Senin, 03 Desember 2007

RE: [psikologi_transformatif] Berdebat dengan ilmuwan atheis

Kaitannya dengan Islam…cerita ini kesimpulannya apa ya? ada gak sih?

 

 


From: psikologi_transformatif@yahoogroups.com [mailto:psikologi_transformatif@yahoogroups.com] On Behalf Of Yayak Heriyanto
Sent: Tuesday, December 04, 2007 1:33 PM
To: Spiritual-Indonesia@yahoogroups.com; semester_lima@yahoo.com; Sudarman Morintoh; semester_lima@yahoo.com; psikologi_transformatif@yahoogroups.com; husnul khuluq; randi_mohammad@yahoo.com
Subject: [psikologi_transformatif] Berdebat dengan ilmuwan atheis

 

*DEBAT ABU HANIFAH DENGAN ILMUWAN KAFIR*

Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari
kalangan bangsa Romawi.
Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk mengadu kemampuan
berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama Islam. Dia hendak menjatuhkan
ulama Islam dengan beradu argumentasi. Setelah melihat sudah banyak manusia
yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia
menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.

Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu
Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : "Inilah
saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan".
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap
merendahkan diri karena usianya yang masih muda.
Abu Hanifah berkata, "sekarang apa yang akan kita perdebatkan! ".

Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai
pertanyaannya :

Atheis          : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman "Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan".

Atheis          : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan
                      tidak ada sesuatu sebelum-Nya? , pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.

Atheis           : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?

Atheis           : Ya.
Abu Hanifah  : Angka berapa sebelum angka satu?

Atheis           : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang
                      mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang
                      hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?

Atheis          : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?

Atheis           : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya
                      keju itu sekarang?

Atheis          : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan
                      bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu
                      tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah
                      Ta'ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!

Atheis           :Tunjukkan kepada kami zat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti
                      besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?

Atheis           :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan
                       tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak
                       bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?

Atheis           : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?

Atheis           : Ya, masih ada.
Abu Hanifah  : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti
                       besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?

Atheis          : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat maupun bentuk
                      roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk
                      mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!

Atheis           : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala
                       sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah
                      manakah sinar lampu itu menghadap?

Atheis           : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu,
                      bagaimana dengan Allah Ta'ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya
                      langit dan bumi.

Atheis           : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada
                      akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.

Atheis          : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan.
                      Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang
                      air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.

Atheis          : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan
                      malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu
                      kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.

"Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?" tanya Atheis.
"Tuan menjawab pertanyaan-pertanya an saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah.

Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas.
"Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa
pekerjaan Allah sekarang?".
Ilmuwan kafir mengangguk.
" Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri
seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti
sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan
segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan
Allah setiap waktu".

*Salah satu tugas agama ialah memelihara akal.*
*Memelihara akal ialah dengan jalan menambah ilmu melatih diri berfikir &
merenungkannya. *
yak's

 


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

Yahoo! Groups

Women of Curves

Discuss food, fitness

and weight loss.

.

__,_._,___

RE: [psikologi_transformatif] ILMIAH (was:mukjizat nabi Muhammad SAWW dan terbelahnya bulan)

Lhah…akhirnya jawab juga to mas…lama bener mikir definisi ilmiah saja sampe seminggu?

 

 “ilmiah bagi saya adalah ketika itu masuk akal (rasional) sebab memiliki dalil yg bisa dipertanggungjawabkan dan memenuhi kaidah2nya...”

 

-          Apakah ada ilmiah “bagi saya”, “bagi si anu”, bagi “si uni”, bagi “si ono”….?

-          Emang yang ilmiah itu harus ada dalilnya ya? dalil itu apa ya?

-          Dipertanggung jawabkan? oleh siapa? kepada siapa? kriterianya apa?..?...?..?

-          Memenuhi “kaidah2nya”…kaidah siapa? bentuknya kayak apa?

 

Banyak banget tanda tanya ya?

 

 


From: psikologi_transformatif@yahoogroups.com [mailto:psikologi_transformatif@yahoogroups.com] On Behalf Of hendrik bakrie
Sent: Friday, November 23, 2007 8:59 AM
To: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Subject: RE: [psikologi_transformatif] ILMIAH (was:mukjizat nabi Muhammad SAWW dan terbelahnya bulan)

 

hahahah....hahahaha....hahaha.... saya mau jawab juga dikit ya mas... ilmiah bagi saya adalah ketika itu masuk akal (rasional) sebab memiliki dalil yg bisa dipertanggungjawabkan dan memenuhi kaidah2nya...

 

secara ilmiah, yesus itu bisa jadi adalah hasil "kebohongan" sebab tidak ada keturunannya, mirip dengan tokoh hercules (anak tuhan) yg dianggap mitos, tidak ada kuburannya, tidak ada pemerintahannya, tidak bawahannya, tidak ada kekuasaanya, apalagi dengan adanya pernyataan bahwa dia adalah tuhan sekaligus anak tuhan, dll...  

"dapatkah anda menerima 1X 3 = 1..??" (karl marx)

 

1 mangga, 1 jeruk, 1 semangka.. apakah bisa jadi 1 mangga..???

 

1 tuhan (ALLAH SWT), 1 roh kudus, 1 yesus... apakah bisa jadi 1 tuhan...???

 

jadi apakah tuhan (ALLAH SWT) sebelum ada yesus itu adala! h tuhan...??? atau belum jadi tuhan...??? atau belum sempurna jadi tuhan...??? tetapi jika tuhan jadi yesus maka tuhan belum sempurna sebab tuhan haruslah menjadi saya...

 

jadi tuhan sejati sudah sejak awal menjadi sempurna.. sehingga tuhan haruslah dan selamanya menjadi diriNya sendiri sebab dia adalah sempurna...

 

"subhanallah"

"akulah awal dan akhir"

"tidak ada yg menyerupaiNya"

"tidak ada tuhan selain ALLAH"

"dan Dia maha meliputi segala sesuatu" 

                                                               (alquran)

ALLAHUAKBAR

 

hahahaha.....hahahahah......hahahaha.............

 


Anwar Haryono <aharyono@klaras.co.id> wrote:

“Ilmiah” itu apa sih mas?

Rasa-rasanya pernah denger kata itu ya….??? artinya apa ya?


From: psikologi_transformatif@yahoogroups.com [mailto:psikologi_transformatif@yahoogroups.com] On Behalf Of Yayak Heriyanto
Sent: Wednesday, November 21, 2007 3:54 PM
To: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Subject: Re: [psikologi_transformatif] mukjizat nabi Muhammad SAWW dan terbelahnya bulan....

Ane pikir ngga' masalah ada orang-orang kita yang mencoba mengilmiahkan itu. soalnya kalo nabi kita dulu bisa menceritakan dan mengabstraksikan kondisi masjidil Aqsha kepada yahudi Mekah yang tidak percaya Isra' Mi'raj, ternyata saat ini sangat ilmiah dgn adanya teleconverence, HP,! Internet dan entah apa lagi namanya 50 tahun kedepan.

begitu juga prestasi kecepatan onta dan kuda jaman dulu, ternyata saat ini sudah dipatahkan/dikalahkan oleh  kecepatan sepeda motor, Formula 1, upersonik, ultrasoni, atau ultra yang lain nantinya.

Trus.........., masalah orang miskin & bodoh biarin mereka usaha sendiri dan menikmati jerih payah atau kemalasan mereka sendiri.

----- Original Message ----
From: Anwar Haryono <aharyono@klaras.co.id>
To: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, November 21, 2007 2:39:02 PM
Subject: RE: [psikologi_transformatif] mukjizat nabi Muhammad SAWW dan terbelahnya bulan....

Kalo jaman dulu mungkin orang arab eyel2an apakah buroq itu mirip kuda ato onta super….lha jaman sekarang juga masih ada sarjana kita yang ngitung2 kecepatan buroq ke dari mekah ke palestina….trus ke langit ketujuh….trus otak atik gathuk dengan mekanika sampe relativitas….yang ini lagi, mikirin apa bulan kayak roti kukus…..

Lha kapan ngurusi umat yang masih bodo/miskin?

Salam,

Anwar


From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto:psikologi_ transformatif@ yahoogroups. com] On Behalf Of hendrik bakrie
Sent: Wednesday, November 21, 2007 12:58 PM
To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
Subject: [psikologi_transfor matif] mukjizat nabi Muhammad SAWW dan terbelahnya bulan....

dari salah satu web site islam...

Foto-foto NASA Buktikan Terbelahnya Bulan, Mukjizat Nabi Muhammad saw

Cetak halaman ini

Kirim halaman ini ke teman via E-mail

 

Oleh: Administrator   

14/11/2007 - 15:05

Ayat-ayat pembukaan Surah al-Qamar di dalam al-Quran memperbicangkan tentang mukjizat Shaq-ul-Qamar (pembelahan bulan menj! adi dua bagian), dan foto-foto terbaru bulan yang diambil NASA membuktikan mukjizat itu, demikian ungkap seorang ulama Islam terkemuka.

Berbicara dalam suatu konferensi yang diselenggarakan oleh deputi kebudayaan Islam, Azad University, Ayatullah Dr. Abdulkareem Biazar Shirazi membacakan ayat pertama dari Surah al-Qamar: Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan (54:1) seraya berkata, “Ayat ini tentang mukjizat yang dilakukan Nabi Suci saw atas permintaan orang-orang Mekkah.

Orang-orang kafir dari kaum Quraisy ingin melihat suatu mukjizat dari Muhammad saw untuk membuktikan kenabiannya. Karena tidak ingin ditunjukkan kepada mereka satu aksi magis alih-alih sebuah mukjizat yang riil, maka mereka memi! nta agar Nabi saw membelah bulan menjadi dua bagian (mereka percaya bahwa magis atau sihir tidak akan berpengaruh pada langit).

Mereka berkata kepada Nabi saw, “Jika anda berkata benar, maka belahlah bulan bagi kami menjadi dua bagian, separuh berada di atas Gnung Abu Qubays dan yang lainnya di atas Gunung Quayquan. Nabi suci saw bertanya kepada mereka, “Jika saya melakukan hal itu, akankah kalian beriman?” “Ya, kita akan beriman,” jawab mereka. Malam itu adalah malam bulan purnama. Maka, Nabi saw berdoa kepada Allah untuk mengabulkan apa yang mereka pinta. Malam itu, bulan pun terbelah, dengan separuhnya dipindahkan dan ditempatkan di atas Gunung Abu Qubays sementara yang lainnya di atas Gunung Quayquan.

Ayatullah Biazar! Shirazi berkata bahwa ada beberapa kalangan yang menginterpretasikan ayat pertama Surah al-Qamar sebagai mengacu kepada masa depan, tetapi itu adalah mukjizat yang benar-benar terjadi pada masa Nabi Muhammad saw.

“Jika anda bertanya kepada seorang Yahudi atau Kristen apa mukjizat nabi mereka, maka mereka tidak bisa menunjukkan kepada anda Tongkat Musa atau orang-orang yang telah Yesus bangkitkan dari kematian. Namun, bukti yang menunjukkan bahwa Nabi Islam saw telah melakukan suatu mukjizat ada di luar sana . Para ilmuwan NASA meyakini bahwa, bersama dengan adanya belahan spiral dan sirkular, terdapat sebuah belahan lulus yang melintang di tengah bulan. Mereka percaya bahwa belahan itu adalah dampak dari hantaman meteor terhadap bulan, sedangkan bentuk dari belahan itu secara jelas menunjukkan bahwa bulan suatu saat pe! rnah dibelah menjadi dua bagian lalu kedua bagian itu disatukan kembali.

Konferensi yang bertajuk “Pemisahan Bulan, Mukjizat Nabi Muhammad saw, Berdasarkan Studi-studi NASA” ini diselenggarakan berkenaan dengan Pameran Internasional al-Quran ke-15 di Mesjid Imam Khomeini, Tehran.[irm/ iqna]

 

 


Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.


Get easy, one-click access to your favorites. Make Yaho! o! your homepage.

 

 


Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Best of Y! Groups

Check it out

and nominate your

group to be featured.

Official Samsung

Yahoo! Group for

supporting your

HDTVs and devices.

.

__,_._,___

[psikologi_transformatif] Berdebat dengan ilmuwan atheis

*DEBAT ABU HANIFAH DENGAN ILMUWAN KAFIR*

Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang ilmuwan besar, atheis dari
kalangan bangsa Romawi.
Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk mengadu kemampuan
berfikir dan keluasan ilmu dengan ulama-ulama Islam. Dia hendak menjatuhkan
ulama Islam dengan beradu argumentasi. Setelah melihat sudah banyak manusia
yang berkumpul di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar. Dia
menantang siapa saja yang mau berdebat dengannya.

Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-laki muda, dialah Abu
Hanifah dan ketika sudah berada dekat di depan mimbar, dia berkata : "Inilah
saya, hendak bertukar fikiran dengan tuan".
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap
merendahkan diri karena usianya yang masih muda.
Abu Hanifah berkata, "sekarang apa yang akan kita perdebatkan! ".

Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, dia lalu memulai
pertanyaannya :

Atheis          : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman "Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan".

Atheis          : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah adalah yang pertama dan
                      tidak ada sesuatu sebelum-Nya? , pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.

Atheis           : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?

Atheis           : Ya.
Abu Hanifah  : Angka berapa sebelum angka satu?

Atheis           : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang
                      mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang
                      hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?

Atheis          : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu keju?

Atheis           : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya
                      keju itu sekarang?

Atheis          : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan
                      bercampur dengan susu di seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu
                      tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah
                      Ta'ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!

Atheis           :Tunjukkan kepada kami zat Tuhan-mu, apakah ia benda padat seperti
                      besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?

Atheis           :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia bisa berbicara dengan
                       tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak
                       bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?

Atheis           : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?

Atheis           : Ya, masih ada.
Abu Hanifah  : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti
                       besi, atau cair seperti air atau menguap seperti gas?

Atheis          : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui bagaimana zat maupun bentuk
                      roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku untuk
                      mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!

Atheis           : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala
                       sesuatu pasti mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah
                      manakah sinar lampu itu menghadap?

Atheis           : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu,
                      bagaimana dengan Allah Ta'ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya
                      langit dan bumi.

Atheis           : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada
                      akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.

Atheis          : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika tuan ada di perut ibu tuan.
                      Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang
                      air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.

Atheis          : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan
                      malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu
                      kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.

"Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?" tanya Atheis.
"Tuan menjawab pertanyaan-pertanya an saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan", pinta Abu Hanifah.

Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas.
"Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa
pekerjaan Allah sekarang?".
Ilmuwan kafir mengangguk.
" Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri
seorang kafir yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti
sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan
segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan
Allah setiap waktu".

*Salah satu tugas agama ialah memelihara akal.*
*Memelihara akal ialah dengan jalan menambah ilmu melatih diri berfikir &
merenungkannya. *
yak's


Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Connect w/Parents

on Yahoo! Groups

Get support and

share information.

Yahoo! Groups

Find Green Groups

Share with others

Help the Planet.

.

__,_._,___

[psikologi_transformatif] Re: Para Atheis Perlu Datang dan Bersuara

Agama dan Politik itu mirip kok, malah hampir identik.
Kedua-duanya sama "berbicara" "what ought to be, what should to be"
('berbicara bagaimana sebaiknya, bagaimana seharusnya, NTAR ESOK HARI').
Bedanya 'di titik' kalau agama : pencarian Sang Khalik, kalau Politik
pencarian "Kekuasaan".
Ketika beragama tidak "ketemu" Sang Khalik, maka disitulah agama
menjadi pencarian kekuasaan di berbagai bidang atau agama akan identik
dengan politik.

Atheis datang? Untuk menghilangkan agama dengan tanpa agama, maka
ketika berkumpul akan menjadi agama baru..he..he..


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Angga Wijaya
<anggaji@...> wrote:
>
> Atheis Juli 30, 2007
> Agama akan tetap bertahan dalam hidup manusia, tapi
layakkah ia dibela?
>
>
> Christopher Hitchens baru-baru ini menarik perhatian ketika bukunya
terbit dengan judul God Is Not Great: Religion Poisons Everything.
Penulis Inggris ini—yang yakin bahwa Tuhan tidak akbar dan bahwa agama
adalah racun—tak bersuara sendirian di awal abad ke-21 ini. Di tahun
2004 terbit The End of Faith, oleh Sam Harris, yang tahun lalu
mempertegas posisinya dengan menyerang agama Kristen dalam Letter to a
Christian Nation. Yang juga terkenal adalah karya Richard Dawkins,
seorang pakar biologi, The God Delusion, yang mengutip satu kalimat
pengarang lain: "Bila seseorang menderita waham, gejala itu akan
disebut gila. Bila banyak orang menderita waham, gejala itu akan
disebut agama."
>
>
> Saya belum khatam membaca buku-buku itu, tapi saya telah merasa
setengah terusik, tersinggung, berdebar-debar, terangsang berpikir,
tapi juga gembira. Baiklah saya jelaskan kenapa saya gembira: kini
datang beberapa orang atheis yang sangat fasih dengan argumen yang
seperti pisau bedah. Dengan analisa yang tajam mereka menyerang semua
agama, tanpa kecuali, di zaman ketika iman dikibarkan dengan rasa
ketakutan, dan rasa ketakutan dengan segera diubah jadi kebencian.
Dunia tak bertambah damai karenanya. Maka siapa tahu memang dunia
menantikan Hitchens, Harris, dan Dawkins. Siapa tahu para atheis
inilah yang akan membuat kalangan agama mengalihkan fokus mereka dan
kemudian berhenti bermusuhan.
>
>
> Apalagi ada benarnya ketika Christopher Hitchens bicara tentang
iman dan rasa aman. Sepekan sebelum 11 September 2001, hari yang
bersejarah itu, ia ditanya dalam sebuah wawancara radio: "Bayangkan
Anda berada di sebuah kota asing di waktu senjakala, dan sejumlah
besar orang datang ke arah Anda. Akan lebih merasa amankah Anda, atau
justru merasa kurang aman, bila Anda tahu orang-orang itu baru selesai
berkumpul untuk berdoa?"
>
>
> Hitchens, yang pernah berada di Belfast, Beirut, Bombay, Beograd,
Bethlehem, dan Baghdad, menjawab, "Kurang aman."
>
>
> Ia tak bicara dari khayal. Ia telah menyaksikan permusuhan antara
orang Katolik dan Protestan di Ulster; Islam dan Kristen di Beirut dan
Bethlehem; orang Katolik Kroasia dan orang Gereja Ortodoks Serbia dan
orang Islam di bekas Yugoslavia; orang Sunni dan Syiah di Baghdad.
Beribu-ribu orang tewas dan cacat dan telantar.
>
>
> Maka bagi Hitchens, agama adalah "sebuah pengganda besar", an
enormous multiplier, "kecurigaan dan kebencian antarpuak".
>
>
> Tapi menarik bahwa Hitchens tak menyatakan agama sebagai sumber
sikap negatif itu.
>
>
> Dalam hal ini ia berbeda dari Sam Harris. Bagi Harris, konflik
antara umat Katolik dan Protestan yang berdarah di Irlandia—yang
bermula baru di abad ke-17—bersumber pada teks Alkitab, tak ada
hubungannya dengan politik pertanahan di wilayah kekuasaan Inggris
masa itu. Harris tak melihat endapan sejarah dalam tiap tafsir atas
akidah—dan dalam hal ini ia mirip seorang fundamentalis Kristen atau
Islam. Pandangannya yang menampik sejarah akan bisa mengatakan bahwa
doktrin Quran itulah yang membuat sejumlah orang menghancurkan Menara
Kembar New York dan membunuh hampir 3.000 manusia pada 11 September
2001. Harris tak akan melihat bahwa hari itu "Islam" identik dengan
amarah karena ada kepahitan kolonialisme di Timur Tengah, Afrika, dan
Asia, dan kekalahan dunia Arab di Palestina.
>
>
> Dari sini, memang ada benarnya apologi yang terkenal itu: bukan
agamanya yang salah, melainkan manusianya.
>
>
> Tapi persoalan tak selesai di situ. Orang-orang atheis semacam
Hitchens akan bertanya: Jika faktor manusia yang menyebabkan keburukan
tumbuh dalam suatu umat, berarti tak ada peran agama dalam memperbaiki
umat itu. Jika demikian, jika akidah ditentukan oleh sejarah, dan
bukan sebaliknya, apa guna agama bagi perbaikan dunia?
>
>
> Mungkin sebuah nol. Bahkan melihat begitu banyak pembunuhan
dilakukan atas nama agama hari-hari ini, orang memang mudah sampai
kepada atheisme Hitchens dan kesimpulannya: agama meracuni segala hal.
>
>
> Tapi kita dapat juga sampai pada kesimpulan yang lain:
jangan-jangan agama memang tak punya peran bagi perbaikan dunia.
Perannya memang bisa lain sama sekali—terutama bila dilihat dari awal
lahirnya agama-agama.
>
>
> Dalam ceramahnya yang diselenggarakan oleh MUIS (Majlis Ugama Islam
Singapura) bulan Juni yang lalu, Karen Armstrong mengatakan sesuatu
yang tak lazim: agama lahir dari sikap jeri (recoil) atas kekerasan.
Juga Islam, yang kini tak urung dihubungkan dengan bom bunuh diri,
konflik berdarah di Irak, Afganistan, dan Pakistan. Agama ini hadir
sebagai pembangun perdamaian di sekitar Mekah, di tengah suku-suku
Arab yang saling galak.
>
>
> Tapi mungkin juga Karen Armstrong bisa menelusurinya lebih jauh:
jika agama memang lahir dari rasa jeri akan kekerasan, rasa jeri itu
bertaut dengan kesadaran akan ketakberdayaan. Agama sebab itu tak
merasa kuasa untuk memperbaiki dunia; ia justru berada di kancah yang
tersisih, menemani mereka yang daif—sebuah posisi yang kian tampak
dalam keadaan manusia teraniaya.
>
>
> Tapi kini, dalam mencoba menyaingi gagahnya modernitas, agama
cenderung melupakan "empati asali"-nya sendiri. Orang-orang Islam
merayakan Hijrah bukan dengan rasa setia kawan dan bela rasa kepada
mereka yang diteror, walaupun Hijrah bermula dari nasib sekelompok
minoritas yang dikejar-kejar. Orang merayakan Hijrah lebih sebagai
kemenangan. Mungkin dengan tendensi itu, pengalaman kedaifan sendiri
terlupa: pekan lalu atas nama "Islam" orang-orang mengancam para
biarawati Karmel yang hendak berkumpul untuk berdoa di lembah
Cikanyere di wilayah Cianjur.
>
>
> Dalam keadaan lupa kepada yang tak berdaya itulah agama bisa jadi
tenaga yang dahsyat. Tapi ia juga bisa jadi tenaga yang tak tahu
batas. Di saat seperti itu, bukankah para atheis perlu datang dan
bersuara?
>
>
> ~Majalah Tempo Edisi. 23/XXXIIIIII/30 Juli - 05 Agustus 2007~
>
>
>
> sumber: http://caping.wordpress.com/category/fundamentalisme/
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Wellness Spot

Embrace Change

Break the Yo-Yo

weight loss cycle.

Real Food Group

Share recipes

and favorite meals

w/ Real Food lovers.

.

__,_._,___

[psikologi_transformatif] Rasa Syukur

Rasa Syukur

Ada banyak cara orang mengungkapkan rasa syukur, seperti halnya
keluarga kami mengungkapkan rasa syukur dengan mengajar mengaji
anak-anak, sekarang ini mencapai 35 anak dan 5 anak yatim yang menjadi
tanggungjawab kami untuk membimbing dan biaya sekolahnya.

Tentunya anda juga punya cara sendiri yang lebih baik..

Wassalam,
Agussyafii

=============================================================
Silahkan kirimkan komentar anda tentang tulisan ini di
http://agussyafii.blogspot.com atau sms di 0888 176 48 72
=============================================================

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

HDTV Support

on Yahoo! Groups

Help with Samsung

HDTVs and devices

.

__,_._,___

[beasiswa] (INFO) (SURABAYA) Invitation for Toast Master Meeting

Dear all,

Let's improve our English speaking!
Please come to Toast Master meeting that will be held at :

Day / Date : Wednesday / 05-11-2007
Venue : Restoran Kemiri, Jl. Embong Kemiri no. 4, Surabaya
Time : 18.30 - 21.00

For further information please contact Yudi 081 2312 3417.
Snack and drink are free provided.

Looking forward to seeing you at the meeting!

Regards,
Yashinta

----------------------
Free MBA Guide: http://www.milisbeasiswa.com/mba

INFO, TIPS BEASISWA, FAQ - ADS
Hanya ada di http://www.milisbeasiswa.com/

===============================

CARI KERJA?
Gabung dengan milis vacancy. Kirim email kosong ke vacancy-subscribe@yahoogroups.com.
http://www.groups.yahoo.com/group/vacancy

===============================

INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/join

(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:beasiswa-digest@yahoogroups.com
mailto:beasiswa-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:

http://docs.yahoo.com/info/terms/

[psikologi_transformatif] Para Atheis Perlu Datang dan Bersuara

Atheis Juli 30, 2007


Agama akan tetap bertahan dalam hidup manusia, tapi layakkah ia dibela?

Christopher Hitchens baru-baru ini menarik perhatian ketika bukunya terbit dengan judul God Is Not Great: Religion Poisons Everything. Penulis Inggris ini—yang yakin bahwa Tuhan tidak akbar dan bahwa agama adalah racun—tak bersuara sendirian di awal abad ke-21 ini. Di tahun 2004 terbit The End of Faith, oleh Sam Harris, yang tahun lalu mempertegas posisinya dengan menyerang agama Kristen dalam Letter to a Christian Nation. Yang juga terkenal adalah karya Richard Dawkins, seorang pakar biologi, The God Delusion, yang mengutip satu kalimat pengarang lain: "Bila seseorang menderita waham, gejala itu akan disebut gila. Bila banyak orang menderita waham, gejala itu akan disebut agama."

Saya belum khatam membaca buku-buku itu, tapi saya telah merasa setengah terusik, tersinggung, berdebar-debar, terangsang berpikir, tapi juga gembira. Baiklah saya jelaskan kenapa saya gembira: kini datang beberapa orang atheis yang sangat fasih dengan argumen yang seperti pisau bedah. Dengan analisa yang tajam mereka menyerang semua agama, tanpa kecuali, di zaman ketika iman dikibarkan dengan rasa ketakutan, dan rasa ketakutan dengan segera diubah jadi kebencian. Dunia tak bertambah damai karenanya. Maka siapa tahu memang dunia menantikan Hitchens, Harris, dan Dawkins. Siapa tahu para atheis inilah yang akan membuat kalangan agama mengalihkan fokus mereka dan kemudian berhenti bermusuhan.

Apalagi ada benarnya ketika Christopher Hitchens bicara tentang iman dan rasa aman. Sepekan sebelum 11 September 2001, hari yang bersejarah itu, ia ditanya dalam sebuah wawancara radio: "Bayangkan Anda berada di sebuah kota asing di waktu senjakala, dan sejumlah besar orang datang ke arah Anda. Akan lebih merasa amankah Anda, atau justru merasa kurang aman, bila Anda tahu orang-orang itu baru selesai berkumpul untuk berdoa?"

Hitchens, yang pernah berada di Belfast, Beirut, Bombay, Beograd, Bethlehem, dan Baghdad, menjawab, "Kurang aman."

Ia tak bicara dari khayal. Ia telah menyaksikan permusuhan antara orang Katolik dan Protestan di Ulster; Islam dan Kristen di Beirut dan Bethlehem; orang Katolik Kroasia dan orang Gereja Ortodoks Serbia dan orang Islam di bekas Yugoslavia; orang Sunni dan Syiah di Baghdad. Beribu-ribu orang tewas dan cacat dan telantar.

Maka bagi Hitchens, agama adalah "sebuah pengganda besar", an enormous multiplier, "kecurigaan dan kebencian antarpuak".

Tapi menarik bahwa Hitchens tak menyatakan agama sebagai sumber sikap negatif itu.

Dalam hal ini ia berbeda dari Sam Harris. Bagi Harris, konflik antara umat Katolik dan Protestan yang berdarah di Irlandia—yang bermula baru di abad ke-17—bersumber pada teks Alkitab, tak ada hubungannya dengan politik pertanahan di wilayah kekuasaan Inggris masa itu. Harris tak melihat endapan sejarah dalam tiap tafsir atas akidah—dan dalam hal ini ia mirip seorang fundamentalis Kristen atau Islam. Pandangannya yang menampik sejarah akan bisa mengatakan bahwa doktrin Quran itulah yang membuat sejumlah orang menghancurkan Menara Kembar New York dan membunuh hampir 3.000 manusia pada 11 September 2001. Harris tak akan melihat bahwa hari itu "Islam" identik dengan amarah karena ada kepahitan kolonialisme di Timur Tengah, Afrika, dan Asia, dan kekalahan dunia Arab di Palestina.

Dari sini, memang ada benarnya apologi yang terkenal itu: bukan agamanya yang salah, melainkan manusianya.

Tapi persoalan tak selesai di situ. Orang-orang atheis semacam Hitchens akan bertanya: Jika faktor manusia yang menyebabkan keburukan tumbuh dalam suatu umat, berarti tak ada peran agama dalam memperbaiki umat itu. Jika demikian, jika akidah ditentukan oleh sejarah, dan bukan sebaliknya, apa guna agama bagi perbaikan dunia?

Mungkin sebuah nol. Bahkan melihat begitu banyak pembunuhan dilakukan atas nama agama hari-hari ini, orang memang mudah sampai kepada atheisme Hitchens dan kesimpulannya: agama meracuni segala hal.

Tapi kita dapat juga sampai pada kesimpulan yang lain: jangan-jangan agama memang tak punya peran bagi perbaikan dunia. Perannya memang bisa lain sama sekali—terutama bila dilihat dari awal lahirnya agama-agama.

Dalam ceramahnya yang diselenggarakan oleh MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura) bulan Juni yang lalu, Karen Armstrong mengatakan sesuatu yang tak lazim: agama lahir dari sikap jeri (recoil) atas kekerasan. Juga Islam, yang kini tak urung dihubungkan dengan bom bunuh diri, konflik berdarah di Irak, Afganistan, dan Pakistan. Agama ini hadir sebagai pembangun perdamaian di sekitar Mekah, di tengah suku-suku Arab yang saling galak.

Tapi mungkin juga Karen Armstrong bisa menelusurinya lebih jauh: jika agama memang lahir dari rasa jeri akan kekerasan, rasa jeri itu bertaut dengan kesadaran akan ketakberdayaan. Agama sebab itu tak merasa kuasa untuk memperbaiki dunia; ia justru berada di kancah yang tersisih, menemani mereka yang daif—sebuah posisi yang kian tampak dalam keadaan manusia teraniaya.

Tapi kini, dalam mencoba menyaingi gagahnya modernitas, agama cenderung melupakan "empati asali"-nya sendiri. Orang-orang Islam merayakan Hijrah bukan dengan rasa setia kawan dan bela rasa kepada mereka yang diteror, walaupun Hijrah bermula dari nasib sekelompok minoritas yang dikejar-kejar. Orang merayakan Hijrah lebih sebagai kemenangan. Mungkin dengan tendensi itu, pengalaman kedaifan sendiri terlupa: pekan lalu atas nama "Islam" orang-orang mengancam para biarawati Karmel yang hendak berkumpul untuk berdoa di lembah Cikanyere di wilayah Cianjur.

Dalam keadaan lupa kepada yang tak berdaya itulah agama bisa jadi tenaga yang dahsyat. Tapi ia juga bisa jadi tenaga yang tak tahu batas. Di saat seperti itu, bukankah para atheis perlu datang dan bersuara?

~Majalah Tempo Edisi. 23/XXXIIIIII/30 Juli - 05 Agustus 2007~


sumber: http://caping.wordpress.com/category/fundamentalisme/











Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Parenting Groups

on Yahoo! Groups

Single Parenting

to managing twins.

Yahoo! Groups

Join a Health

& Fitness Group

or create your own.

.

__,_._,___