Minggu, 21 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] -Men-Teng-Lang-Kan Pribumi- (untuk member Tionghoa-Net@Yahoogroups.Com)

-Men-Teng-Lang-Kan Pribumi-

Sebuah idea yang sudah terbukti mampu dijalankan
selama sekian tahun Vincent Liong mengembangkan
penelitian dan menyebarluaskan ilmu kompatiologi.

Sudah sekian lama saya tidak membuka maillist
tionghoa-net@yahoogroups.com hingga hari ini saya
membukanya kembali dan menulis nama saya 'Vincent
Liong' pada kolom "Search:" dan mengklik tulisan
search tsb sebanyak dua kali.

Di sana saya membaca banyak balasan atas tulisan saya
"Labeling : Keputusasaan Ilmupengetahuan Sosial Resmi"
yang saya posting di t-net pada Minggu, 18 Maret 2007
melalui kebiasaan bomb-mail saya yang dibenci banyak
pihak. (e-link:
http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/53585
) Tulisan ini dibahas pula dalam konteks
ke-Tionghoa-an di Indonesia sesuai dengan nama
maillistnya Tionghoa-Net. Balasan email tsb saya
lampirkan dengan nama pengirimnya:
1* semar samiaji <kind_evil_06@...>
http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/53634
2* "Min Hui" <minhui@...>
http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/53630

3* "martin3053950" <martin3053950@...>
http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/53626

4* "Min Hui" <minhui@...>
http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/53624

5* "martin3053950" <martin3053950@...>
http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/53621

6* John Siswanto <johnsiswanto@...>
http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/53599

Dari membaca sekian banyak email ini saya mendapatkan
satu ide dari pengalaman saya mengembangkan penelitian
dan menyebarluaskan ilmu kompatiologi yang ingin saya
share-kan kepada teman-teman di tionghoa-net yang suka
berepot-repot dalam masalah ke-Tionghoa-an di
Indonesia.

Selama ini teman-teman T-Net yang keturunan tionghoa
khan sibuk untuk secara ekstrim men-Teng-Lang-kan diri
sendiri agar jelas identitas ke-Tionghoa-an-nya atau
yang ekstrim mem-Pribumi-kan diri. Saya tidak tertarik
samasekali pada dua cara pendekatan ini dalam
menyelesaikan masalah ke-Tionghoa-an di Indonesia.
Masalahnya kalau anda defensive secara ekstrim
men-Teng-Lang-kan diri maka anda semakin
ter-diskriminasi dari kaum pribumi, sebaliknya kalau
anda memilih mengalah dengan cara mem-Pribumi-kan diri
maka anda tetap tidak akan diterima sebagai pribumi
asli dan kehilangan identitas budaya anda sebagai
keturunan Tionghoa.

Lalu bagaimana cara yang lebih efektif dalam
menyelasikan masalah ini entah untuk diri sendiri
maupun untuk keluarga kita sendiri sebagai keturunan
tionghoa?
Jawab: Kalau cara saya sich dengan "Men-Teng-Lang-Kan
Pribumi".

Bagaimana caranya pribumi bisa jadi tenglang?
Memangnya bisa ganti DNA?! Ya tentu tidak bisa ganti
DNA.

Caranya adalah dengan kembali ke permasalahan awal:
"Mengapa pribumi bisa terprofokasi menjadi benci
tenglang?"

Ada yang bilang karena dipropagandakan oleh penguasa
sehingga tenglang menjadi terjepit... Saya kira ini
hanya alasan yang paling gampang diomongkan.

Pribumi benci pendatang (entah itu etnis Tionghoa atau
etnis Yahudi). Karena etnis perantau yang menjadi
pendatang memiliki independensi yang lebih dibanding
pribumi, apalagi yang punya warisan budaya
kolonialisme selama 3.5 abad seperti di Indonesia.
Sehingga pendatang memiliki kemungkinan menjadi
pengusaha sukses yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pribumi (dalam konteks independensi). Kemungkinan
sukses yang lebih tinggi persentasenya lalu kemudian
mengakibatkan kesenjangan sosial.

Lalu apa itu "Men-Teng-Lang-Kan Pribumi" ala Vincent
Liong? Konteksnya sama saja seperti meng-Indigo-kan
manusia normal.

Perbedaan antara mentalitas pribumi dan mentalitas
perantau seperti halnya mentalitas manusia kebanyakan
berbanding manusia indigo adalah pada masalah skill
yang mempengaruhi kemungkinan untuk menjadi sukses.

Pribumi dalam konteks di negara warisan budaya
kolonialisme barat terikat pada budaya pengukuran
objective ; dimana dalam manusia Perantau yang ada
adalah pengukuran subjective.

Dua budaya pengukuran ini memiliki tujuan yang amat
sangat berbeda:
* Pengukuran Objective ala barat mengajarkan orang
untuk mementingkan apa yang dianggap benar dan salah,
mementingkan penjelasan logika untuk dianggap benar
dibanding tuntutan untuk menghasilkan secara kongkrit.
Ini untuk membuat batas-batas yang jelas antara
penguasa dan yang dikuasai. Membedakan dengan jelas
peran pengamat dan pelaku.
Ciri-ciri: Butuh konsentrasi, tempat yang sepi tanpa
gangguan saat belajar. Pelajaran diberikan melalui
ceramah dan hafal-menghafal, sehingga pelaku
terhipnotis untuk meyakini hal tsb benar. Sebagai
pengamat objective tetapi bukan sebagai pelaku
subjective. Ada pemisahan yang jelas antara berbagai
bidang jurusan kerja dan ilmu.
* Pengukuran Subjective yang menjadi budaya umum pada
kaum perantau timbul sebagai satu-satunya insting
untuk tetap bertahan hidup selayak mungkin dalam ruang
praktikal bukan teori.
Ciri-ciri: Tidak boleh konsentrasi, tempat harus
banyak noice / gangguan yang alami saat belajar.
Pelajaran diberikan melalui pengalaman random sampling
pengindraan fisikal kimiawi biologis misalnya makan
dan minum, sehingga pelaku mengalami penggaris ukur
indrawi untuk mengukur pemposisian diri sendiri dan
individu lain di luar diri sendiri. Sebagai pelaku
yang mengalami secara subjective bukan pengamat yang
hanya bisa omong doank secara objective. Tidak ada
pemisahan yang jelas antara berbagai bidang jurusan
kerja dan ilmu.

: Jika orang yang bertujuan menjadi benar dan yang
bertujuan untuk tetap selamat diadu maka yang
kemungkinan menangnya lebih besar adalah yang
bertujuan untuk tetap selamat.

Jadi tidak begitu sulit untuk mengatasi masalah
diskriminasi etnis bagi saya secara pribadi dan bagi
anggota user kompatiologi. Caranya: buat saja yang
tadinya hanya memiliki satu alat ukur yaitu pengukuran
objective saja menjadi punya dua alat ukur yaitu
pengukuran objective dan pengukuran subjective yang
bekerja secara pararel tanpa mendistorsi satu sama
lain.

Maka individu pribumi maupun yang dihasilkan adalah
individu yang tetap berDNA pribumi dan berbudaya
pribumi tetapi memiliki sistem pemerosesan informasi
ala pribumi dan ala tenglang. Sehingga efek sampingnya
tidak ada lagi rasa iri karena perbedaan persentase
kemungkinan sukses ini akibat perbedaan software
tekhnologi, jadi masalah beres sendiri... Sama yang
juga diberlakukan pada yang tenglang tetap berDNA dan
budaya tenglang tetapi memiliki sistem pemerosesan
informasi ala pribumi dan ala tenglang.

Bagaimana caranya membuat tenglang atau pribumi yang
bermentalitas pararel mentang tenglang dan mental
pribumi sekaligus? Belajarlah Kompatiologi...

Kompatiologi adalah ilmu yang dipelajari dan diajarkan
kembali melalui pengalaman random sampling pengindraan
fisikal kimiawi biologis makan dan minum. Urusan teori
alamilah pengalaman sehari-hari, nilailah pengalaman
dan teorikanlah sendiri, lalu yakinilah sendiri, semua
urusan sendiri-sendiri tidak perlu menyuruh orang lain
percaya keyakinan kita atau mempercayai keyakinan
orang lain. Diamlah pada diri sendiri.

Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Senin, 22 Oktober 2007

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Featured Y! Groups

and category pages.

There is something

for everyone.

Yahoo! Groups

Going Green

Share your passion

for the planet.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: