Sabtu, 01 Maret 2008

[psikologi_transformatif] Anjing yang Masuk Surga?

 

RESENSI
Judul buku : Anjing yang Masuk Surga
Penulis : M. Dawam Rahardjo
Penerbit : Jalasutra, 2008

Lihatlah Lebih Dekat Agar Tak Mudah Menghakimi
 
Oleh:
Kurniasih




Untuk apa Anda membaca cerpen? Cerita yang biasanya memotret sebuah peristiwa, sekeping kejadian, atau seserpih pengalaman seseorang yang diciptakan oleh pengarang. Apakah Anda akan puas dengan membaca cerpen? Jawabannya: tergantung pengarang yang menciptakannya. Banyak pengarang yang tidak berhasil mengolah plot atau penokohan, bahkan terjebak pada permainan bahasa yang kurang bisa dinikmati. Pembaca kesulitan menangkap tema cerita, bahkan sukar menangkap "wujud" tokoh yang ada di dalam cerpen.
M. Dawam Rahardjo, seorang tokoh multidimensi (cendekiawan, budayawan, pemikir Islam serta pegiat LSM), melalui Penerbit Jalasutra, telah menerbitkan sebuah kumpulan cerpen. Judulnya diambil dari salah satu cerpennya, Anjing yang Masuk Surga.
Membaca cerpen-cerpen yang diolah oleh Dawam, kita tidak akan kesulitan menangkap ide yang secara eksplisit dicoba dituangkan di dalamnya. Plot yang dirajut dalam setiap cerita cenderung konvensional, awalan, konflik, dan penyelesaian mudah untuk ditelusuri. Gaya bahasa yang digunakan pun cenderung sederhana dan mudah dipahami. Tak banyak permainan bahasa puitik untuk mendramatisasi cerita di dalamnya. Secara keseluruhuan, cerpen–cerpen disajikan dengan sederhana. Tetapi di balik kesederhanaan penampilannya, penokohannya terhitung sangat kuat karena disandarkan pada tema cerita yang seringkali kontroversial untuk ukuran masyarakat umum.
Sosok Dawam yang kontroversial itulah yang secara jelas tercermin di dalam cerpen-cerpennya. Dengan gaya yang sangat lugas, Dawam tak segan-segan mengolah tema perbedaan pemahaman tentang merawat anjing bagi muslim. Sebagian muslim bersikukuh bahwa karena air liur anjing najis, maka anjing dilarang untuk dipelihara. Sedangkan sebagian muslim yang lain percaya bahwa merawat anjing boleh-boleh saja, apalagi ada kisah para pemuda Ashabul Kahfi yang ditemani anjing. Konflik pemahaman ini menjadi sasaran Dawam untuk memperlihatkan kepada kita bahwa sebuah perbedaan dalam keyakinan, di masyarakat kita, seringkali menjadi pemicu perpecahan.
Tampaknya Dawam memang secara sengaja ingin mengajak pembaca untuk membuka mata terhadap perbedaan yang ada. Janganlah sedikit perbedaan saja memicu ketegangan, atau bahkan kerusuhan berdarah-darah, padahal masih bisa dibicarakan. Bukan otot yang digunakan, tapi hatilah yang harus dipakai untuk menilai dan mencari kebenaran. Seperti sudah menjadi "adat" yang sukar disembuhkan bahwa di negeri ini, perbedaan merupakan undangan untuk adu otot, atau bahkan amuk massa. Penghakiman "sesat" terhadap satu golongan yang berbeda pun demikian mudah dilontarkan, padahal tidak menyelesaikan masalah yang ada, bahkan cenderung membodohi masyarakat awam. Mampukah Dawam mengajak masyarakat kita, khususnya pembaca cerpennya, membuka mata terhadap perbedaan?
Bukan hanya dalam cerpen Dawam berusaha mengajak untuk membuka mata, dia pun seringkali dianggap kontroversial karena mempunyai idealisme bahwa keragaman dalam keyakinan itu sah-sah saja. Berdasarkan esai-esainya yang ingin membela hak-hak semacam penganut Ahmadiyyah, Komunitas Eden, Kristen, membuatnya kehilangan posisi di dalam ormas Islam yang didudukinya. Kini Dawam menjadi ketua Dewan Penasehat Partai Kemerdekaan Rakyat yang dipimpin oleh Pdt. Sheppert Supit, mantan Ketua Gereja Rakyat Indonesia.
Memang, kekuatan cerita yang diciptakan Dawam sangat jelas terletak pada idealismenya, yang seringkali tidak diramahi banyak kalangan. Inilah yang menjadi sumber kekuatan luar biasa cerita-cerita sederhana yang didedahkan Dawam. Setiap cerita menampilkan hal-hal yang dipandang tabu, bahan olok-olok, dan sumber perdebatan dalam masyarakat kita. Judul Anjing yang Masuk Surga merepresentasikan ide keseluruhan cerita ciptaannya. Simaklah bagaimana Usamah, seorang keturunan Arab-Pekalongan, bersahabat dengan anjing yang diharamkan untuk dipelihara oleh orang sekampung. Dalam suasana konflik dengan masyarakat kampung, kita diperlihatkan kedalaman persabahatan keluarga Usamah dengan anjingnya yang setia. Hingga ketika anjing itu mati, diyakini masuk surga.
Dalam cerita Ateis dan Mas Parman Mencari Tuhan, kita akan dihadapkan pada kerumitan seorang Parman dalam kebertuhanannya. Parman sempat memilih menjadi ateis, karena tidak ingin mendefinisikan Tuhan kedalam definisi yang membatasi Wujud. Konflik dalam kedua cerpen tersebut sangat riskan, mengingat masyarakat Islam secara umum menolak untuk membicarakan wujud. Tanpa berniat menelikung persoalan ketakterjangkauan wujud Tuhan, alih-alih Dawam menjadikannya tema cerita yang pelik, menegangkan, tapi menarik. Dalam masyarakat yang seringkali tak pandai membedakan dunia imajinasi dan faktual, tema semacam itu adalah rawan.
Dawam pun tak segan-segan merangkai cerita mengenai pengikut Salamullah yang rajin beribadah dan ingin hidup bersih, menjadi direktur yang bertekad memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme, tetapi malah didepak dari perusahaan dengan alasan dia pengikut aliran sesat. Dalam cerita Rumah Hantu itu, bahkan Dawam menjadikan sosok kiai dari pesantren-pesantren yang bekerja sama dengan perusahaan pengikut Salamullah tersebut sebagai kiai yang tak mau meninggalkan syirik.
"Kenakalan" sekaligus idealisme Dawam, bahwa kebenaran tak nampak dalam kulitnya saja, menjadi nyawa untuk kesemua ceritanya. Inilah yang seringkali hilang dari sebuah cerpen. Kedalaman justru ada pada kesederhanaannya, karena kanvas yang terbatas. Cerpen-cerpen Dawam mengingatkan kita pada kedalaman tema yang disuguhkan A. A Navis dalam Robohnya Surau Kami. Gaya bahasa yang sederhana mampu membahasakan persoalan filosofis, sehingga bisa mudah dinikmati, namun tak kehilangan bobot yang mampu mengganggu pembaca. Lihatlah lebih dekat agar tak mudah menghakimi, itulah pesan yang seakan ingin dicapai oleh Dawam. Renungilah lebih dalam, itulah pesan yang seakan ingin dicapai oleh A. A Navis. Dalam peta karya sastra yang ada di negeri ini, kita sangat membutuhkan karya-karya demikian, agar kewarasan tetap terjaga, ketika banyak hal begitu mudah menjadi pemicu pertentangan di antara umat, juga ketika kebenaran menjadi sesuatu yang mikroistik. Dengan tetap berpijak pada syariat yang ada, Dawam ingin menyadarkan bahwa kita tidak boleh menghakimi orang yang berbeda pendapat atau keyakinan. Dawam tidak menjadi seorang anarkis untuk membela hak-hak semua kalangan.
Simak pula cerita yang mengetengahkan pergulatan sebuah keluarga poligami. Tanpa bermaksud heroik dan tak manusiawi, Dawam mennguraikan proses antara istri tua dan madu yang berusaha terus-menerus kompromi dengan jalan hidupnya, juga seorang suami yang berusaha adil terhadap mereka. Cerita Lukisan Ibu tersebut menjadi potret betapa menjadi keluarga poligami tidaklah mudah, tetapi bukan pula hal yang mustahil.
Jadi, apakah Anda sudah memutuskan tujuan untuk membaca cerpen? Apakah hiburan semata? Seorang pemikir Romawi, Horatius, mengemukakan istilah dulce et utile, artinya, sastra mempunyai fungsi ganda, yakni menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Bila Anda ingin mendapatkan cerita yang menggugah, dalam Anjing yang Masuk Surga ini akan ada 16 cerpen yang siap Anda nikmati.[]


Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

Get in Shape

on Yahoo! Groups

Find a buddy

and lose weight.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: