Senin, 03 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Muhammad sang reformis agung (2)

dari salah satu web site islam..

Muhammad, Sang Reformis Agung (II)
KH. Jalaluddin Rakhmat
Pada Al-Tanwir No. 121, kita bercerita tentang Reformasi Agung pertama yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Reformasi yang dilakukan Rasulullah saw tidak dilakukan dengan tujuan untuk membentuk partai atau mendirikan negara Islam. Tujuan reformasi Rasulullah saw ialah untuk menegakkan keadilan, menentang kezaliman, dan melawan penindasan. Seluruh ajaran Islam yang berkaitan dengan politik tidak ada hubungannya dengan posisi dalam bidang pemerintahan. Kegiatan orang Islam memasuki kegiatan politik hanya untuk menegakkan keadilan dan menumbangkan kezaliman.
Rasulullah saw terlibat dalam kegiat-an politik. Bahkan beliau ikut serta dalam peperangan sampai 80 kali. Begitu sibuknya Rasulullah saw dalam menghadapi perang demi perang, sehingga ada seorang penyair, yang meskipun sangat mengagumi akhlak Nabi, tidak jadi masuk Islam. Ketika ia hampir masuk Islam, kebetulan ia bertemu dengan Nabi dalam Perang Badar. Waktu itu Nabi sedang bertarung dengan musuh. Penyair itu tidak jadi masuk Islam. Dia berkata, "Bagai-mana seorang nabi bisa membunuh sesama manusia?". Dalam bayangan dia, Nabi hanya mengajarkan zikir dan doa.
Mengapa Nabi terlibat dalam pepe-rangan yang begitu banyak? Sebabnya satu saja, yaitu karena Nabi ingin menentang orang-orang zhalim dan menegakkan keadil-an. Surat-surat pertama yang diturunkan dalam Al-Qur'an bercerita tentang keadilan atau mengusik rasa keadilan orang. Perhati-kan, misalnya, surat Al-Quraisy. Surat itu menceritakan dua kelompok dalam masya-rakat Arab waktu itu.
 
Kelompok pertama, ialah kelompok elit yang memiliki sumber daya kekuatan dan perdagangan yang besar. Salah satu anggota kelompok ini ialah orang-orang Quraisy yang    perdagangannya bergantung kepada musim. Pada musim dingin, mereka berdagang ke daerah sebelah selatan yang suhunya lebih hangat. Sementara pada musim panas, mereka berdagang ke daerah sebelah utara yang udaranya lebih sejuk. Dalam Al-Qur'an disebutkan, "Kebiasaan orang Quraisy itu pergi berdagang pada musim dingin dan musim panas". (QS. Al-Quraisy 2)
Kelompok kedua, ialah orang-orang miskin dan para budak belian yang tidak jelas kabilahnya. Hubungan di antara dua kelompok ini adalah penindasan dan kezalim-an. Bukan itu saja, kelompok elit itu merasa bahwa mereka juga adalah orang yang paling beragama. Orang kaya itu mengatakan kepada orang-orang miskin bahwa kemiskin-an mereka disebabkan karena mereka tidak beragama dan tidak diridhai Allah swt.
Ayat-ayat Al-Qur'an yang pertama jarang berbicara tentang zikir dan shalat, melainkan berbicara tentang kritik kepada para penguasa: Kecaman kepada orang-orang kaya yang membanggakan kekayaannya dan ejekan pada orang-orang miskin. Surat Al-Humazah menyindir mereka, "Celakalah si pencaci dan si pemaki, yang mengumpulkan harta dan menghitungnya. Dia mengira hartanya akan mengekalkan kekuasaan dia." (QS. Al-Humazah 1-3).
Nabi datang dengan membawa ancaman kepada orang-orang kaya yang mencaci maki orang-orang miskin, yang me-ngumpul-ngumpul kekayaan, dan meng-hitungnya. Orang kaya itu mengatakan bahwa mereka kaya dan berkuasa karena Tuhan ridha kepada mereka dan kemiskinan itu disebabkan oleh ketidakridhaan Tuhan. Jadi, keridhaan Allah ditentukan oleh jumlah kekayaan yang dimiliki. Itulah ideologi yang diajarkan oleh orang-orang kaya. Sehingga orang kaya menjadi terhormat karena diridhai Allah swt.
Rasulullah saw datang membawa ayat-ayat Al-Qur'an yang menegaskan bahwa kekayaan itu tidak merupakan ukuran ridha Allah.
Di dalam Al-Qur'an surat Al-Fajr, Tuhan berfirman, "Manusia itu, apabila diberi rizki yang banyak, dia berkata, 'Tuhan sedang memuliakan aku'. Namun apabila dia sedang disempitkan rizkinya, dia berkata, 'Tuhan merendahkan aku'." (QS. Al-Fajr 15-16).
Al-Qur'an menyatakan bahwa kaya dan miskin itu tidak ada hubungannya dengan ridha dan kemurkaan Allah. Seorang miskin dan seorang yang kaya itu dikarena-kan segelintir orang di antara manusia yang makan kekayaan alam dengan rakus, men-cintai harta dengan berlebih-lebihan, meng-abaikan nasib anak-anak yatim, dan tidak ada upaya untuk mensejahterakan orang-orang miskin.
Beberapa waktu yang lalu, saya menghadiri seminar "Anak Ter-aniaya". Saya dengar dari Harian Kompas, akhir-akhir ini karena krisis moneter, jumlah anak jalanan naik tiga kali lipat. Pasal 34 dalam UUD 1945 tentang fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, dihapalkan betul oleh mereka. Karena yang mereka saksikan, fakir miskin dan anak-anak ditelantarkan oleh negara. Waktu itu ada seorang yang berbicara bahwa anggaran belanja negara untuk anak terlantar adalah nol persen dan anggaran belanja negara untuk fakir miskin adalah nol koma nol persen. Hampir tidak ada dana untuk menolong orang-orang miskin dan anak-anak terlantar.
Menurut Al-Qur'an, yang menyebabkan kaya dan miskinnya seseorang adalah ketimpangan ekonomi. Ketimpangan ekonomi adalah masalah keadilan. Nabi saw adalah seorang reformis yang ideologinya adalah keadilan dan yang ditentangnya, sampai beliau melakukan peperangan, adalah kezaliman dan penindas-an. Nabi memihak orang-orang miskin yang tertindas, melanjutkan tradisi para nabi sebelumnya.
Para nabi sebelumnya selalu memihak orang-orang tertindas dan menentang penguasa. Ibrahim as, Bapak Para Nabi, memihak rakyat kecil dan menentang raja yang bernama Namrud. Musa as memihak Bani Israil yang tertindas, yang harus membangun Piramid dengan darah dan air mata mereka. Musa berjuang melawan Fir'aun. Isa as juga memihak orang-orang kecil, menghibur mereka, dan mengajak mereka melawan penguasa-penguasa zhalim. Sampai Nabi Isa berkata, "Berbahagialah orang-orang lapar, karena Tuhan akan mengenyangkan mereka. Berbahagialah orang-orang miskin karena mereka akan mewarisi kerajaan Tuhan...." (Perjanjian Lama, Mathius 5).
Al-Qur'an pun turun dengan maksud, "Untuk memberikan anugerah kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan hendak kami jadikan mereka pemimpin dan pewaris bumi ini." (QS. Al-Qashash 5)
Itulah reformasi Rasulullah saw yang pertama, menumbangkan kezhaliman dan menegakkan keadilan. Nabi meletakan keadilan di atas segala-galanya. Jika ada aturan dan hukum-hukum yang  bertentang-an dengan keadilan, maka hukum itu tidak berlaku. Salah satu tanda keadilan adalah kepatuhan orang kepada hukum.
Reformasi Kedua: Menegakkan Ummat
Reformasi Rasulullah saw yang kedua adalah mengubah masyarakat dari sistem sosial yang berdasarkan kesukuan, kekeluar-gaan, dan kelompok kepada komunitas yang berdasarkan ideologi Islam, dari Tribalisme ke Komunitas, dari perasaan kekabilahan ke sebuah sistem yang didasarkan kepada ikatan keislaman atau Ukhuwwah Islamiyah. Nabi mengubah sebuah masyarakat yang diikat oleh kesetiaan kepada kelompok menjadi kesetiaan kepada Islam. Dari kehidupan yang berdasarkan semangat suku dan fanatisme kelompok kepada kehidupan yang didasarkan kepada persaudaraan Islam.
Nabi sangat menentang orang-orang yang mendahulukan kepentingan kesukuan dan keluarga di atas kepentingan Islam.
Dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah, orang-orang bergabung tidak dalam suku bangsa, tapi dalam kabilah atau keluarganya masing-masing. Misalnya dalam kabilah Bani Kinanah, Bani Quraisy, dan Bani Kilab.
Kesetiaan seseorang bergantung kepada kabilahnya. Kalau ada tamu datang pada satu kabilah, maka tamu itu bukan tamu kepada seseorang saja tetapi ia adalah tamu bagi seluruh kabilah itu. Kalau ada orang yang memusuhi kabilah itu, maka dia bukan saja musuh bagi seseorang, tapi musuh bagi seluruh anggota kabilah itu. Kalau ada orang yang terbunuh di antara mereka, maka seluruh kabilah akan membelanya. Tidak jadi persoalan apakah orang itu benar atau salah.
Dalam kehidupan padang pasir yang gersang, perlindungan kelompok itu sangat penting. Karena itu, mereka setia kepada kelompok-nya. Itulah yang kita sebut Tribalisme. Dari situlah bermuara nepotisme.
Nepotisme adalah pemilihan orang bukan berdasarkan kemampuannya tapi berdasarkan hubungan kekeluargaan. Bila seseorang bersalah, namun orang itu ialah keluarganya, maka dia akan dibebaskan dari segala hukuman. Right or wrong is my relative.
Tidak setiap pengangkatan keluarga jadi pegawai adalah Nepotisme. Orang keliru beranggapan tentang Nepotisme. Sampai ada yang mengatakan bahwa mazhab Ahlul Bait adalah mazhab nepotisme. Padahal tidak seluruh keluarga Ahlul Bait itu dijadikan Imam. Pernah Ibrahim as bermohon kepada Allah, meminta supaya keturunannya dijadi-kan Imam. Tuhan langsung memotong salah satu unsur nepotisme dengan berkata, "Keluarga kamu, Insya Allah, akan jadi Imam. Tapi tidak semua keluarga kamu jadi Imam. Hanya keluarga kamu yang tidak zhalimlah yang jadi Imam." (Lihat QS. Al-Baqarah 124).
Walaupun ada anggota keluarga yang ditunjuk, mereka ditunjuk berdasarkan kemampuan. Kita berbuat zhalim bila kita tidak mau menerima seseorang yang mampu hanya karena dia adalah keluarga. Hal itu merupakan nepotisme pada titik ekstrem yang lain. Sumber Nepotisme adalah Tribalisme. Nabi Muhammad SAW datang untuk me-reformasi sistem seperti itu.
Pada mulanya, orang mengikuti banyak Kabilah. Pemimpin kabilah itu disebut Maulâ. Di dalam Bahasa Arab, orang yang memerintah satu tempat, satu propinsi, atau satu kabilah disebut Maulâ. Maulâ pun berarti orang yang dipertuan atau orang yang dianggap sesepuh.
Kalau ada seseorang yang lari karena dikejar-kejar oleh satu kelompok, kemudian ia berlindung pada kelompok yang lain, maka dia harus memilih salah seorang dari satu kelompok itu untuk melindungi dia. Orang yang dipilih disebut Maulâ dan anehnya, orang yang berlindung kepadanya juga disebut Maulâ.
Maulâ adalah orang yang melindungi seseorang dan Maulâ juga berarti orang yang dilindungi oleh Maulâ itu. Budak-budak belian yang dilindungi oleh seseorang disebut Maulâ. Misalnya, Salim Maulâ Abi Huzaifah. Salim itu lari dari kabilahnya. Ketika ia mencari perlindungan, ia bertemu Abu Huzaifah yang melindunginya. Sehingga Salim disebut Salim Maulâ Abi Huzaifah dan bisa juga disebut Abu Huzaifah Maulâ Salim.
Nabi mengajarkan masyarakat Arab untuk meninggalkan seluruh Kabilah itu. Mereka harus mencari pelindung yang satu saja yaitu Allah swt. Dengan kedatangan Nabi, semua kabilah yang banyak itu, seakan-akan disuruh memilih di antara dua kabilah saja;  "Kabilah" Allah dan kabilah selain Allah.
Oleh Al-Qur'an, kabilah selain Allah itu disebut Thaghut. Allah sekarang menjadi Maulâ buat orang-orang mukmin. Dalam suratsurat Muhammad ayat 11, Allah berkata: "Itu karena Allah adalah Maulânya orang-orang yang beriman". Sementara dalam Al-Hajj ayat 78, Tuhan berfirman, "Berlindunglah kamu semua dalam perlindungan Allah. Dia akan jadi Maulâ kamu. Dialah sebaik-baik Maulâ dan sebaik-baiknya penolong". Orang-orang Islam yang sudah tergabung dalam kabilah Allah diperintahkan untuk meninggal-kan segala macam kabilah itu dan dianjurkan untuk berdoa "Anta maulânâ fanshurnâ 'alal qaumil kâfirîn. Engkaulah pelindung kami. Dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah 286).
Allah adalah maula. Allah juga adalah wali. Orang-orang yang mengangkat Allah sebagai wali, adalah juga menjadi wali, waliyullâh. Allah menjadi walinya dan ia menjadi wali Allah.
Allah menegaskan bahwa orang-orang yang masuk Islam harus meninggalkan kesetiaan kepada kabilah-kabilah dan kepada maula-maula yang banyak itu. Sekarang kesetiaannya itu harus dipersembahkan kepada seorang maula saja yaitu Allah swt. "Allâhu waliyul ladzîna âmanû. Yukhrijuhum minnazh zhulumâti illan nûr. Allah adalah wali orang-orang yang beriman. Allah mengeluar-kan mereka dari berbagai kegelapan kepada cahaya". (QS. Al-Baqarah 257).
Orang-orang kafir itu mempunyai banyak wali. Di hadapan Allah, semua wali itu sejenis saja, yaitu Thaghut. Thaghut  artinya tiran. Berasal dari kata thaghâ yang artinya berbuat zhalim. Dalam Al-Qur'an, tidak ada bentuk jamak dari kata Thaghut. Dalam surat Ali-Imran ayat 68, Tuhan berfirman, "Allah adalah wali orang-orang beriman". Adapun dalam surat Al-Maidah ayat 55 dijelaskan, "Wali kamu adalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman".
Inilah reformasi kedua yang dilaku-kan oleh Nabi, mengubah masyarakat dari kesetiaan kepada kelompok dan keluarga menjadi kesetiaan kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin.
Allah adalah pemimpin maulanya. Allah menunjuk Rasul-Nya sebagai wakil Tuhan di bumi ini dan komunitasnya adalah orang-orang beriman. Dasar yang mengikat kesetiaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kalimat syahadat "Asyhadu allâ ilâha illa Allâh wa asyhadu anna Muhammadan Rasûlullâh".


Get easy, one-click access to your favorites. Make Yahoo! your homepage.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Green Groups

on Yahoo! Groups

share your passion

for the planet.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: