannya secara benar? bagaimana
menemukan biji itu? ini sama dengan pertanyaan Zen, "Bagaimana kau
tahu apa yang dirasakan oleh ikan itu?"

"Ketika mendekati 3 ( tiga ) kamar berikutnya ternyata itulah suara
mesin tik elektronik dari sekretaris klinik yang sedang bekerja."

pabrik: bagaimana jika si psikolog sekaligus zen itu melangkahkan
kakinya lebih jauh? atau ke lain arah? tidak adakah kemungkinan ia
akan menemukan realitas tembak-tembakan? apakah fakta bahwa ada orang
mengetik dengan mesin ketik elektronik yang DIASOSIASIKAN sebagai the
real fact, membatalkan begitu saja 'realitas tembak-menembak' itu?
mengapa keraguan pada 'tembak-menembak' itu, tak juga diterapkan pada
'mesin ketik elektronik'? ada banyak problem di sini, cak jusuf.
pertama-problem KEBENARAN VS MENDENGAR, kedua-problem
RASIONALISASI/ASOSIASI HUMENIAN, ketiga-problem logis, APAKAH "YANG
KEMUDIAN" SELALU LEBIH BENAR DARI "YANG SEBELUMNYA"?

ZEN HANYALAH SALAH SATU JALAN DAN MEMILIKI BANYAK PROBLEM DALAM
DIRINYA SENDIRI, TERMASUK PENEKANANNYA PADA KOMUNIKASI LANGSUNG
DARIPADA "SCRIPTURAL STUDY", "PRINSIP KATA-KATA ADALAH SETAN" MEREKA?

AKAN LEBIH BAIK LAGI, JIKA KITA TAK MEMBICARAKAN ZEN SEBAGAI TERMA
UMUM, TETAPI MENGACU LANGSUNG PADA PEMIKIRAN TOKOH PER TOKOH ZEN.

KITA JUGA BISA MEMPERLUAS EKSPLORASI PEMIKIRAN BUDHA INI KE ALIRAN
LAINNYA. DAN JANGAN LUPA, BANYAK GURU-GURU BESAR BUDHA MASA LALU DARI
NEGERI INI (KETIKA SRIWIJAYA MENJADI PUSAT PENGEMBANGAN BUDHA), AKAN
SANGAT MENARIK JIKA KITA JUGA MENGEKSPLORASI PEMIKIRAN DHARMAKIRTI DAN
ATISHA MURIDNYA YANG JUGA GURU SI HULK (MANUSIA HIJAU) MILARESPA DARI
TIONGKOK.

pabrik_t
"entah siapa"

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Jusuf Sutanto
<jusuf_sw@...> wrote:
>
> Mbak Swas,
>
> Dalam buku Kearifan Timur dan lebih luas lagi dibahas dalam buku
sebelumnya " Spiritual Wisdom ", Hikmah - Mizan, dijelaskan bahwa
dunia ini seperti sebuah kereta yang ditarik oleh berbagai kuda, yaitu
keyakinan, cara pandang, kepentinagn politik, ekonomi dsb. Kalau kuda
-kuda itu berlari menurut kemauan dan iramanya sendiri-sendiri, maka
keretanya pasti akan hancur berantakan.
> Di masa lalu dan masih terus ada yang melanjutkan sampai sekarang
kita berpikir bahwa supaya jalannya lancar, harus diganti oleh kuda
saya. Maka soalnya bergeser dari menghela kereta menjadi memperebutkan
menjadi kudanya.
>
> Kita baru sadar setelah terjadi perjalanan ke ruang angkasa yang
ketika mengamati alam semesta ta bertepi, dia melihat bahwa bum tempat
dia tinggal, dan bangunan observatorium tempat mengamati galaxy dengan
teleskop super kuat, ternyata hanya bagian dari galaxy yang sedang
menari dari beginningless past menuju endless future. Semuanya saling
terkait dalam tarian agung energi kosmis. seperti diceriterakan oleh
ahli Fisika Quantum F.Capra dalam The
> Tao of Physicsnya F.Capra. Sekarang ternyata memang ada banyak
sekali masalah yang hanya bisa diselesaikan oleh kerjasama
international seperti : deteksi bencana alam, pandemi, perubahan
iklim, pencemaran lingkungan, HAM, dampak kenaikan harga BBM, efek
rumah kaca karena shortage oxygen, perubahan nilai tukar dsb.
> Lalu para kuda ini akhirnya harus realistis bahwa peradaban ini
hanya bisa berkelanjutan bila semua stake holdernya bertekad dan mau
bekerjasama dalam semangat menjadi Rahmat bagi Seluruh Alam Semesta.
Sehingga muncullah gagasan Dialog of Civilization untuk membangun
Dialogical Civilization yaitu peradaban yang mau menyelesaikan masalah
bersama dengan cara dialog.
>
> Semua kuda ilmu pengetahuan (empiris melalui keinderaan, ontologis,
keagamaan, seni) dan berbagai macam kepentingan menjadikan manusia
sebagai obyek. Karena itu memang tidak bisa lain kecuali kita harus
mencari formula untuk menyatukan irama larinya. Kita tidak bisa
mempreteli sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing seperti halnya
konsep kedokteran Barat yang bersifat
> mekanistik dengan spesialisasinya masing-masing, tapi harus
dibarengi dengan menemukan the hidden connections.
> Tidak ada salahnya dalam kasus yang khusus, seorang psikolog
bekerjasama dengan rohaniwan. Namun hrs tetap diingat bahwa tujuannya
untuk membantu pasien mengatasi masalahnya, bukan untuk mereduksi
realitas sesuai dengan model pendekatannya masing-masing. Bagaimana
sekarang dengan Zen ?
> Apa dasarnya kalau ada yang mengatakan ' bila psikiater dilengkapi
dengan Zen akan menjadi harimau yang bersayap ?
> Berikut ini pengalaman seorang psikiater yang juga zen master ketika
menangani masaalah schizoprenia.
>
>
> Passing Over Seorang Psikiater dan Masa Depan
> Ilmu Psikologi
>
> Dalam buku Going
> Beyond Buddha, seorang psikiater, yang juga Zen Master, menuliskan
> pengalamannya memberikan bimbingan pada seorang wanita yang
menderita gejala Schizophrenia
> di kliniknya yang berada di daerah tenang di luar kota. Ketika
wawancara baru dimulai, wanita itu
> berteriak, “Saya mau pulang, ada suara tembakan!”. Sesuai yang
diajarkan dalam
> text book, Psikiater itu semakin yakin penyakit yang dideritanya
karena berada
> di daerah yang tenang. Namun wanita itu kembali berkata, “
Sekarang mereka
> saling menembak…nah berhenti…nah sekarang mulai lagi. ” lalu
bangkit untuk
> meninggalkan ruangan.
>
>
> Psikiater
> itu mencegah dan mencoba mengalah dengan mengajak bersama-sama
mendengarkan
> suara itu. Keduanya hening dan akhirnya psikiater itu kaget karena
memang
> sayup-sayup terdengar suara mirip tembakan. Lalu ia mengajak
bersama-sama
> keluar ruangan dan berjalan di lorong. Ketika mendekati 3 ( tiga ) kamar
> berikutnya ternyata itulah suara mesin tik elektronik dari
sekretaris klinik
> yang sedang bekerja.
>
>
> Instead of merujuk pada Kitab, sang psikiater itu berani
passing over konvensi dalam text book, langsung menyelam ke dasar
mencari inti masalahnya. Mengapa ? Karena ia beriman pada jika dan
hanya jika kita bisa memahami persoalannya secara benar, maka
jawabannya sudah ada di dalamnya seperti ' di dalam biji sudah ada
pohon '
>
>
> Saya rasa kita hrs mempersiapkan generasi baru para psikolog yang
tidak hanya sekedar menjadi kolektor derivat berbagai aliran psikologi
saja. Itu boleh2 saja tapi dalam perspektif untuk menunjukkan bahwa
karena itu sekarang kita merumuskan ulang sistem pendidikannya. Kita
harus bisa membedakan mana yang pokok dan ranting sehingga tidak
terjadi apa yang seharusnya tebal, malah ditipiskan dan yang
seharusnya tipis, malah ditebalkan.
>
>
>
> Salam,
> Jusuf Sutanto
>
>
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: was_swas <was_swas@...>
> Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> Terkirim: Sabtu, 27
> Oktober, 2007 4:32:10
> Topik: Trs: [psikologi_transformatif] Psikologi ala Pak Jusuf
Sutanto - yg dengan Edy S
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Baru baca bagian obrolan Pak Jusuf dengan Mas Edy ini. Ingin numpang
komentar sedikit :)
>
>
> > --- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com, Jusuf Sutanto
> > jusuf_sw@ wrote:
>
> > > Kepada mahasiswa psikologi saya selalu ajukan pertanyaan
mendasar sbb. :
> > > Sebagai seorang psikolog, misalnya menganut agama (bisa apa saja),
> > ketika menghadapi client (kebetulan seagama) yang sedang konsultasi
> > mengatasi masalah kehidupannya yang serius.
> > > Bolehkah anda menggunakan ayat dari kitab, yang anda berdua
> > sama-sama yakini, untuk mengatasi masalahnya ?
> > > Umumnya secara spontan mereka menjawab : tidak boleh. Mengapa ?
> > > Karena fungsi psikolog dan rohaniwan lalu menjadi tumpang tindih !
> > > Sebagai psikolog, ia telah memasuki domain rohaniwan.
> > > Dua profesi ini dibutuhkan oleh masyarakat, tapi tidak bisa
> > dicampuradukkan, karena tugasnya harus dilaksanakan secara
profesional.
> > > Profesi Psikolog memberikan bimbingan dan mengajak client untuk
> > memahami
> masalah dan dirinya supaya bisa memecahkan persoalan hidupnya.
> > > Dalam kondisi menghadapi client yang gawat, memang itu bisa dipakai,
> > tapi harus dengan sangat hati-hati dan segera diikuti tindak lanjut
> > dengan kaidah-kaidah yang sesuai dengan ilmu psikologi.
>
> Komentar sedikit: setahu saya dalam psikologi prinsip dasarnya saat
menghadapi klien (tentu yang masih bisa diajak bicara) adalah menjadi
cermin bagi klien, sehingga kita bisa membantu klien untuk menemukan
sendiri cara mengatasi masalahnya. Psikolog tidak mengatasi masalah
klien, psikolog memfasilitasi sehingga klien menemukan sendiri cara
mengatasinya. Itu sebabnya psikolog pada hakikatnya tidak tell the
client what to do, melainkan stimulate the client to find the insight
himself :)
>
> Kaitannya dengan ayat2 agama.. well, setahu saya, yang tidak boleh
dilakukan adalah tell the client what to do dan menggunakan ayat2
agama itu sebagai patokannya :). Bukan penggunaan ayat2 agamanya.
Namun, jika memang masalah si klien sedikit banyak berkaitan dengan
konflik internal atas pemahamannya terhadap ayat2 agama, justru agak
kurang tepat jika kemudian kita tidak "nyemplung" bicara dengan bahasa
yang sama :)
>
> Saya malah baru dengar tuh bahwa praktek seperti itu (menggunakan
ayat2 agama) bisa dilakukan dalam menghadapi klien yang gawat ;)
Kenapa ya, jika menghadapi klien gawat lantas diperbolehkan menasihati
dengan ayat? Dan kategori gawat itu seperti apa ;)?
>
> Ngomong2, kalau menurut Pak Jusuf, ayat agama nggak boleh untuk
mengatasi masalah. Kalau cerita2 Zen boleh atau tidak, Pak ;)?
Bukankah pada dasarnya ayat agama dan cerita Zen mengandung "kearifan"
yang sama jika dibaca secara benar ;)? Soalnya kan Bapak bertanya
demikian:
>
>
> > > Apakah tidak sebaiknya Kearifan Timur dimasukkan juga dalam
> > derivat aliran psikologi yang selama ini dimonopoli oleh barat ?
>
> Kalau saya sih termasuk yang OK-OK aja dengan pendekatan baru yang
disebut sebagai Psikologi Islami, dan setuju2 saja dengan memasukkan
unsur Zen dalam psikologi. Kedua2nya saya lihat punya "kearifan" yang
sama, namun beda target market saja :) Jadi.. dasar saya adalah
kandungan kearifannya, bukan ayatnya.. hehehe..
>
> Salam,
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> <!--
>
>
>
> #ygrp-mkp{
> border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px
0px;padding:0px 14px;}
> #ygrp-mkp hr{
> border:1px solid #d8d8d8;}
> #ygrp-mkp #hd{
>
color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-height:122%;margin:10px
0px;}
> #ygrp-mkp #ads{
> margin-bottom:10px;}
> #ygrp-mkp .ad{
> padding:0 0;}
> #ygrp-mkp .ad a{
> color:#0000ff;text-decoration:none;}
> -->
>
>
>
> <!--
>
>
>
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc{
> font-family:Arial;}
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
> margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
> margin-bottom:10px;padding:0 0;}
> -->
>
>
>
> <!--
>
>
>
> #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean,
sans-serif;}
> #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
> #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica,
clean, sans-serif;}
> #ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
> #ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
> #ygrp-text{
> font-family:Georgia;}
> #ygrp-text p{
> margin:0 0 1em 0;}
> #ygrp-tpmsgs{
> font-family:Arial;clear:both;}
> #ygrp-vitnav{
> padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;}
> #ygrp-vitnav a{
> padding:0 1px;}
> #ygrp-actbar{
> clear:both;margin:25px
0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;}
> #ygrp-actbar .left{
> float:left;white-space:nowrap;}
> .bld{font-weight:bold;}
> #ygrp-grft{
> font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;}
> #ygrp-ft{
> font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid
#666;padding:5px 0;}
> #ygrp-mlmsg #logo{
> padding-bottom:10px;}
>
> #ygrp-vital{
> background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;}
> #ygrp-vital #vithd{
>
font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;}
> #ygrp-vital ul{
> padding:0;margin:2px 0;}
> #ygrp-vital ul li{
> list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee;}
> #ygrp-vital ul li .ct{
>
font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;}
> #ygrp-vital ul li .cat{
> font-weight:bold;}
> #ygrp-vital a{
> text-decoration:none;}
>
> #ygrp-vital a:hover{
> text-decoration:underline;}
>
> #ygrp-sponsor #hd{
> color:#999;font-size:77%;}
> #ygrp-sponsor #ov{
> padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;}
> #ygrp-sponsor #ov ul{
> padding:0 0 0 8px;margin:0;}
> #ygrp-sponsor #ov li{
> list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;}
> #ygrp-sponsor #ov li a{
> text-decoration:none;font-size:130%;}
> #ygrp-sponsor #nc{
> background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;}
> #ygrp-sponsor .ad{
> padding:8px 0;}
> #ygrp-sponsor .ad #hd1{
>
font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;}
> #ygrp-sponsor .ad a{
> text-decoration:none;}
> #ygrp-sponsor .ad a:hover{
> text-decoration:underline;}
> #ygrp-sponsor .ad p{
> margin:0;}
> o{font-size:0;}
> .MsoNormal{
> margin:0 0 0 0;}
> #ygrp-text tt{
> font-size:120%;}
> blockquote{margin:0 0 0 4px;}
> .replbq{margin:4;}
> -->
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> ________________________________________________________
> Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
> http://id.yahoo.com/
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Popular Y! Groups

Is your group one?

Check it out and

see.

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

Women of Curves

on Yahoo! Groups

see how women are

changing their lives.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: