Kamis, 13 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Re: Budaya Politik Dan Politik Berbudaya

> Politik
> Politik adalah ekpressi kebudayaan dari nilai kuasa,yakni bagaimana
> orang atau kelompok orang berusaha agar mereka bisa memimpin orang
> lain,mengatur orang lain.Puncak kepuasan politikadalah jika berhasil
> menduduki kursi no 1, atau pemimpin tertinggi sehingga ia merasa
bahwa
> fikirannya.....

Maaf pak, ini definisi atau persepsi ya?

Setahu saya, politik itu kendaraan interest....bagaimana
memperjuangkan interest, sesimple itu...jadi tidak harus dengan
dominasi kan? bisa juga bargain

Setiap saat interaksi dengan orang lain, kita semua berpolitik
bukan?...beli rokok, nawar ojek...termasuk kalo "minta" sama
istri...he...he..minta dibikinin indomi maksudnya

Salam,
Anwar

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "agussyafii"
<agussyafii@...> wrote:
>
> Budaya Politik Dan Politik Berbudaya
>
> Banyak definisi tentang kebudayaan, tetapi saya memilih pandangan
yang
> menyatakan bahwa kebudayaan adalah konsep, keyakinan, nilai dan
norma
> yang dianut masyarakat yang mempengaruhi perilaku mereka dalam upaya
> menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya.
> Disamping sebagai fasilitas, alam adalah tantangan yang harus
diatasi.
> Berbeda dengan hewan, manusia tidak puas hanya dengan apa yang
> terdapat dalam alam kebendaan. Dengan konsep yang dimiliki manusia
> berusaha mengolah alam ini , dan dengan kesadaran dan cita-citanya
> manusia merumuskan apa yang bermakna dan apa yang tidak bermakna
dalam
> kehidupannya. Sekurang-kurangnya ada enam nilai yang amat menentukan
> wawasan etika dan kepribadian manusia sebagai indifidu maupun
sebagai
> masyarakat, yaitu : ekonomi, solidaritas, agama, seni, kuasa dan
teori.
>
> 1. Nilai teori. Ketika manusia menentukan dengan obyektip identitas
> benda-benda atau kejadian-kejadian, maka dalam prosesnya hingga
> menjadi pengetahuan, manusia mengenal adanya teori yang menjadi
konsep
> dalam proses penilaian atas alam sekitar.
>
> 2. Nilai ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunakan benda-benda
> atau kejadian-kejadian, maka ada proses penilaian ekonomi atau
> kegunaan, yakni dengan logika efisiensi untuk memperbesar kesenangan
> hidup. Kombinasi antara nilai teori dan nilai ekonomi yang
senantiasa
> maju disebut aspek progressip dari kebudayaan.
>
> 3. Nilai agama. Ketika manusia menilai suatu rahasia yang
menakjubkan
> dan kebesaran yang menggetarkan dimana di dalamnya ada konsep
> kekudusan dan ketakziman kepada yang Maha Gaib, maka manusia
mengenal
> nilai agama.
>
> 4. Nilai seni. Jika yang dialami itu keindahan dimana ada konsep
> estetika dalam menilai benda atau kejadian-kejadian, maka manusia
> mengenal nilai seni. Kombinasi dari nilai agama dan seni yang
> sama-sama menekankan intuisi, perasaan, dan fantasi disebut aspek
> ekpressip dari kebudayaan.
>
> 5. Nilai kuasa. Ketika manusia merasa puas jika orang lain mengikuti
> fikiranya, norma-normanya dan kemauan-kemauannya, maka ketika itu
> manusia mengenal nilai kuasa.
> Six. Nilai solidaritas. Tetapi ketika hubungan itu menjelma menjadi
> cinta, persahabatan dan simpati sesama manusia, menghargai orang
lain,
> dan merasakan kepuasan ketika membantu mereka maka manusia mengenal
> nilai solidaritas.
>
> 6. nilai budaya itu merupakan kristalisasi dari berbagai macam nilai
> kehidupan, yang selanjutnya menentukan konfigurasi kepribadian dan
> norma etik individu maupun masyarakat. Nilai apa yang paling dominan
> pada seseorang atau sekelompok orang, akan menentukan "sosok" mereka
> sebagai manusia budaya (al insan madaniyyun bi at thab`i). Orang
yang
> lebih dipengaruhi oleh nilai ekonomi cenderung kurang memperhatikan
> halal dan haram, orang yang lebih dipengaruhi oleh nilai teori
> cenderung menjadi ilmuwan, yang lebih dipengaruhi oleh nilai kuasa
> cenderung tega dan nekad, yang lebih dipengaruhi oleh nilai agama
dan
> seni cenderung menjadi sufi dan seterusnya, sehingga ada sosok orang
> yang materialis, seniman, pekerja sosial an sebagainya. Bisa juga
ada
> ilmuwan yang mengabdi kepada materi, politisi yang pejuang, ulama
yang
> rasionil, ilmuwan yang mistis dan sebagainya.
>
> Budaya progressip akan mengembangkan cara berfikir ilmiah dan
> melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan, sedangkan puncak dari
> budaya ekpressip bermuara pada kepercayaan mitologis dan mistik.
> Pendukung budaya progressip pada umumnya dinamis dan siap digantikan
> oleh generasi penerus dengan penemuan-penemuan baru, sedangkan
> pendukung budaya ekpressip biasanya statis atau tradisional,
memandang
> kebudayaan sebagai sesuatu ang sudah final.
>
> Politik
> Politik adalah ekpressi kebudayaan dari nilai kuasa,yakni bagaimana
> orang atau kelompok orang berusaha agar mereka bisa memimpin orang
> lain,mengatur orang lain.Puncak kepuasan politikadalah jika berhasil
> menduduki kursi no 1, atau pemimpin tertinggi sehingga ia merasa
bahwa
> fikirannya,norma-normanya dan kemauan-kemauannya diikuti oleh orang
> lain, suka ataupun terpaksa. Di mata public, politik selalu
> dikonotasikan sebagai kelicikian, bermain kotor, persekongkolan,
> politicking dan sebangsanya, tetapi sesungguhnya itu adalah persepsi
> dari praktek lapangan,bukan politik sebagai konsep. Secara
> konsepsional,politik adalah ilmu, game dan seni. Dengan ilmu politik
> maka konstitusi, struktur politik, dan gagasan politik lainnya bisa
> terukur,logic, ilmiah dan masuk akal.
>
> Politik sebagai game membuat bermain politik seperti benar-benar
> sedang bermain sehingga mereka tetap riang gembira. Yang memang
> mendapat aplouse yang kalah malah ikut memberi aplouse. Politik
> sebagai seni bermakna bahwa perkelahian sekalipun tetap indah
ditonton
> dan indah dirasa, karena perkelahiaanya mengikuti norma yang
> bermartabat. Tinju adalah seni olah raga keras, tetapi jika
> berlangsung fair maka yang menonton senang,yang bertinju juga
senang,
> yang menang langsung merangkul yang kalah.
>
> Budaya Politik
> Budaya politik yang berlangsung pada suatu bangsa bisa
> bermartabat,bisa juga tidak. Budaya politik yang berlangsung di
negeri
> yang penuh konflik pada umumnya tidak bermartabat, atau politik yang
> tidak berbudaya. Politik yang tidak berbudaya itu lebih machiavelis,
> menghalalkan segala cara, busuk,penuh tipudaya,intimidasi dan
terror.
> Oleh karena itu struktur politik yang dibangun biasanya juga tidak
> logic, tidak masuk akal karena dibangun semata-mata hanya untuk
> mengamankan interest politiknya, bukan untuk membangun tatanan
> masyarakat terhormat. Pengalaman politik bangsa Indonesia, pada
> generasi awal, yakni generasi Angkatan 45, mereka pada umumnya masih
> berpolitik dengan budaya, sehingga konflik politik tidak harus
> diteruskan dengan konflik kemanusiaan. Para pemimpin politik yang
> berbeda aspirasi politik selalu "berkelahi" di fgorum politik, di
> Panitia Persiapan Kemerdekaan,kemudian di Konstituante, tetapi di
luar
> majlis mereka bersahabat mesra.
>
> Baru di akhir periode Bung Karno ketika koalisi NASAKOMdipaksakan,
> kelompok Komunis rajin sekali melakukan politicking membuat suasana
> politik bagaikan bisul yang siap meledak, sehingga pada tahun 65
> disebutkan bahwa ibu pertiwi sedang hamil tua. Dari politicking PKI
> yang tidak bermartabat itulah lahirG.30.S, dan sebagai actor, PKI
> harus menerima resiko, dibubarkan, dan aktifisnya diburu oleh
> rakyat,bahkan dihakimi oleh rakyat di jalanan. Pak Harto yang tampil
> tepat waktu menyelamatkan keadaan, menghela bangsa ini keluar dari
> krisis, pada mulanya adalah power yang dipandang tepat untuk
mengatasi
> keadaan. Tetapi kelamaan duduk di kursi kepresidenan membuat game
> politiknya tidak sportif dan seni politiknya lebih bersifat
sandiwara,
> sehingga ilmu politiknya yang sesungguhnya masuk akal dipersepsi
> sejalan dengan rekayasa politiknya.
>
> Politik Berbudaya
> Sesungguhnya di alam bawah sadar para pengusung reformasi, ada
> motivasi kuat untuk mengubah budaya politik repressip ke politik
yang
> berbudaya, yang bermartabat. Oleh karena itulah maka amandemen
> dilakukan,banyak paradigma diubah, tatanan diubah. Hanya saja
> kebencian dan kemarahan yang terlalu besar kepada Pak Harto,Golkar ,
> ABRI dan orde baru,membuat langkah reformasi ini terlalu emosional,
> kurang konsepsional. Dampaknya sekarang,budaya politik yang
> berlangsung juga jauh dari harapan mulia reformasi. Kebingungan,
jalan
> buntu dan nyaris frustrasi membayangi kehidupan politik bangsa.
>
> Sudah 10 tahun reformasi,kita belum kompak menyusun agenda tujuan,
> padahal Jepang hanya butuh 15 tahun keluar menjadi pesaing Amerika
> yang tahun 1945 meluluh lantakkan negeri Sakura itu dengan boom
atom.
> Vietnam yang diluluh lantakkan oleh perang dan pendudukan
> Amerika,kinipun sudah bangkit. Nampaknya kita harus berani menekan
> nafsu untuk jangan terlalu menonjolkan nilaikuasa dari budaya kita,
> tetapi serentak juga mengedepankan nilai siolidaritas, nilai
> seni,nilai agama. Sedangkan nilai ekonomi dan nilai teori
sesungguhnya
> sudah kita miliki tetapi sayang kita belum bisa
> konsisten.Mudah-mudahan tidak terlambat.
>
>
> Wassalam,
> agussyafii
>
> ==============================================
> Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
> achmad.mubarok@... atau http://mubarok-institute.blogspot.com
> ==============================================
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

Y! Messenger

Instant hello

Chat in real-time

with your friends.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: