Minggu, 09 Maret 2008

[psikologi_transformatif] Sisi "negatif" MMD ... hehe ... sampai lupa no. PIN HP sendiri.


Sisi "negatif" MMD ... hehe ... sampai lupa no. PIN HP sendiri.

Berikut forward dari email yang barusan diterima oleh Pak Hudoyo dari Yopi Sutedjo:

From: "Yopie Sutedjo" <deepblue992000@yahoo.com>
To: <mailto:hudoyo@cbn.net.id>hudoyo@cbn.net.id
Selamat Pagi Pak Hudoyo,
saya peserta MMD kemarin yg disingaraja.
Mohon copy terjemahan bernaditte Roberts dan Scheduled Bapak untuk 2008.
Oh ya apakah ada brosur tentang MMD yg versi bahasa Inggris, karena
baru teringat kalau brosur yg akan saya taruh di ubud itu komunitas
orang asing jadi lebih mudah bagi mereka untuk mengerti langsung. untuk
yg bahasa Indonesia akan saya letakkan di beberapa tempat komunitas
spiritual dan vegetarian rest dan beberapa tempat lain.
Untuk DVD Krisnamurti yg sedang bapak terjemahkan kalau sudah selesai
tolong diinformasikan Pak, saya ingin juga dan dimana saya bisa
dapatkan atau beli, karena sempat cerita ke beberapa teman ada juga yg
tertarik.

sedikit sharing,
memori saya hari ini baru perlahan lahan kembali normal, sewaktu pulang
sabtu kemarin saya sempat menertawakan carol peserta dari brasil karena
dia tanya ke saya tentang hari, tgl, jam dll karena dia lupa sama
sekali.
Waktu berjalan saya hanya merasakan kesadaran saya jauh lebih baik
disaat mengendarai motor hanya berpikir ttg jalan saja.
Namun ketika mau ambil uang di ATM saya sama sekali lupa passwordnya...
so saya skip... setiba dirumah saya aktifkan HP saya dan diminta no
pin, ternyata saya juga lupa dan salah masukkan no hingga terblokir dan
baru senin ini bisa saya aktifkan lagi.
saya sempat coba berpikir keras untuk pasword-password yg lain namun
ada sebagian yg ingat dan sebagian masih lupa.

malam hari saya lewatkan dengan meditasi, karena sebelumnya saya coba
untuk membaca buku yg harus dan ingin saya baca namun pikiran saya
tidak bisa bekerja dengan baik so saya lewatkan dengan meditasi.

hari ini sudah lebih baik, meskipun saya masih belum tahu apa saja yg
masih terlupa. Namun ada hal menarik yg bapak katakan kemarin bahwa
kita akan merasa aneh bila melihat orang orang yg kita jumpai dijalan.
benar aneh tapi banyak perasaan sedih yg muncul jika mengamati orang
orang yg saya temui.

itu dulu saya tunggu balasannya,
terima kasih dan salam dari Bali,

Yopi
HP _______________

[]

[]

[]
... selamat, Pak Yopi, sampai Anda lupa no. PIN HP sendiri.

Kalau Anda lupa sesuatu, jangan berpikir keras untuk mengingatnya, nanti malah lama tidak teringat; semakin cemas, akan semakin lupa.

Alih-alih, berilah pesan kepada bawah-sadar Anda, sebaiknya dengan bersuara, jangan cuma di dalam hati: "Tolong tampilkan kembali nomor PIN HP saya ...", lalu diamlah dan tunggu; jangan dipikir-pikir lagi, cobalah masuk ke dalam keheningan yang sudah Anda kenal. ..... Sebentar lagi, pasti no PIN itu muncul dalam kesadaran Anda. Boleh dicoba, setiap Anda lupa sesuatu.

Salam,
semar

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

How-To Zone

on Yahoo! Groups

Discuss home and

garden projects.

Special K Group

on Yahoo! Groups

Learn how others

are losing pounds.

.

__,_._,___

[beasiswa] [INFO] Beasiswa UI u/ 1000 Anak Bangsa

----- Forwarded Message ----
From: zahra amalia <amaliahazny@yahoo.com>
To: dastan <dastanbooks@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, March 6, 2008 12:26:15
Subject: [ufukpress] Beasiswa UI u/ 1000 Anak Bangsa

http://www.ui.edu/notice/beasiswa-universitas-indonesia-untuk-seribu-anak-bangsa-id.html


Dengan datangnya tahun ajaran baru 2008/2009 Universitas Indonesiamenyambut semua Anak-anak Bangsa Calon Pemimpin Masa Depan untukmenjalani proses pendidikan di Universitas Indonesia. UniversitasIndonesia berkomitmen proses pendidikan yang diselenggarakan berkualitas
sebaik mungkin untuk mengejar ketertinggalan bangsa kita tercinta. Untuk itulah misi Ui adalah:

Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi berbasis riset untuk pengembangan Ilmu Teknologi, Seni dan Budaya; dan
MenyelenggarakanPendidikan Tinggi yang mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkantaraf dab kualitas kehidupan masyarakat Indonesia serta kemanusiaan.
Prosespendidikan berkualitas tidaklah murah. Oleh karena itu, kebijakan UImenyempurnakan sistem pembiayaan studi sehingga mahasiswa yang berasaldari keluarga dengan kemampuan keuangan yang baik dapat memberikankontribusi yang memadai bagi UI. Adapun mahasiswa program SPMB dan PPKByang berasal dari keluarga dengan keterbatasan keuangan namun memilikikemampuan akademik
dan non-akademik yang baik, disediakan beasiswa.
1.Beasiswa Universitas Indonesia untuk Seribu Anak Bangsa diberikanberupa bantuan biaya pendidikan dalam bentuk angsuran, pengurangan,atau pembebasan biaya studi bagi mahasiswa baru yang diterima melaluiSPMB atau PPKB.

2. Beasiswa hanya berlaku setelah calonmahasiswa dinyatakan diterima di UI melalui dua jalur tersebut danmendaftar sebagai mahasiswa UI pada tahun ajaran 2008/2009.

3.Mendapatkan surat rekomendasi memperoleh beasiswa Universitas Indonesiauntuk Seribu Anak Bangsa bukan merupakan jaminan calon mahasiswatersebut diterima di UI. Calon mahasiswa masih harus berjuang melaluiSPMB atau PPKB.

4. Pengajuan beasiswa dilakukan secarakolektif melalui sekolah asal masing-masing disertai dengan kelengkapanberkas. Pengajuan yang tidak lengkap tidak akan diproses; dan jikadiperlukan, panitia akan melakukan peninjauan lapangan Selain dikirimke sekolah-sekolah, formulir pendaftaran dan brosur tersedia secaraelektronik.

Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan lewattelepon (021)7864125 setiap jam kerja; melalui e-mail kesma.ui@gmail.com (KESMA BEM UI); atau melalui forum tanya jawab.
Berkas yang diterima paling lambat dikirim 4 April (cap pos).
Setelahmelaui proses seleksi, pengumuman hasil seleksi calon penerima beasiswaini akan diumumkan melalui sekolah-sekolah dan web UI. Keputusanpanitia adalah final dan tidak dapat diganggu
gugat.

Keterangan lebih lanjut mengenai ketentuan dan syarat2nya dapat dilihat di (http://img211. imageshack. us/img211/ 4166/posterbeasi swact9.jpg)
formulir bisa didapatkan di (http://www.box. net/shared/ i350wf8kkk)


INFO, TIPS BEASISWA, FAQ - ADS
Hanya ada di http://www.milisbeasiswa.com/

===============================

CARI KERJA?
Gabung dengan milis vacancy. Kirim email kosong ke vacancy-subscribe@yahoogroups.com.
http://www.groups.yahoo.com/group/vacancy

===============================

INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/join

(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:beasiswa-digest@yahoogroups.com
mailto:beasiswa-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:

http://docs.yahoo.com/info/terms/

[psikologi_transformatif] Re: INTERSTANDING HUMAN BEING

Good...

Manteb Bro Audifax...! Tulisan anda kali ini sangatlah jelas. Memang
banyak sekali secara kolektif, simbol-simbol yang bisa dijadikan bahan
sebagai stigma. Kita hidup di masyarakat Indonesia ini sepertinya
telah terberi sangkar-sangkar stigma.

Pengawasan (dari) masyarakat melekat...begitulah saya mengistilahkannya.

Salam,
Adhi Purwono.

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, audifax -
<audivacx@...> wrote:
>
> Interstanding Human Being
>
>
>
>
> Oleh:
> Audifax
> Staf Peneliti di SMART Human Re-Search & Psychological Development
>
>
>
>
> Stigma adalah penyederhanaan terhadap proses pengenalan
terus-menerus terhadap Liyan (Yang-Lain). Proses itu disederhanakan
ke dalam suatu finalitas definisi. Kebaruan yang terus-menerus dari
Liyan bukan diapresiasi sebagai keindahan melainkan ancaman yang harus
dihentikan. Hambatan dinamika persentuhan sosial terjadi lewat stigma.
Ketika kita mencoba mengenal Orang-Lain [Liyan] dengan pertama-tama
mengategorikan sebagai anggota kelompok dengan stigma, seperti:
Muslim, Kristen. Keturunan Cina, Bonek dan sebagainya, maka seperti
dianalisis oleh Elias Canetti, selalu ada rasa takut untuk bersentuhan
[Berührungsangst] yang mewarnai setiap fase pengenalan.
> Sebelum saya bicara lebih jauh, ada sebuah contoh kasus menarik
yang saya ambil dari sebuah milis alumni milik sebuah Fakultas
Psikologi ternama di Surabaya. Bermula dari perdebatan yang saya rasa
banyak terjadi di sejumlah fakultas dengan disiplin tertentu, yaitu
soal marka berpakaian [menggunakan krah, bersepatu dan sejenisnya]
lalu muncul sebuah argumen menarik dari Hari K. Lasmono, satu-satunya
profesor di Fakultas Psikologi tersebut. Bagi saya, perdebatan tentang
marka berpakaian itu hal yang biasa, tetapi cara Sang Profesor
mengargumentasikan pentingnya berpakaian menggunakan krah dan sepatu
bisa kita jadikan renungan lebih jauh untuk kita membahas mengenai
keterbukaan terhadap pluralitas atau keterbukaan terhadap Yang-Lain.
Simak pernyataan beliau (bold saya lakukan pada bagian penting):
> Ruuuuaaar biasa, ini baru buah pendapat yang segar dan akomodatif,
dan sangat bijak!!!!!!!! Apalagi keluar dari pikiran-pikiran yang
masih muda belia! Bravooooo! Saluuuuut setinggi-tingginya kepada kaum
muda tetapi berpikiran bijak dan tidak larut dan hanyut dengan
pendapat yang sok hueeebat, sok paling tahu memaknai ekspresi cara
berpakaian orang, sok pejuang HAM, apalagi mengandung fitnah
seolah-olah ada aturan di UBAYA yang mengaitkan intelektualitas atau
kualitas seseorang atau apalah namanya dengan cara berpakaian dan
bersepatu. Saya cari-cari di peraturan-peraturan UBAYA sampai
berlama-lama, koq nggak menemukan ada pimpinan UBAYA yang
mengait-ngaitkan kedua masalah itu, lhaaa koq ada pendapat yang
menuduh begitu? Apa itu bukan tergolong fitnah?????? Saya sebenarnya
pengen tanya pada "pakar kemanusiaan ---entah siapa yang
berkualifikasi atau merasa begitu:
>
>
> 01.kalau ada sdr kita dari Papua sekolah di Fapsi lalu pengan
pakai pakaian adatnya dengan koteka dan yang perempuan no-bra, apa ya
kita biarkan???????? Apa tidak kita ajak untuk sementara memakai
busana seperti yang lain selama di UBAYA, kemudian kalau kembali
mengabdi di daerahnya baru memakai pakaian adatnya kembali?????
>
>
> 02. Bila kita diundang makan bersama seorang sahabat yang
menyediakan sendok dan garpu, pada hal kita biasa muluk (menyuap
makanan ke mulut dengan telapak tangan) di rumah, apa kita ya
demonstratif memaksa muluk di rumah sahabat itu? Demikian sebaliknya,
kita diundang keluarga yang tak pernah memakai sendok, apa kita
menuntut sendok dan garpu yang tak dimiliki keluarga tersebut karena
kita "tak biasa" makan dengan muluk???????????etc.etc.
>
>
> Masalahnya sebenarnya sederhana saja (seperti telah diungkapkan
teman-teman muda di bawah): "menghormati tuan/nyonya rumah" Apa
sesulit itukah????? Apa ilmu psikologi mengajarkan: Harus selalu
berani menentang? Harus menunjukkan kebebasan ekspresi diri dengan
segala cara???? Rasanya koq tidak. Tentu ada saja nanti yang bertanya:
kalau tamu diminta menghormati aturan tuan rumah, kenapa tuan rumah
tidak menghormati tamu, yang pakai koteka keq, yang pamer pusar keq,
yang pakai sandal keq, yang pamer lutut keq, yang pamer ini , pamr
itu, pokoknya yang pamer ke-aku-annya itu, itu 'kan hak asasinya, apa
kaitannya dengan ilmu, apa kaitannya dengan nilai-nilai kemanusiaan,
yang penting kan batinnya, pakaian sejelek apapun yang penting 'kan
hatinya yang putih bersih? Apa pakaian rapi berdasi menjamin hati yang
bersih, buktinya para penjahat, para koruptor berpakaian bersih tetapi
hatinya justru busuk dsb dsb dsb.
>
>
> Kita tunggu aja, pasti akan hujan makian, olok-olok, sindiran en
sebagainya. Demi FPsi dan UBAYA tercinta (karena aturan itu bukan dari
dekanat tetapi dari UBAYA) saya rela koq dihujani "sampah"
pendapat-pendapat yang (sok) pinter-pinter dan sok menggurui itu.
>
>
> Maaf adik-adik bijak, agak ngalor ngidul, en saya belum mampu
mewarisi kebijakan dan kematangan sikap dan kata-kata kalian, maklum,
udah pikun, hehehe.i
>
>
>
> Di situ ada sesuatu yang menarik, yaitu bagaimana Hari Lasmono
mengekstrimkan situasi dengan menghadirkan contoh yang tak ada di
komunitas yang tengah berdebat soal marka berpakaian itu, yaitu `Orang
Papua'. Apa salahnya orang Papua hingga ia perlu dihadirkan sebagai
contoh yang perlu `dinormalkan' dalam masalah yang bukan urusan mereka?
> Saya sendiri ragu jika profesor Hari K Lasmono dengan kejernihan
etis `Cogito Ergo Sum'-nya, mau berinisiatif menggunakan koteka jika
suatu ketika datang ke Papua. Tapi terlepas dari itu, cara
berargumentasi dengan menghadirkan contoh `Orang Papua' [yang tentu
saja menjadi Yang-Lain dari Kami-Yang-Sama di UBAYA] adalah sebuah
penghadiran hirarki penampilan yang menempatkan Orang Papua pada
posisi Yang-Lain yang tak pantas menampilkan kelainannya di hadapan `Aku'.
> Melalui contoh kasus di atas, kita akan mencoba memahami lebih
jauh bagaimana Yang-Sama tak memiliki keberanian untuk menyelami
Liyan. Dalam Kami-Yang-Sama, Aku tak mengenali Liyan dalam
singularitas sebagai Sari, Diaz, Regy, melainkan sebagai sesuatu yang
telah Aku totalisasi dalam kesamaannya melalui stigma: Papua, Muslim,
Kristen, Cina, dan lain-lain.
> Stigma menghalangi singularitas untuk meng-Ada bersama dalam
paradigma "Kita" karena dalam pengenalan berdasar stigma ada rasa
takut bersentuhan yang diawetkan dan diperbesar hingga mencapai titik
implikasi untuk mengekslusi Yang-Lain dari "Kami" dengan cara
menjadikannya "Mereka". Yang terstigma lantas dianggap bukan orang
normal karena berbeda dari `Kami yang sama'. "Mereka" memang ada di
antara "Kami", tetapi "Mereka" bukan "Kami" dan tak akan pernah
menjadi "Kita".
> Goffman menjelaskan "Seorang pribadi dengan sebuah stigma, tidak
sepenuhnya manusiawi. Dalam kondisi ini kita membuat banyak
diskriminasi untuk mengurangi peluang hidupnya secara efektif,
termasuk ketika kita tidak sengaja melakukan itu. Ketika kita menyusun
sebuah teori tentang stigma, maka saat itu ada sebuah ideologi yang
menjelaskan inferioritasnya dan yang membuktikan bahaya orang yang
distigmatisasi itu". Lalu, Yang-Terstigma akan dilecehkan di jalan,
menjadi objek kebencian, dianggap sebagai sumber kesalahan dan
seterusnya. Di dalam stigma tidak hanya ditanamkan undangan untuk
menghina, tetapi juga phobia, karena yang terstigma dipersepsi sebagai
ancamanii.
> Menyentuh Yang-Terstigma, bisa dianggap menodai kemurnian. Suara
mereka tidak hanya diabaikan dan dianggap non-sense, melainkan juga
dipandang mengancam keutuhan kolektif. Tentu saja aliran-aliran
politis, haluan fundamentalisme agama, rasisme dan berbagai kelompok
yang tak menghargai pluralitas, tahu persis bagaimana menggunakan
stigma untuk menjatuhkan orang atau kelompok tertentu. Stigma lalu
dapat menjelaskan mengapa manusia mampu membunuh sesamanya tanpa rasa
salah, bahkan dengan rasa bangga dan ekstasis.
> Kita sering bicara pluralitas dengan mengedepankan hal-hal besar
dalam jargon seperti: `Bhinneka Tunggal Ika', `Bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh', 'Dari Sabang sampai Merauke berjajar
pulau-pulau sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia' dan
sejenisnya. Namun, melalui contoh kasus yang saya angkat di atas,
tidakkah dalam sesuatu yang lebih sederhana dan keseharian sebenarnya
banyak orang yang masih sulit memandang perbedaan yang merentang dari
Sabang sampai Merauke? Bahkan tidakkah ironis ketika saya hadirkan
contoh yang justru terjadi di Fakultas yang mengajarkan understanding
human being?
> Tidakkah di dalam kondisi ini kita perlu sebuah ruang di mana kita
tahu sama tahu perbedaan tapi tetap bisa merasa sebagai sesama warga?
> Tidakkah kita perlu mentransformasi psikologi yang understanding
human being agar tidak semena meletakkan human being pada posisi under
dari titik di mana aku standing?
> Tidakkah pada situasi ini justru bukan understanding melainkan
interstanding human being?
>
>
>
> Bagaimana cermatan anda?
>
>
>
>
>
>
> iCATATAN-CATATAN
>
>
>  Hari K. Lasmono; (2005); RE: [alumni_psiubaya] Sharing
pengalaman; retrieved 10 November 2006 pukul 16.45 WIB; available at:
http://groups.yahoo.com/group/alumni_psiubaya/message/646
>
> ii Frans Budi Hardiman; (2005); Memahami Negativitas—Diskursus
tentang Massa, Teror, dan Trauma; Jakarta: Kompas; hal. 12-13
>
>
>
>
>
>
>
>
> Tentang Penulis
> Audifax adalah penulis dan peneliti. Dua hasil penelitiannya
diterbitkan oleh penerbit Jalasutra, yaitu Mite Harry Potter (2005,
Jalasutra) dan Imagining Lara Croft (2006, Jalasutra). Bukunya yang
lain adalah Semiotika Tuhan (2007, Pinus Book Publisher).
>
>
> Pada April 2008 ini akan terbit buku Psikologi Tarot yang
ditulisnya bersama Leonardo Rimba. Buku ini akan diterbitkan oleh
Pinus Book Publisher.
>
>
> Saat ini Audifax menjabat research director di SMART Human
Re-Search & Psychological Development. Sebuah lembaga yang memiliki
concern pada riset dan pengembangan psikologi yang mengajarkan
pluralitas sejak usia dini. Informasi lebih lanjut, hubungi: SMART
Human Re-Search & Psychological Development, Jl. Taman Gapura G-20
(kompleks G-Walk) Citraland – Surabaya. Telp. (031) 7410121, Fax
(031) 7452572, e-mail: smart.hrpd@...
>
>
> Audifax mengundang anda untuk mendiskusikan esei ini di milis
Psikologi Transformatif. Jika anda memiliki concern terhadap tema
yang ada pada esei ini, mari bergabung dengan kita yang ada di milis
Psikologi Transformatif
>
>
> Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
> Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang
didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung
dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat
sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total member
telah melebihi 2000, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di
milis inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang
sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk atau
keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai wacana
muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi "Di mana
ada manusia, di situ psikologi bisa diterapkan" di sinilah jargon
itu tak sekedar jargon melainkan menemukan konteksnya. Ada berbagai
sudut pandang dalam membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di
Fakultas Psikologi Indonesia.
>
>
> Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja yang
berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai upaya
untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini
yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak harus
berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung sebagai
member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak
lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing list
ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi
dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini
antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi
Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul
Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang
aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Nuruddin
Asyhadie, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Ratih Ibrahim, Sinaga
Harez Posma, Prastowo, Prof Soehartono
> Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia "Lia" Ramananda, Himawijaya, Rudi
Murtomo, Felix Lengkong, Hudoyo Hupudio, Kartono Muhammad, Helga
Noviari, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy
Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal,
Anwar Holid, Elisa Koorag, Lan Fang, Lulu Syahputri, Kidyoti,
Alexnader Gunawan, Priatna Ahmad, J. Sumardianta, Jusuf Sutanto,
Stephanie Iriana, Yunis Kartika dan masih banyak lagi
>
>
> Perhatian: Milis ini tak ada moderator yang mengatur keluar masuk
member. Setiap member diharap bisa masuk atau keluar atas keputusan
dan kemampuan sendiri.
>
>
> Jika anda berminat untuk bergabung dengan milis Psikologi
Transformatif, klik:
>
>
> www.groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
>
>
>
> ---------------------------------
> Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Curves on Yahoo!

Share & discuss

Curves, fitness

and weight loss.

Dog Groups

on Yahoo! Groups

Share pictures &

stories about dogs.

.

__,_._,___

[psikologi_transformatif] Re: membasmi kutu anjing

kalau penyakit kulitnya dari jenis budugan/scabies kasih minyak
tawon yang dicampur belerang ditanggung seminggu beres...

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, gotho loco
<gotholoco@...> wrote:
>
> Eh bude tih. Penemuan cara membasmi kutu sampai tuntas itu pernah
> dulu dicoba sama pembantu saya di rumah (sewaktu di kampungnya
> dulu), Emang jetu, dan TUNTAS. Kutu mati dengan telor-telornya.
>
> Itu obat cair itu tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap
kulit normal. Asal jangan diminumkan saja.
>
> Bisa dicoba untuk dipertimbangkan., usulan kreatif dari pembantu
> itu.
>
> ratih ibrahim <personalgrowth@...> wrote:
>
>
> saking kreatifnya, dia mengusulkan untuk menyiram si anjing
dengan baygon...
> ups!!!!!!!!!!! untung ide2 kreatif dia dinyatakan dulu kepada
saya....
> bukannya bertujuan menghambat inovasi2 pemikiran dan kreativitas
dia...
> bukannnya juga untuk mengganggu proses menalar dia
> tetapi kan........... huaaaaaaaa............ itu bisa membuat si
anjing mati juga...
> keracunan baygon....
>
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Best of Y! Groups

Check out the best

of what Yahoo!

Groups has to offer.

.

__,_._,___

[psikologi_transformatif] Dinilai memalukan; lebih dari 50% PTN keluar dari SPMB

41 PTN Keluar dari SPMB
Seleksi Dilakukan Sendiri
Senin, 10 Maret 2008 | 00:50 WIB

SEMARANG, KOMPAS - Sebanyak 41 perguruan tinggi negeri memutuskan
keluar dari keikutsertaannya sebagai anggota Perhimpunan Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru atau SPMB. Selanjutnya, kepanitiaan
penerimaan mahasiswa baru akan dilakukan lewat koordinasi mandiri
oleh sejumlah perguruan tinggi negeri.

Keputusan tersebut diambil karena ada ketidakcocokan antara sejumlah
rektor perguruan tinggi negeri (PTN) dan universitas Islam negeri
(UIN) dengan Perhimpunan SPMB mengenai pengelolaan keuangan dari
pendaftaran calon mahasiswa baru. Selama ini, keanggotaan Perhimpunan
SPMB berjumlah sekitar 80 institusi.

Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Prof Dr dr Susilo Wibowo
melalui Kepala Humas Undip Adi Nugroho di Semarang, Minggu (9/3),
mengatakan, Perhimpunan SPMB keliru menerjemahkan aturan pemerintah
tentang Keputusan Menteri Keuangan Nomor 115 Tahun 2001 tentang Tata
Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Perguruan Tinggi
Negeri.

Karena merasa menjadi sebuah organisasi swasta, Perhimpunan SPMB
menilai pengelolaan keuangan adalah wilayah otonom mereka. Akhirnya,
laporan keuangan hanya disampaikan dalam rapat pemegang saham setiap
akhir tahun.

Sementara itu, sejumlah rektor PTN menganggap dana yang dihimpun
Perhimpunan SPMB seharusnya menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP). Oleh karena itu, uang tersebut harus disetor ke kas negara.

Seleksi sendiri

Sebagai ganti SPMB, ke-41 PTN dan UIN tersebut akan menyelenggarakan
ujian seleksi secara swakelola yang bernama Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Nasional (UMPTN).

Ketua Panitia Pusat UMPTN Fasichulisan mengatakan, jumlah PTN yang
akan melepaskan diri dari Perhimpunan SPMB diperkirakan akan terus
bertambah. "Semakin banyak PTN yang bergabung, akan semakin mudah
dijangkau oleh para calon mahasiswa," kata Fasichulisan yang juga
Rektor Universitas Airlangga Surabaya itu dalam rapat rektor se-
Indonesia di Gedung Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Surabaya, Minggu (9/3).

Hingga saat ini, PTN yang menyatakan tetap bergabung dengan
Perhimpunan SPMB adalah Universitas Indonesia.

Sistem pelaksanaan UMPTN tak jauh berbeda dengan SPMB. Perbedaan
utama terletak pada organisasi kepanitiaan dan pengelolaan keuangan.
Dalam UMPTN ini, uang pendaftaran calon mahasiswa lebih dahulu
disetor ke kas negara untuk dicatat, baru kemudian ditarik kembali
oleh rektor masing-masing untuk mendanai UMPTN secara bersama-sama.

"Selama ini dana SPMB tidak disetorkan ke kas negara dahulu. Hal ini
yang tidak kami setujui karena memalukan kami, para rektor," kata
Sekretaris Jenderal Panitia Pusat UMPTN yang juga Rektor Universitas
Negeri Surabaya (Unesa) Haris Supratno.

UMPTN yang rencananya berlangsung 25 dan 26 Juni 2008, atau
mendahului SPMB pada 2 dan 3 Juli itu, terbagi atas tiga wilayah
pelaksanaan. Ketiga wilayah itu adalah Indonesia Timur dengan
koordinator ITS Surabaya, Indonesia Tengah dengan koordinator
Universitas Diponegoro Semarang, dan Indonesia Barat dengan
koordinator Institut Pertanian Bogor.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Fasli Jalal mengatakan, tidak masalah jika sejumlah PTN akan
melakukan seleksi sendiri. (A05/A10/INE)

---
Minggu, 09-03-2008 | 20:40:27
41 PTN Keluar dari Perhimpunan SPMB
Laporan: Aswan Ahmad
Tribun Timur

Semarang, Tribun -- Universitas Diponegoro Semarang dan 40 Perguruan
Tinggi Negeri lainnya secara resmi memutuskan keluar dari
keikutsertaannya sebagai anggota Perhimpunan Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru atau SPMB.


Selanjutnya, kepanitiaan penerimaan mahasiswa baru dari jalur SPMB
akan dilakukan lewat koordinasi mandiri oleh sejumlah perguruan
tinggi yang telah memutuskan untuk keluar tersebut.

Ketidakcocokan antara sejumlah rektor PTN dengan Perhimpunan SPMB
mengenai pengelolaan keuangan dari pendaftaran calon mahasiswa baru
menjadi alasan utama keluarnya 41 PTN. Selama ini, keanggotaan
Perhimpunan SPMB berjumlah sekitar 80 institusi.

"Perhimpunan SPMB keliru menerjemahkan aturan pemerintah lewat
Kepeutusan Menteri keuangan (Kepmenkeu) Nomor 115 pasal 2 B Tahun
2001 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak pada
Perguruan Tinggi Negeri.

Hal itu yang kami tidak sejalan. Karenanya, Undip dan beberapa PTN
lain akan keluar dari Perhimpunan SPMB," tegas Rektor Universitas
Diponegoro (Undip) Prof Dr dr Susilo Wibowo melalui Kepala Humas
Undip Adi Nugroho di Kota Semarang, Minggu (9/3).

Selama ini, karena merasa menjadi sebuah organisasi swasta,
perhimpunan SPMB menilai pengelolaan keuangan adalah wilayah otonom
mereka. Akhirnya, laporan keuangan hanya disampaikan dalam rapat
pemegang saham setiap akhir tahun.

Namun demikian, sejumlah PTN yang memutuskan keluar tersebut
menganggap dana yang dihimpun Perhimpunan SPMB seharusnya menjadi
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Oleh karena itu, uang tersebut
harus disetor ke kas negara. Penggunaan dana untuk operasional dapat
dilakukan dengan mengajukan proposal terlebih dulu.

Menurut Adi, 41 PTN yang memutuskan keluar dari Perhimpunan SPMB
didominasi oleh perguruan tinggi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, serta
DI Yogyakarta. "Seluruh PTN dari Jatim, Jateng, dan DIY memutuskan
keluar. Ada kemungkinan, perguruan tinggi negeri lainnya menyusul,"
katanya seperti dilansir kompas.com.

Sebagai ganti SPMB, Undip bersama 40 PTN lain, akan mengadakan
kembali Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).Rencananya,
pendaftaran UMPTN akan dibuka pada Juni mendatang. Kepastian tanggal
pelaksanaan akan diumumkan kemudian, menunggu hasil rapat koordinasi
dengan sejumlah PTN lain, pertengahan Maret 2008.

Adi menjelaskan, pelaksaaan pendaftaran UMPTN kemungkinan akan
bersamaan dengan pendaftaran Ujian Mandiri Undip tahap dua yang juga
akan diselenggarakan pada Juni atau Juli mendatang, termasuk
pengumuman penerimaannya. Keseluruhan mahasiswa baru yang dijaring
melalui UMPTN, UM Undip satu, dan UM dua serta Program Seleksi Siswa
Berpotensi (PSSB) akan masuk kuliah awal September 2008 .

"Sekali lagi perlu ditegaskan, seleksi penerimaan mahasiswa baru guna
menjaring mahasiswa baru Undip tahun 2008 ini tetap ada, hanya
kepanitian yang menaunginya yang berbeda,"ucap Adi. (*)

---

Keluar dari SPMB, 41 PTN Kembali ke UMPTN

KOMPAS/ PRIYAMBODO
Pengumuman hasil Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
Artikel Terkait:
41 PTN Keluar Dari Perhimpunan SPMB
Minggu, 9 Maret 2008 | 20:12 WIB

SURABAYA, MINGGU - Sebanyak 41 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-
Indonesia akan kembali memberlakukan proses seleksi penerimaan
mahasiswa baru melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

Hal ini sebagai kelanjutan dari hasil pertemuan di ITS Surabaya,
Minggu (9/3), di mana ke 41 PTN tersebut sepakat untuk meninggalkan
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

"UMPTN tidak akan dilaksanakan panitia tersendiri seperti SPMB, namun
dilaksanakan secara bersama oleh pimpinan PTN se-Indonesia dengan
sistem kepanitiaan mulai panitia pusat, koordinator wilayah, dan
panitia pelaksana," kata Sekjen Paguyuban Rektor PTN se-Indonesia
Prof DR H Haris Supratno seperti dilansir kompas.com, Minggu (9/3).

Ketika di Surabaya usai pertemuan yang dihadiri Rektor PTN se-
Indonesia itu, rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu
mengatakan pengganti SPMB adalah Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Nasional (UMPTN).

Menurut dia, panitia pusat disepakati di Surabaya dengan sekretariat
di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dengan wakil ketua dari UNY
Yogyakarta dan Unram Mataram, sedangkan sekjen dari Unesa dan
bendahara dari Unair.

"Untuk korwil, korwil timur diketuai ITS Surabaya, korwil tengah
dipimpin Undip Semarang, dan korwil barat ditangani IPB Bogor.
Semuanya akan diatur bergiliran pada setiap tiga tahun sekali,"
katanya.

Untuk panitia pelaksana, katanya, akan dilaksanakan PTN masing-
masing, tapi di Surabaya ada lima PTN yang sepakat bersatu dalam
struktur panitia pelaksana yakni ITS, Unair, Unesa, IAIN Sunan Ampel
Surabaya, dan Unijoyo Bangkalan.

"Jadi, sistemnya bersifat swakelola mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga pengawasan dilakukan PTN, tapi orang luar tetap
ada seperti pemborong atau tenaga ahli, namun jumlahnya tak boleh
melebihi 50 persen," katanya.

Ditanya sistem penyelenggaran UMPTN dan pengelolaan keuangannya, ia
mengatakan calon mahasiswa langsung mendaftar ke Bank Mandiri dengan
menyebutkan ikut IPC atau IPA/IPS.

"Kalau IPC ada tiga pilihan program studi, sedangkan IPA/IPS ada dua
pilihan program studi. Kalau tiga pilihan, maka Bank Mandiri akan
mentransfer PTN yang menjadi pilihan pertama dengan uang 55 persen,
pilihan kedua 30 persen, dan pilihan ketiga 15 persen," katanya.

Untuk dua pilihan, katanya, Bank Mandiri akan mentransfer PTN yang
menjadi pilihan pertama dengan uang 60 persen dan pilihan kedua 40
persen. "Semuanya akan ditransfer ke rekening rektor PTN masing-
masing," katanya.

Dari rektor itulah, katanya, uang akan disetorkan ke kas negara
sebagai PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) dan pada saatnya akan
dicairkan rektor masing-masing sebagai dana pelaksanaan UMPTN.

"Dana pelaksanaan itu akan diatur dengan prosentase sesuai kebutuhan
untuk peserta, panitia pusat, korwil, panitia pelaksana, dan PTN
pilihan. Rektor yang akan membagi dana itu untuk peserta, panitia,
dan korwil," katanya.

Ia mengatakan proses pengelolaan keuangan itu agak rumit, namun hal
itu tidak akan menyalahi aturan. "Kami juga sudah sepakat dengan KPPN
agar pencairan keuangan terealisir dalam tiga jam, asalkan ada bukti
setor," katanya.

Untuk penggunaan keuangan, katanya, semuanya juga harus memakai
tender (barang) dan seleksi terbuka (tenaga ahli), tapi pembuatan
soal ujian yang tergolong rahasia negara dapat dilakukan tanpa tender
sesuai Keppres 80 Tahun 2003.

Secara terpisah, Rektor ITS Surabaya Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD
menilai setiap PTN sebenarnya sudah mempunyai pengalaman untuk
menyelenggarakan tes masuk secara swakelola yakni penyelenggaraan tes
masuk non-SPMB. (Tribun Timur/Aswan Ahmad)

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Y! Messenger

Instant hello

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

How-To Zone

Do-It-Yourselfers

Connect & share.

.

__,_._,___

Re: [beasiswa] [butuh info] S2 Kehutanan di univ DN: ada beasiswa?

Halo Bpk Said...

Saya kebetulan juga PNS Kehutanan, dengan latar belakang S1 Kehutanan. Untuk S2 Kehutanan seperti yang anda maksud, bisa dicoba di UGM atau di IPB. Skema beasiswa nya bisa melalui BKD daerah anda atau melalui program Bappenas.

Demikian info yang saya tahu...

said kh <sai_d81@yahoo.com> wrote:
milis beasiswa...
saya seorang pns pd pemprov.nad.
saat ini saya baru saja menyelesaikan studi S1 lokal, basic saya mulai dari sekolah menengah atas hingga S1 adalah kehutanan.
dan saya sangat berkeinginan melanjutkan ke jenjang S2.
apakah saat ini ada program beasiswa yg sesuai dengan bidang saya di indonesia?
Saya kurang pede untuk coba program beasiswa di luar negeri.
mohon infonya...
thanks....


INFO, TIPS BEASISWA, FAQ - ADS
Hanya ada di http://www.milisbeasiswa.com/

===============================

CARI KERJA?
Gabung dengan milis vacancy. Kirim email kosong ke vacancy-subscribe@yahoogroups.com.
http://www.groups.yahoo.com/group/vacancy

===============================

INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/join

(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:beasiswa-digest@yahoogroups.com
mailto:beasiswa-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:

http://docs.yahoo.com/info/terms/

Re: Bls: [psikologi_transformatif] INTERSTANDING HUMAN BEING

semua ilmu pasti ada manfaatnya, mungkin khusus ilmu psikologi, ini
menarik dan bermanfaat bagi non psikolog. mengapa? karena rata-
rata orang hidupnya ruwet. kalau sudah kusut, banyak yang bunuh
diri, kelaparan, stress,

kalau yang sukses seperti Ahmad Dhani, buka cabang Dewi-dewi, Mulan
Jameela, dll.

jadi?

mungkin para psikolog dan sarjana psikolog ini seperti sarjana
pertanian, harus teerjun ke lapangan,

mungkin perlu penelitian, selalin mengukur IQ dengan psikotest,
perlu indikator TINGKAT STRESS MASYARAKAT.

jangan sampai ilmu psikologi cuma hanya dipakai untuk Quick Count
saja!

salam,
Goen

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Jusuf Sutanto
<jusuf_sw@...> wrote:
>
> Apakah ilmu psikologi akan membawa manfaat atau mudharat bagi
manusia ?
> Kasus yang dimunculkan artificial !
> Skenarionya mengajak membahas sebuah fatamorgana ekstrem, yang
tidak akan pernah terjadi dalam keseharian spt orang memaksa pakai
koteka ketika bertamu dan orang yang muluk ketika diajak makan, dan
diharapkan bisa merubah pandangan ke-kami-an yang tidak mampu
menghargai perbedaan dengan model dekonstruksi, sebagai cara satu-
satunya untuk memperkenalkan perlunya pluralisme.
> Mind setnya seperti sebuah sepatu yang minta dipakai oleh
obyekdengan kaki yang berbeda-beda :
> kalau kakinya kebesaran, supaya obyek mau menserut kakinya ;kalau
kekecilan supaya diganjel !
> Lalu hasilnya ibarat orang yang tidak sabar menunggu ulat keluar
dari kepompong menjadi kupu-kupu, dan meniupnya sehingga akhirnya
akan lahir kupu-kupu yang sayapnya cacat !
> Pemahaman pluralisme yang dihasilkan dengan proses ini akan jauh
berbeda dengan konsep Anthropocosmic worldview yang melihat
perbedaan sebagai saling melengkapi.
>
> Kalau ini yang disebut psikologi, maka orang akan ragu-ragu
menggunakan jasa konsultasinya :
> alih-alih mendapatkan clear understanding mengenai masalah yang
dihadapinya, malahan membuat semakin keruh, karena client direduksi
untuk membenarkan sebuah teori.
>
> Mengenai hal ini, Zen master Seng Tsan (606) menulis syair singkat
sbb. :
> " When you see everything through your personal bias,
> Your view of reality is clouded ;
> Truth simply as it is, but the clouded mind cannot grasp it "
>
> Kasus ini membuat jelas latar belakang mengapa Zen semakin
mendapatkan tempat dalam pendidikan psikologi !
>
> Salam,
> Jusuf Sutanto
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: audifax - <audivacx@...>
> Kepada: psikologi transformatif
<psikologi_transformatif@yahoogroups.com>; Komunitas Labsos <r-
mania@yahoogroups.com>
> Terkirim: Minggu, 9 Maret, 2008 15:35:40
> Topik: [psikologi_transformatif] INTERSTANDING HUMAN BEING
>
>
> Interstanding Human Being
>
>
>
>
> Oleh:
> Audifax
> Staf Peneliti di SMART Human Re-Search & Psychological Development
>
>
>
>
> Stigma adalah penyederhanaan terhadap proses pengenalan terus-
menerus terhadap Liyan (Yang-Lain). Proses itu disederhanakan ke
dalam suatu finalitas definisi. Kebaruan yang terus-menerus dari
Liyan bukan diapresiasi sebagai keindahan melainkan ancaman yang
harus dihentikan. Hambatan dinamika persentuhan sosial terjadi lewat
stigma. Ketika kita mencoba mengenal Orang-Lain [Liyan] dengan
pertama-tama mengategorikan sebagai anggota kelompok dengan stigma,
seperti: Muslim, Kristen. Keturunan Cina, Bonek dan sebagainya, maka
seperti dianalisis oleh Elias Canetti, selalu ada rasa takut untuk
bersentuhan [Berührungsangst] yang mewarnai setiap fase pengenalan.
> Sebelum saya bicara lebih jauh, ada sebuah contoh kasus menarik
yang saya ambil dari sebuah milis alumni milik sebuah Fakultas
Psikologi
> ternama di Surabaya. Bermula dari perdebatan yang saya rasa
banyak terjadi di sejumlah fakultas dengan disiplin tertentu, yaitu
soal marka berpakaian [menggunakan krah, bersepatu dan sejenisnya]
lalu muncul sebuah argumen menarik dari Hari K. Lasmono, satu-
satunya profesor di Fakultas Psikologi tersebut. Bagi saya,
perdebatan tentang marka berpakaian itu hal yang biasa, tetapi cara
Sang Profesor mengargumentasikan pentingnya berpakaian menggunakan
krah dan sepatu bisa kita jadikan renungan lebih jauh untuk kita
membahas mengenai keterbukaan terhadap pluralitas atau keterbukaan
terhadap Yang-Lain. Simak pernyataan beliau (bold saya lakukan pada
bagian penting):
> Ruuuuaaar biasa, ini baru buah pendapat yang segar dan
akomodatif, dan sangat bijak!!!!!!! !
> Apalagi keluar dari pikiran-pikiran yang masih muda belia!
Bravooooo! Saluuuuut setinggi-tingginya kepada kaum muda tetapi
berpikiran bijak dan tidak larut dan hanyut dengan pendapat yang sok
hueeebat, sok paling tahu memaknai ekspresi cara berpakaian orang,
sok pejuang HAM, apalagi mengandung fitnah seolah-olah ada aturan di
UBAYA yang mengaitkan intelektualitas atau kualitas seseorang atau
apalah namanya dengan cara berpakaian dan bersepatu. Saya cari-cari
di peraturan-peraturan UBAYA sampai berlama-lama, koq nggak
menemukan ada pimpinan UBAYA yang mengait-ngaitkan kedua masalah
itu, lhaaa koq ada pendapat yang menuduh begitu? Apa itu bukan
tergolong fitnah?????? Saya sebenarnya pengen tanya pada "pakar
kemanusiaan ---entah siapa yang berkualifikasi atau merasa begitu:
>
>
> 01.kalau ada sdr kita dari Papua sekolah di Fapsi lalu pengan
pakai pakaian adatnya dengan koteka dan yang perempuan no-bra, apa
ya kita biarkan????? ??? Apa tidak kita ajak untuk sementara memakai
busana seperti yang lain selama di UBAYA, kemudian kalau kembali
mengabdi di daerahnya baru memakai pakaian adatnya kembali?????
>
>
> 02. Bila kita diundang makan bersama seorang sahabat yang
menyediakan sendok dan garpu, pada hal kita biasa muluk
> (menyuap makanan ke mulut dengan telapak tangan) di rumah, apa
kita ya demonstratif memaksa muluk di rumah sahabat itu? Demikian
sebaliknya, kita diundang keluarga yang tak pernah memakai sendok,
apa kita menuntut sendok dan garpu yang tak dimiliki keluarga
tersebut karena kita "tak biasa" makan dengan muluk??????? ????
etc.etc.
>
>
> Masalahnya sebenarnya sederhana saja (seperti telah diungkapkan
teman-teman muda di bawah): "menghormati tuan/nyonya rumah" Apa
sesulit itukah????? Apa ilmu psikologi mengajarkan: Harus selalu
berani menentang? Harus menunjukkan kebebasan ekspresi diri dengan
segala
> cara???? Rasanya koq tidak. Tentu ada saja nanti yang bertanya:
kalau tamu diminta menghormati aturan tuan rumah, kenapa tuan rumah
tidak menghormati tamu, yang pakai koteka keq, yang pamer pusar keq,
yang pakai sandal keq, yang pamer lutut keq, yang pamer ini , pamr
itu, pokoknya yang pamer ke-aku-annya itu, itu 'kan hak asasinya,
apa kaitannya dengan ilmu, apa kaitannya dengan nilai-nilai
kemanusiaan, yang penting kan batinnya, pakaian sejelek apapun yang
penting 'kan hatinya yang putih bersih? Apa pakaian rapi berdasi
menjamin hati yang bersih, buktinya para penjahat, para koruptor
berpakaian bersih tetapi hatinya justru busuk dsb dsb dsb.
>
>
> Kita tunggu aja, pasti akan hujan makian, olok-olok, sindiran en
sebagainya. Demi FPsi dan UBAYA tercinta (karena aturan itu bukan
dari dekanat tetapi dari UBAYA) saya rela koq dihujani "sampah"
pendapat-pendapat yang (sok) pinter-pinter dan sok menggurui itu.
>
>
> Maaf adik-adik bijak, agak ngalor ngidul, en saya belum mampu
mewarisi kebijakan dan kematangan sikap dan kata-kata kalian,
maklum, udah pikun, hehehe.i
>
>
>
> Di situ ada sesuatu yang menarik, yaitu bagaimana Hari Lasmono
mengekstrimkan situasi dengan menghadirkan contoh yang tak ada di
komunitas yang tengah berdebat soal marka berpakaian itu, yaitu
‘Orang Papua’. Apa salahnya orang Papua hingga ia perlu
dihadirkan sebagai contoh yang perlu ‘dinormalkan’ dalam masalah
yang bukan urusan mereka?
> Saya sendiri ragu jika profesor Hari K Lasmono dengan
> kejernihan etis ‘Cogito Ergo Sum’-nya, mau berinisiatif
menggunakan koteka jika suatu ketika datang ke Papua. Tapi terlepas
dari itu, cara berargumentasi dengan menghadirkan contoh ‘Orang
Papua’ [yang tentu saja menjadi Yang-Lain dari Kami-Yang-Sama di
UBAYA] adalah sebuah penghadiran hirarki penampilan yang menempatkan
Orang Papua pada posisi Yang-Lain yang tak pantas menampilkan
kelainannya di hadapan ‘Aku’.
> Melalui contoh kasus di atas, kita akan mencoba memahami lebih
jauh bagaimana Yang-Sama tak memiliki keberanian untuk menyelami
Liyan. Dalam Kami-Yang-Sama, Aku tak mengenali Liyan dalam
singularitas sebagai Sari, Diaz, Regy, melainkan sebagai sesuatu
yang telah Aku totalisasi dalam kesamaannya melalui stigma: Papua,
Muslim, Kristen, Cina, dan
> lain-lain.
> Stigma menghalangi singularitas untuk meng-Ada bersama dalam
paradigma “Kita” karena dalam pengenalan berdasar stigma ada
rasa takut bersentuhan yang diawetkan dan diperbesar hingga mencapai
titik implikasi untuk mengekslusi Yang-Lain dari “Kami” dengan
cara menjadikannya “Mereka”. Yang terstigma lantas dianggap
bukan orang normal karena berbeda dari ‘Kami yang sama’.
“Mereka” memang ada di antara “Kami”, tetapi “Mereka”
bukan “Kami” dan tak akan pernah menjadi “Kita”.
> Goffman menjelaskan “Seorang pribadi dengan sebuah stigma,
tidak sepenuhnya manusiawi. Dalam kondisi ini kita membuat banyak
diskriminasi untuk mengurangi peluang hidupnya secara efektif,
termasuk ketika kita tidak sengaja melakukan itu. Ketika kita
menyusun sebuah teori tentang stigma, maka saat itu ada sebuah
ideologi yang menjelaskan inferioritasnya dan yang membuktikan
bahaya orang yang distigmatisasi itu”. Lalu, Yang-Terstigma akan
dilecehkan di jalan, menjadi objek kebencian, dianggap sebagai
sumber kesalahan dan seterusnya. Di dalam stigma tidak hanya
ditanamkan undangan untuk menghina, tetapi juga phobia, karena yang
terstigma dipersepsi sebagai ancamanii.
> Menyentuh Yang-Terstigma, bisa dianggap menodai kemurnian. Suara
mereka tidak hanya diabaikan dan dianggap non-sense, melainkan juga
dipandang mengancam keutuhan kolektif. Tentu saja aliran-aliran
politis, haluan fundamentalisme agama, rasisme dan berbagai kelompok
yang tak menghargai pluralitas, tahu persis bagaimana menggunakan
stigma untuk menjatuhkan orang atau kelompok tertentu. Stigma lalu
dapat menjelaskan mengapa manusia mampu membunuh sesamanya tanpa
rasa salah, bahkan dengan rasa bangga dan ekstasis.
> Kita sering bicara pluralitas dengan mengedepankan hal-hal besar
dalam jargon seperti: ‘Bhinneka Tunggal Ika’, ‘Bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh’, ’Dari Sabang sampai Merauke
berjajar pulau-pulau sambung menyambung menjadi satu itulah
Indonesia’ dan sejenisnya. Namun, melalui contoh kasus yang saya
angkat di atas, tidakkah dalam sesuatu yang lebih sederhana dan
keseharian sebenarnya banyak orang yang masih sulit memandang
perbedaan yang merentang dari Sabang sampai Merauke? Bahkan tidakkah
ironis ketika saya hadirkan contoh yang justru terjadi di Fakultas
yang mengajarkan understanding human being?
> Tidakkah di dalam kondisi ini kita perlu sebuah ruang di mana
kita tahu sama tahu perbedaan tapi tetap bisa merasa sebagai sesama
warga?
> Tidakkah kita perlu mentransformasi psikologi yang understanding
human being agar tidak semena meletakkan human being pada posisi
under dari titik di mana aku standing?
> Tidakkah pada situasi ini justru bukan understanding melainkan
interstanding human being?
>
>
>
> Bagaimana cermatan anda?
>
>
>
>
>
>
> iCATATAN-CATATAN
>
>
> Hari K. Lasmono; (2005); RE: [alumni_psiubaya] Sharing
pengalaman; retrieved 10 November 2006 pukul 16.45 WIB; available
at: http://groups. yahoo.com/ group/alumni_ psiubaya/ message/646
>
> ii Frans Budi Hardiman; (2005); Memahami
Negativitasâ€"Diskursu s tentang Massa, Teror, dan Trauma; Jakarta:
Kompas; hal. 12-13
>
>
>
>
>
>
>
>
> Tentang Penulis
> Audifax adalah penulis dan peneliti. Dua hasil penelitiannya
diterbitkan oleh penerbit Jalasutra, yaitu Mite Harry Potter
(2005, Jalasutra) dan Imagining Lara Croft (2006, Jalasutra).
Bukunya yang lain adalah Semiotika Tuhan (2007, Pinus Book
Publisher).
>
>
> Pada April 2008 ini akan terbit buku Psikologi Tarot yang
ditulisnya bersama Leonardo Rimba. Buku ini akan diterbitkan oleh
Pinus Book Publisher.
>
>
> Saat ini Audifax menjabat research director di SMART Human Re-
Search & Psychological Development. Sebuah lembaga yang memiliki
concern pada riset dan pengembangan psikologi yang mengajarkan
pluralitas sejak usia dini. Informasi lebih lanjut, hubungi: SMART
Human Re-Search & Psychological Development, Jl. Taman Gapura G-20
(kompleks G-Walk) Citraland â€" Surabaya. Telp. (031) 7410121, Fax
(031) 7452572, e-mail: smart.hrpd@gmail. com
>
>
> Audifax mengundang anda untuk mendiskusikan esei ini di milis
Psikologi Transformatif. Jika anda memiliki concern terhadap tema
yang ada pada esei ini, mari bergabung dengan kita yang ada di
milis Psikologi Transformatif
>
>
> Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
> Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang
didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung
dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat
sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total
member telah
> melebihi 2000, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di milis
inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang sebelah
mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk atau
keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai
wacana muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi
”Di mana ada manusia, di situ psikologi bisa diterapkan” di
sinilah jargon itu tak sekedar jargon melainkan menemukan
konteksnya. Ada berbagai sudut pandang dalam membahas manusia,
bahkan yang tak diajarkan di Fakultas Psikologi Indonesia.
>
>
> Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja
yang berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai
upaya untuk mentransformasi pemahaman
> psikologi dari sifatnya selama ini yang tekstual menuju ke sifat
yang kontekstual. Anda tidak harus berasal dari kalangan disiplin
ilmu psikologi untuk bergabung sebagai member dalam mailing list
ini. Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari simposium
psikologi transformatif, melalui mailing list ini, diharapkan
diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi dapat terus
dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara
lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi Transformatif :
Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka
Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam
milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Nuruddin Asyhadie, Mang
Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Ratih Ibrahim, Sinaga Harez Posma,
Prastowo, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia
“Lia” Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong,
Hudoyo Hupudio, Kartono Muhammad, Helga Noviari,
> Ridwan Handoyo, Dewi
> Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo
Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag,
Lan Fang, Lulu Syahputri, Kidyoti, Alexnader Gunawan, Priatna
Ahmad, J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Yunis
Kartika dan masih banyak lagi
>
>
> Perhatian: Milis ini tak ada moderator yang mengatur keluar
masuk member. Setiap member diharap bisa masuk atau keluar atas
keputusan dan kemampuan sendiri.
>
>
> Jika anda berminat untuk bergabung dengan milis Psikologi
> Transformatif, klik:
>
>
> www.groups.yahoo. com/group/ psikologi_ transformatif
>
>
>
>
>
>
> Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
>
>
> <!--
>
> #ygrp-mkp{
> border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:14px
0px;padding:0px 14px;}
> #ygrp-mkp hr{
> border:1px solid #d8d8d8;}
> #ygrp-mkp #hd{
> color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:bold;line-
height:122%;margin:10px 0px;}
> #ygrp-mkp #ads{
> margin-bottom:10px;}
> #ygrp-mkp .ad{
> padding:0 0;}
> #ygrp-mkp .ad a{
> color:#0000ff;text-decoration:none;}
> -->
>
> <!--
>
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc{
> font-family:Arial;}
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc #hd{
> margin:10px 0px;font-weight:bold;font-size:78%;line-height:122%;}
> #ygrp-sponsor #ygrp-lc .ad{
> margin-bottom:10px;padding:0 0;}
> -->
>
> <!--
>
> #ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean,
sans-serif;}
> #ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
> #ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica,
clean, sans-serif;}
> #ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
> #ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
> #ygrp-text{
> font-family:Georgia;
> }
> #ygrp-text p{
> margin:0 0 1em 0;}
> #ygrp-tpmsgs{
> font-family:Arial;
> clear:both;}
> #ygrp-vitnav{
> padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;}
> #ygrp-vitnav a{
> padding:0 1px;}
> #ygrp-actbar{
> clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-
align:right;}
> #ygrp-actbar .left{
> float:left;white-space:nowrap;}
> .bld{font-weight:bold;}
> #ygrp-grft{
> font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;}
> #ygrp-ft{
> font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666;
> padding:5px 0;
> }
> #ygrp-mlmsg #logo{
> padding-bottom:10px;}
>
> #ygrp-vital{
> background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;}
> #ygrp-vital #vithd{
> font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-
transform:uppercase;}
> #ygrp-vital ul{
> padding:0;margin:2px 0;}
> #ygrp-vital ul li{
> list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee;
> }
> #ygrp-vital ul li .ct{
> font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-
align:right;padding-right:.5em;}
> #ygrp-vital ul li .cat{
> font-weight:bold;}
> #ygrp-vital a{
> text-decoration:none;}
>
> #ygrp-vital a:hover{
> text-decoration:underline;}
>
> #ygrp-sponsor #hd{
> color:#999;font-size:77%;}
> #ygrp-sponsor #ov{
> padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;}
> #ygrp-sponsor #ov ul{
> padding:0 0 0 8px;margin:0;}
> #ygrp-sponsor #ov li{
> list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;}
> #ygrp-sponsor #ov li a{
> text-decoration:none;font-size:130%;}
> #ygrp-sponsor #nc{
> background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;}
> #ygrp-sponsor .ad{
> padding:8px 0;}
> #ygrp-sponsor .ad #hd1{
> font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-
size:100%;line-height:122%;}
> #ygrp-sponsor .ad a{
> text-decoration:none;}
> #ygrp-sponsor .ad a:hover{
> text-decoration:underline;}
> #ygrp-sponsor .ad p{
> margin:0;}
> o{font-size:0;}
> .MsoNormal{
> margin:0 0 0 0;}
> #ygrp-text tt{
> font-size:120%;}
> blockquote{margin:0 0 0 4px;}
> .replbq{margin:4;}
> -->
>
>
>
>
>
>
> ________________________________________________________
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang
Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di
http://id.answers.yahoo.com/
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

.

__,_._,___