Kamis, 13 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Re: Mengapa kita tidak bisa lagi mentertawakan diri sendiri ?

Saya pikir sinisme tuh kata lain mentertawakan yang lain, bukan diri
ndiri….saya kok ragu apa akan mengarah solusi…terlalu banyak sinisme
solusi-less di negeri ini mas

Kembali ke afirmasi, penyakit kota/negara tuh cermin dan manifestasi
penyakit alam pikiran penghuninya…dalam kasus Jakarta ato Indonesia
yang super ruwet, ya artinya sebegitu parahnyalah penyakit di alam
pikiran kolektif kita.

Saya pikir bila menukik ke arah akar masalah yang lebih esensial……
salah satu penyakit paling parah orang kita tuh masalah daya cipta,
daya kreatif akibat paraDogma-isasi sekian puluh tahun…sementara
disisi lain, bentukan mental menikmati warisan yang sangat kuat…
mental lagu "kolam susu"-nya koes-plus

dalam sebuah seminar tentang pola kontrak kerjasama pengelolaan migas
(Production Sharing Contract/PSC), ada deskripsi yang sangat jelas
tentang hal ini....2 dari 4 pembicara yang adalah dalam lingkaran
penentu kebijakan perminyakan hulu di Indonesia ber-argumen bahwa
industri perminyakan hulu yang sudah dijalankan adalah industri yang
sangat menguntungkan…dengan profit margin 80%!..

bayangkan, bisnis apa yang marginnya sebesar 80%! Hebat bener bukan?…
itung2annya….dari pendapatan yang 100%, cost terhitung cuma 20%
terdiri dari total biaya ekplorasi, pengembalian investasi,
operasional produksi dan profit sharing untuk PSC company (Total, BP,
dsb)…

anda lihat ada yang miss dalam itung2an di atas?....minyak buminya
itu sendiri, tidak dihargai!..tidak masuk dalam itung2an cost….!

Analoginya…mereka anggap sudah sangat produktif manakala tinggal di
rumah warisan..…ada kursi di ruang tamu diembat bawa ke pasar
loak..laku seratus perak…trus puas ngitung2.....pendapatan: 100 perak…
cost: ongkos becak ke pasar p-p, beli teh botol, makan warteg, total
20 perak…margin: 100-20=80...hebat….margin 80/110=80% !

Bayangkan dengan singapur misalnya….dalam analogi di atas yang
dilakukan adalah: ada tetangganya butuh duit, nawarin jualin kursi
warisan di ruang tamu tetangganya....kursi dibawa ke pasar loak laku
100 perak….tetangganya dikasih 40 perak dah puas…turs si singapur
itung2an:
-pendapatan : 100
-cost: becak, teh botol, dsb=20…kasih tetangganya=40…total
cost=20+40=60
-margin : 100-60=40..!! REAL MARGIN !! NETT PRODUCTIVITY !!

Nah…kebayang dong…dengan pola ini…tinggal berapa lama lagi negeri
kita ini bakal kebeli sama singapur!!!

Dalam kesadaran kolektip kita….penguasaan prinsip kreasi, daya cipta
inilah kita masih juuauuuhhh buanget mas….daya cipta, ujungnya adalah
produktifitas…..harusnya didefinisikan sebagai menciptakan sesuatu
yang "tidak ada" menjadi "ada"….dan ini sejatinya hanyalah proses
kreasi dalam alam afirmasi kita, hanya kait-mengkaitkan fakta2 ato
informasi yang hasil bentukannya akan memanifestasi….

Bila dikonversikan dalam nilai uang…bagi yang paham keuangan
sebenarnya prinsip ini sangat jelas didefinisikan dalam laporan
keuangan standard Balance Sheet (Neraca) dan Profit/Lost (Rugi/Laba)..
…lihat saja berapa nett profit before tax di P/L (rugi/laba) report…
yang setelah dikurangi dilempar ke posisi Capital di Balance
Sheet/Neraca…itulah produktifitas, daya cipta….ukuran pertumbuhan
sebagai hasil produktifitas yang sebenarnya…growth yang diukur dari
membengkaknya Capital dari waktu ke waktu

Kalau mau kita lihat lebih mendalam….kelemahan di atas kelihatan
secara jelas di semua kondisi yang terjadi di negeri ini mas…tidak
hanya di dunia usaha, di semua lini, regardless profesinya…menurut
saya, penanaman prinsip2 inilah salah satu yang paling urgent untuk
melepaskan diri dari ruwetnya masalah di negeri ini

Salam,
Anwar

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuhantu_hantuhan"
<tuhantu_hantuhan@...> wrote:
>
>
> Quote: bahwa jika terjadi bencana alam besarrrrrrrrrrrrrrrr sekali,
dan
> yang tertinggal adalah bangunan yang menjadi ikon kota, maka
misalnya
> Paris mudah2an masih punya Eiffel, di Jakarta punya banyakkkkkkkkk
> sekali mall !!!!!!!........ lumayan kan? End of quote.
>
> Tuhantu: Lha, kok Monas nggak disebut-sebut? Wakakaka...
>
> Mbak Ratih, apa betul diatas itu adalah hal positif ? Kok, saya
tangkap
> ada nada sinis? (cmiiw)... Kalau ´ya´, ditujuken kemana nih,
> sinisme tersebut? Budayawan? Sosiolog? Filsuf? Arsitekt?
Planologi?...
> Kalau sinisme itu ditujukan buat mereka, udang saya minum kopi dong
> yah... Hehehehe...
>
> Bagi saya, mau bangun mall, bioskop, dll. Nggak ada masalah selama
> ´aturan main´ sebuah kota itu nggak mbalelo. Text dan teori sudah
> sedemikian bertumpuk di perpustakaan ataupun di kampus-kampus. Lha,
> nengok keluar dari jendela kampus, apa yg diomongin dalam teori kok,
> faktanya nggak ada yang beres?... Contoh gamblang, kenapa undang-
undang
> masalah tersebut baru terbit kurang lebih sebulan lalu? Kemana aja
para
> pakar-pakar dan Professor Planologi di Jakarta itu, selama ini?
>
> Ketika masih awal-awal jadi mahasiswa dulu (setelah mengobrak-abrik
> kantor senat mahasiswa) saya lalu punya akses ke majalah dinding.
> Sebelumnya, majallah dinding tersebut sering digunakan untuk
> mendiskreditkan arsitek lokal... (arsitek lokal, kucing dalam
karung,
> katak dalam tempurung,dll.) padahal jika kita telusuri, jatah proyek
> untuk bangunan-bangunan besar (bank, mall-mall, hotel, dll.) maupun
> fasilitas umum, dll. Arsitek lokal itu kebagian porsi paling kecil
> (paling skala inpres, proyek-proyek kabupaten, rumah jabatan
bupati, dan
> semacamnya) Sementara jika kota tersebut menjadi rawan banjir, dsb.
> Justru diakibatkan oleh perencanaan-perencanaan mega-proyek, yang
> perencananya yg bukan lokal (paling jatah management pengawasan
> konstruksinya)... Di situ juga kita bisa temukan elemen-elemen
kostruksi
> yg tidak proporsional yg sudah terdisain dari sononya, demi
mendongkrak
> cost konstruksi sehingga design fee juga terangkat. Contoh ini
adalah
> ring-balk pada bagunan kantin di Unhas, misalnya. Perlukah ringbalk
> sedemikian besar hanya untuk menopang konstruksi atap di atasnya?...
> Jadi, semua profesi sebaiknya ´mentertawakan diri´
> masing-masing...:-D... (tuh, kan saya tidak ´fanatik´ terhadap
> dunia arsitektur?)
>
> Back to taufik, di majalah dinding tersebut, kemudian sering
ditempelkan
> tulisan-tulisan saya berdampingan dengan gambar-gambar karya seorang
> arsitek (waktu itu, buku tentang karya ini tidak gampang ditemukan,
atau
> barangkali tidak ada di toko-toko buku) Sebab arsitek tersebut,
bukanlah
> tokoh populer dikalangan dosen dan mahasiswa, sehingga karya-
karyanya
> tidak dibicarakan di kampus-kampus... Dimana karya-karya tokoh itu,
> adalah bangunan-bangunan yang berdampingan/bersatu dengan
lingkungan dan
> alam (earth sheltered architectural)
>
> Lalu, belakangan saya diundang (mewakili Dinas Tata Kota) dalam
sebuah
> seminar tentang perencanaan kota yg diadakan oleh Pasca Sarjana.
(saat
> itu ada kasus gedung sebuah gedung restoran, yg tidak memenuhi
> persyaratan perparkiran) Dan dalam seminar tersebut, terungkap bahwa
> proyek tersebut bisa terus berjalan akibat ´katebelece´ (surat
> sakti) yg sering beredar di era orba... Karena yg mengeluarkan IMB
> adalah Dinas Tata Kota (yg kebetulan waktu itu saya wakili) maka,
saya
> mempertanyakan dalam seminar tersebut, kenapa tidak ada aturan
setingkat
> undang-undang dimana IMB tidak bisa keluar jika tidak mengikuti
> aturan-aturan tertentu? ... Mengingat sebuah kota itu punya batas
daya
> dukung tertentu dalam hal ekologis, bisnis, populasi, dll. Dan
makanya
> pula dalam Planologi ada ketentuan yg mengikat mengenai green space.
>
> Nah, disinilah dalam kasus Jakarta, Planologi itu saya istilahkan
> sebagai ´ParaDogma´...:-)... Realitas yg dibicarakan secara
> teoritis pada ilmu perencanaan kota, tidak ada dalam kenyataan.
>
> Jadi, pokok kritik saya (dalam Warkop Institute
> <http://warkop-institute.blogspot.com/> ) adalah ketersediaan green
> space dan public space dalam sebuah kota. Selain itu, warganya
(apapun
> etnik, bangsa dan agamanya) tidak terasing dari roda kehidupan di
kota
> tersebut. Warga bisa memahami secara jelas prosedur pengalihan asset
> kota kepada pihak ketiga, siapa yg diuntungkan, bagaimana
> pengelolaannya, dll. Jangan cuek-bebek... Warga punya akses untuk
> monitoring dan evaluasi (pengawasan) terhadap fungsi-fungsi
> public-sosial atas fasilitas umum-sosial pasca pelaksanaan
konstruksi,
> dll... Bukan bersoal pada anti bangunan ini, atau anti bangunan
> itu...:-)...
>
> Eniwei, kutipan dari blog ´JakartaButuhRevolusiBudaya´ saya paste
> kesini, sehubungan dengan thread ´mentertawakan diri´ dalam
> diskusi ini...
>
> Ilustrasi sederhananya gini... Seorang -katakanlah- si A,
menganjurkan
> kepada B, untuk mentertawakan diri (diri si B, maksudnya) sebagai
upaya
> agar si B tidak fanatik terhadap buku/ajaran tertentu dari planet
Pluto
> (katakanlah gitu). Pada saat melakukan anjuran tersebut, si A
menenteng
> buku ajaran dari planet Mars.
>
> Pertanyaan saya, sanggupkah pula si A mentertawakan dirinya sendiri?
> Apakah si A juga tidak ´fanatik´ terhadap buku/ajarannya dari
> planet Mars tersebut?...
>
> Nah, saya masuk (dengan menyeret sebuah kutipan) tidak dengan
meneteng
> buku dari planet tertentu, tetapi dengan memilah-milah pengertian
> ´diri´. Dalam hal ini, berdasarkan tempat dimana si A berpijak...
> Hikhikhikhik... (we are talking about transformatip
> psikologi...right?...:-D...
>
> Be Fun
>
> Tuhantu
>
> http://hole-spirit.blogspot.com <http://hole-spirit.blogspot.com>
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "ratih ibrahim"
> <personalgrowth@> wrote:
> >
> > bung Anwar,
> > menurutku ga perlu pake duluan mana dari apa.....
> > please dong ah.....
> >
> > tentang mall nih, tuhanku.... eh tuhantu...
> > tempo2 ketika lunch meeting dengan beberapa klien bersama beberapa
> kolega
> > saya,
> > kami juga ngobrolin tentang pembangunan mall dan trade center yang
> > "CIHUIIIIIII" banget jumlahnya itu.
> > lepas dari segala pertimbangan dan keprihatinan yang begitu besar,
> > mencoba untuk menemukan berbagai hal bisa dijadikan positif,
> > kami bersetuju, bahwa jika terjadi bencana alam
besarrrrrrrrrrrrrrrr
> sekali,
> > dan yang tertinggal adalah bangunan yang menjadi ikon kota, maka
> misalnya
> > Paris mudah2an masih punya Eiffel, di Jakarta punya banyakkkkkkkkk
> sekali
> > mall !!!!!!!........ lumayan kan?
> >
> >
> >
> > On 12/8/07, tuhantu_hantuhan tuhantu_hantuhan@ wrote:
> > >
> > > Quote: namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi
> > > pikiran/kesadaran manusia selalu akan cukup untuk mengatasi
setiap
> > > permasalahan.karena sejatinya seluruh keberadaan dibentuk dari
> afirmasi.
> > >
> > > Tuhantu: Cuman kadang manusia cendrung membatasi potensi
kesadaran
> dan
> > > fikirannya sendiri, tanpa sengaja. Contoh, ketika seseorang
mengajak
> Anda
> > > berdiskusi dan mengatakan ´silakan baca bukunya, dan kita
> diskusikan isi
> > > buku itu´.
> > >
> > > Lalu, waktu dihabiskan berbusa-busa berfikir berdasarkan text
book
> > > tersebut. Tapi bukan berdiskusi berdasarkan fenomena yang
terjadi
> saat itu,
> > > ditempat para diskuser tersebut berada, yg belum tentu sama
dengan
> lokasi si
> > > penulis buku yang mereka bicarakan.
> > >
> > > Akibatnya, cendrung kita membicarakan hal-hal yang sifatnya
> ´tangan ke
> > > dua´, yakni hasil observasi si penulis buku. Padahal, ketika
saat
> penulis
> > > melakukan obeservasi, membereskan draft tulisan, berurusan
masalah
> > > kontrak-kontrak dgn percetakan, mengantar anak istrinya
berbelanja
> dan
> > > rekreasi. Apa yang tadi dia observasi akan tidak sama seperti
> sebelumnya.
> > >
> > > Sambil nulis ini, saya sedang membayangkan orang-orang pintar di
> Jakarta
> > > sedang berdiskusi tentang isi buku yang di tulis oleh penulis
yang
> > > berdomisili di Planet Mars...
> > >
> > > Dan kulihat pula, seorang yang sedang dongkol sedang mengamati
> diskusi
> > > tersebut, kemudian bergumam...
> > >
> > > ½Jakarta tidak butuh orang-orang pintar *yang saking pintarnya
> justru
> > > tidak tahu kalau pembangunan mall dan trade center sudah
melewati
> batas
> > > sehingga tidak ada lagi kawasan hijau di Jakarta*. *Jakarta
tidak
> butuh
> > > orang-orang sok suci yang apabila bertemu masyarakat miskin
selalu
> menyebut
> > > nama Tuhan sembari menjanjikan peningkatan kesejahteraan padahal
> kalian tahu
> > > kalau semua itu hanya bohong belaka. *½ (sumber: Gua Gak Butuh
> Lo,
> Monyet<http://jakartabutuhrevolusibudaya.com/2007/10/19/gue-gak-
butuh-lo\
> -monyet/#more-150>
> > > )
> > >
> > > Sesuai thread diskusi ini (mentertawai diri sendiri) kira
kira...
> > > konteksnya cocok nggak?... Hikhikhikhikhik...
> > >
> > > Be Fun
> > >
> > > Tuhantu
> > >
> > > http://hole-spirit.blogspot.com
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Anwar Haryono"
> > > aharyono@ wrote:
> > > >
> > > > Pak Jusuf,
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > Saya belum baca bukunya, tapi fakta2 yang diungkap di bawah
> rasanya
> > > sangat
> > > > cukup menggambarkan urgensi permasalah dunia yang ingin bapak
> > > > ungkapkan.cukup nggegirisi.
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > namun demikian, saya sungguh percaya bahwa potensi
> pikiran/kesadaran
> > > manusia
> > > > selalu akan cukup untuk mengatasi setiap permasalahan.karena
> sejatinya
> > > > seluruh keberadaan dibentuk dari afirmasi. banyak contoh yang
saya
> lihat
> > > dan
> > > > alami yang mengkonfirmasi hal ini...dan satu2nya yang
diperlukan
> untuk
> > > > segala solusi hanyalah pembebasan potensi pikiran/kesadaran
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > kekuatan pikiran manusia senantiasa tersembunyi di balik
> kerangkeng yang
> > > > diciptakannya sendiri, yang utamanya hanya bersumber dari 2
> > > hal.paradigma
> > > > dan kekecewaan dari masa lalu..dan ketakutan pada masa
> depan.pointinilah
> > > > yang, sebagaimana saya tulis dalam diskusi dengan Mas Goen
sebagai
> > > > keikhlasan atas result, yang sudah maupun akan terjadi..hidup
> dalam
> > > kekinian
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > cara pandang di atas sangat penting dalam melihat fakta2
seperti
> di
> > > > bawah..saya kira cara pandang seprti ini bukanlah berarti mati
> rasa,
> > > atau
> > > > tidak mampu merasakan kepedihan dunia.namun penting untuk
menjaga
> > > kejernihan
> > > > pikiran....dan dalam level tindakan, kita lebih baik fokus
pada
> apa2
> > > yang
> > > > sudah menjadi jatah kita masing2....pada apa yang disebut mas
Goen
> > > sebagai
> > > > "panggilan jiwa".dan mengalir pada panggilan jiwa, legenda
> pribadi,
> > > tugas
> > > > hidup..atau apapun namanya inilah yang akan membuat
fungsi/manfaat
> > > > keberadaan kita optimal
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > dalam proses pembebasan potensi pikiran, saya sungguh setuju
> dengan P.
> > > Jusuf
> > > > tentang menertawakan diri sendiri, yang menurut saya adalah
titik
> awal
> > > > terpenting.bahkan, metertawakan diri sendiri ini satu2nya
tertawa
> yang
> > > > menyehatkan, mencerdaskan di semua level kesadaran dan
membebaskan
> > > > kontaminasi ego..sementara di posisi seberangnya adalah
> mentertawakan
> > > yang
> > > > lain sebagai yang akan merusak dilihat dalam keseluruhan
> rentang..dan
> > > > sejatinya, pikiran/kesadaran yang terbebas akan memberikan
> pengaruh
> > > > keseluruh keberadaan lebih daripada yang kita pahami dalam
> kerangka
> > > > akal/rasio yang senantiasa menuntut penjelasan proses
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > sebagai muslim.mentertawakan diri sendiri (menengok ke dalam
diri)
> > > inilah
> > > > sebenarnya yang sedang saya coba lakukan dan ajak saat iseng2
> jahil
> > > kasih
> > > > komentar ke Hendrik-isme.hanya sayangnya beliau terlalu
serius:-)
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > mungkin bagus kali ya, kalau konperensi lingkungan hidup di
bali
> dibuka
> > > sama
> > > > tukul, biar ketawa smua.pikiran jadi bening, kreatif and
produktif
> > > secara
> > > > kolektif
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > Oh ya..mengenai tulisan saya terakhir di bawah, itu karena
menurut
> saya
> > > > antara sikap/tindakan dan pikiran/kesadaran saling terkait
dalam
> satu
> > > loop
> > > > seperti keberadaan ayam dan telur.jadi tidak masalah mana
duluan,
> yang
> > > > penting.do it anyway.namun demikian, akan lebih mudah tertawa
> ndiri dulu
> > > > biar sehat dan cerdas.dibanding nunggu cerdas dulu baru
tertawa
> :-)
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > selamat mentertwakan diri sendiri pak Jusuf.
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > Salam,
> > > >
> > > > Anwar
> > > >
> > > > p.s: agak panjang pak, malem2 lagi nganggur :-)
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > _____
> > > >
> > > > From: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> > > > [mailto:psikologi_transformatif@yahoogroups.com] On Behalf Of
> Jusuf
> > > Sutanto
> > > > Sent: Thursday, December 06, 2007 8:43 PM
> > > > To: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> > > > Subject: Bls: [psikologi_transformatif] Mengapa kita tidak
bisa
> lagi
> > > > mentertawakan diri sendiri ?
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > Tulisan tsb utamanya ditujukan supaya perhatian kita
dipusatkan
> pada
> > > masalah
> > > > mendesak zaman ini yang memerlukan penyelesaian segera dan
> sistematis
> > > demi
> > > > masa depan umat manusia dan bumi tempat tinggalnya.
> > > >
> > > > Bacalah buku REVITALISASI PERTANIAN DAN DIALOG PERADABAN,
Penerbit
> Buku
> > > > Kompas.
> > > > Ada 45 pakar berbagai bidang yang membahas masa depan manusia
> dalam
> > > > kaitannya dengan pangan dan peradaban.
> > > >
> > > > * Penduduk dunia sekarang sdh hampir 7 milyar dan terus
bertambah
> > > > setiap 15 tahun dengan 1 milyar.
> > > > * Ini membutuhkan pangan, lapangan pekerjaan, kesehatan,
> pendidikan,
> > > > perumahan dan sebagainya.
> > > > * Padahal untuk memproduksi 1 kg gabah, mulai dari menyebar
benih
> > > > sampai panen, diperlukan 3 Ton air.
> > > > * Kalau 1 kg gabah menjadi 0,6 kg beras, maka 1 kg beras
> memerlukan 5
> > > > Ton air.
> > > > * Dengan perubahan cuaca yang demikian dahsyat, masih bisakah
umat
> > > > manusia menyediakan pangan untuk generasi mendatang ?
> > > > * Kalau menggunakan teknologi dgn pestisida dan pupuk buatan
dosis
> > > > tinggi akan berdampak pada lingkungan ; kalau menggunakan
pupuk
> organik,
> > > > hanya merupakan solusi lokal tapi belum bisa memberi makan
seluruh
> > > dunia.
> > > > * Ditambah lagi produk pertanian digunakan untuk bio-fuel ,
> sehingga
> > > > pertanian masa depan diperebutkan oleh manusia, ternak dan
mobil.
> Masih
> > > akan
> > > > ditambah lagi dengan untuk plastik ramah lingkungan.
> > > > * Menggunakan tenaga nuklir, kalau bocor akibat gempa bumi,
> dampaknya
> > > > bgm ?
> > > > * Pandemi penyakit seperti flu burung saja, kita sudah
kewalahan
> > > > karena untuk memastikannya sample darah hrs dikirim ke luar
> negeri.
> > > > * Deteksi dini bencana alam seperti tsunami, memerlukan
kerjasama
> > > > teknologi tinggi antar bangsa.
> > > > * Keamanan barang2 yang dikonsumsi manusia ( makanan-obat2an -
> > > > kosmetika) semuanya butuh teknologi tinggi untuk mengukur
> kandungannya.
> > > Ini
> > > > memerlukan peralatan yang canggih dan standardisasi yang
> ditentukan oleh
> > > > penguasaan iptek.
> > > > * Lapangan kerja dan pelatihan untuk menampung pemuda yang
masuk
> > > > angkatan kerja
> > > > * Pencemaran lingkungan
> > > > * Pemanasan global yang membuat air laut naik dan akan memakan
> dataran
> > > > subur di muara sungai yang menjadi penghasil tanaman pangan
> > > >
> > > > Soalnya sudah demikian mengglobal, kait mengkait sehingga
> > > penyelesaiannya
> > > > memerlukan kerjasama antar bangsa.
> > > > Padahal di dunia ini tidak ada satupun yang mempunyai kekuatan
> untuk
> > > memaksa
> > > > bangsa lain sendirian memikul beban dalam mengatasinya,
kecuali
> melalui
> > > > dialog dan saling pengertian sehingga bisa mengatasi bersama
> secara
> > > gotong
> > > > royong.
> > > > Itulah sebabnya muncul gagasan mengenai Psikologi
Transformatif
> dan
> > > > Transpersonal !
> > > > Kuncinya ada pada membangun kesadaran seperti dikatakan
misalnya
> oleh
> > > > Vimalakirti (awal abad Masehi)
> > > > dalam syair sbb. :
> > > >
> > > > " Gunung Sumeru mengandung biji lada,
> > > > Dalam setiap biji lada bersembunyi seluruh alam semesta ;
> > > > Karena dunia sakit, saya merasa sakit,
> > > > Karena umat manusia menderita, maka saya menderita "
> > > >
> > > > Kita bisa membangun gedung tinggi, jalan lebar, tapi gagal
> membangun
> > > hati
> > > > dan pikiran yang mampu merasakan penderitaan dunia. Melalui
> komunikasi
> > > > cellular (komputer, HP, TV) kita bisa mendekatkan jarak, tapi
> hubungan
> > > antar
> > > > keluarga saja malah sulit karena ibu dan ayah , anak-anak
sibuk
> > > > sendiri-sendiri. Dengan tetangga kita sendiri di kiri kanan
rumah
> juga
> > > tidak
> > > > saling berkenalan.
> > > >
> > > > Salam,
> > > > Jusuf Sutanto
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > ----- Pesan Asli ----
> > > > Dari: Anwar Haryono aharyono@
> > > > Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> > > > Terkirim: Kamis, 6 Desember, 2007 7:18:16
> > > > Topik: RE: [psikologi_transformatif] Mengapa kita tidak bisa
lagi
> > > > mentertawakan diri sendiri ?
> > > >
> > > > Lupa satu lagi, duluan mana..mampu mengatasi ego ndiri trus
bisa
> > > ngetawain
> > > > diri ndiri.ato ngetawain diri ndiri trus jadi bisa mengatasi
ego
> ndiri?
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > _____
> > > >
> > > > From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto:
> > > psikologi_transform
> > > > atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of Anwar Haryono
> > > > Sent: Thursday, December 06, 2007 7:06 PM
> > > > To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> > > > Subject: RE: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak
bisa
> lagi
> > > > mentertawakan diri sendiri ?
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > Duluan mana.cerdas dulu baru bisa ngetawain diri ndiri.ato
> ngetawain
> > > diri
> > > > ndiri trus jadi cerdas?
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > _____
> > > >
> > > > From: psikologi_transform atif@yahoogroups .com [mailto:
> > > psikologi_transform
> > > > atif@yahoogroups .com ] On Behalf Of ratih ibrahim
> > > > Sent: Thursday, December 06, 2007 6:29 PM
> > > > To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
> > > > Subject: Re: [psikologi_transfor matif] Mengapa kita tidak
bisa
> lagi
> > > > mentertawakan diri sendiri ?
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > butuh kecerdasan tersendiri untuk bisa mentertawakan diri
sendiri
> > > > pakkkkkkk... ......
> > > >
> > > > dan kemampuan mengatasi "ego" diri....
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > best,
> > > >
> > > > ratih
> > > >
> > > >
> > > > *btw, pecel pincuk itu jebul uenak buangetttttttttt*
> > > >
> > > >
> > > > On 12/4/07, Jusuf Sutanto jusuf_sw@yahoo. co.id
> > > > <mailto:jusuf_sw@ > wrote:
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > Tulisan pendek ini ada dalam buku
> > > >
> > > > " KEARIFAN TIMUR DALAM ETOS KERJA DAN SENI MEMIMPIN ",
Penerbit
> Buku
> > > Kompas,
> > > > 2007
> > > >
> > > > Tertawa adalah cara bijak untuk
> > > > mengatasi fanatisme
> > > >
> > > > Konflik bernuansa agama kini dan semenjak dulu
> > > > menjadi masalah utama yang harus diselesaikan karena bisa
> berkembang
> > > menjadi
> > > > masalah mengerikan yang berkepenjangan. Upaya Komisi Nasional
Hak
> Asasi
> > > > Manusia semata
> > > > tidaklah memadai untuk bisa menyelesaikan masalah yang
sedemikian
> sulit
> > > > ini.dan
> > > > sering kambuh lagi. Satu-satunya jalan adalah melalui
pendidikan.
> > > >
> > > > Pada suatu hari, Konfusius
> > > > diprotes oleh murid-muridnya gara-gara menerima anak seorang
> penjahat
> > > yang
> > > > terkenal sangat kejam ddan sadis sebagai murid. Setelah semua
> muridnya
> > > > mengukapkan keberatannya, ia mulia angkat bicara dan
menjelaskan
> bahwa
> > > > ketika
> > > > anak itu datang kepada dia, ia bertanya : untuk tujuan apa
kamu
> datang ?
> > > > Anak
> > > > itu menjawab berkali-kali bahwa ia mau belajar ! Hanya karena
> seseorang
> > > mau
> > > > belajar, maka orang jahat bisa diubah menjadi orang baik ;
salah
> > > pengertian
> > > > bisa dijelaskan ; permusuhan bisa didamaikan. Apakah kamu bisa
> > > memberikan
> > > > cara
> > > > lain yang lebih efektif untuk mengubah manusia jahat menjadi
baik
> selain
> > >
> > > > belajar ? Semua muridnya diam dan menyadari kekeliruannya !
> > > >
> > > > Apakah
> > > > kamu bisa memberikan cara lain yang lebih efektif
> > > >
> > > > untuk
> > > > mengubah manusia jahat menjadi baik selain belajar ?
> > > >
> > > > ***
> > > >
> > > > Ceritera berikut ini yang dikutip
> > > > dari buku " Kebijakan Sejati " .karangan Pema Chodron
(Penerbit
> Karaniya
> > > )
> > > > barangkali bisa membantu
> > > > dalam mengatasi masalah yang pelik ini.
> > > >
> > > > Syahdan
> > > > ada seorang Dewa yang tahu bahwa manusia mempunyai sifat yang
> aneh,
> > > yaitu :
> > > > sangat suka fanatik pada sesuatu yang dianutnya, lalu
membentuk
> > > organisasi
> > > > massa , dilengkapi pakaian seragam dengan tanda pengenal.
Awalnya
> semua
> > > > berjalan
> > > > baik-baik saja, tapi kemudian sedikit demi sedikit mulai
membuat
> > > masalah,
> > > > misalnya lalu menuliskan namanya besar-besar dalam bendera
> raksasa,
> > > berpawai
> > > > di
> > > > jalan-jalan sambil berteriak dan mengibarkan panji-panjinya
supaya
> orang
> > > > lain
> > > > yang berbeda pandangan mau ikut bergabung dengannya. Kemudian
Dewa
> itu
> > > > memutuskan untuk mencoba membuktikan keadaan umat manusia agar
> bisa
> > > > menertawakan dirinya sendiri setelah melihat keanehan itu.
> > > >
> > > > Dewa itu menciptakan sebuah topi
> > > > besar, yang sebelah kiri berwarna merah menyala, dan belahan
kanan
> biru
> > > > cerah.
> > > > Lalu ia pergi ke suatu jalan di mana banyak orang sedang
bekerja.
> Ia
> > > > memunculkan diri dengan segala kesaktiannya sehingga semua
orang
> takjub
> > > > melihatnya. Berbadan besar dan bersinar, mengenakan topi
tersebut,
> ia
> > > > berjalan
> > > > menyusuri jalan tersebut, membuat semua orang berhenti untuk
> > > memandangnya.
> > > > Lalu
> > > > Dewa itu mendadak lenyap begitu saja. Semua orang
menjerit : " Aku
> > > melihat
> > > > Tuhan ! Aku melihat Tuhan ! ". Mereka semuanya dipenuhi
> kegembiraan
> > > > sehingga seseorang yang ada di sebelah kiri jalan berkata : "
> Betapa
> > > > agungnya, Ia datang mengenakan topi merahnya ! ". Orang yang
ada
> di
> > > kanan
> > > > jalan memandangnya dengan heran sambil berkata : " Ia tidak
> bertopi
> > > merah,
> > > > melainkan biru ! ".
> > > >
> > > > Perbedaan
> > > > pendapat itu berlangsung terus sehingga masing-masing pihak
> membangun
> > > tembok
> > > > dan saling melempar batu ke lawannya. Lalu dewa itu muncul
> kembali, tapi
> > > > kali
> > > > ini berjalan berlawanan arah dengan sebelumnya dan kemudian
> kembali
> > > > menghilang.
> > > > Sekarang semua orang saling memandang dan orang yang ada di
> sebelah
> > > kanan
> > > > berkata : " Ternyata Anda benar. Ia bertopi merah ! Kami minta
> maaf
> > > karena
> > > > sudah salah melihat ". Tapi
> > > > orang-orang di sebelah kiri mengatakan : " Tidak, tidak..
kalian
> yang
> > > > benar, kami yang salah. Ia bertopi biru ". Saat itu mereka
semua
> > > bingung,
> > > > tidak tahu harus bertengkar atau berdamai. Lalu Dewa itu
muncul
> kembali,
> > > dan
> > > > kali ini ia berdiri di tengah jalan, berputar ke kiri lalu ke
> kanan,
> > > > kemudian
> > > > kembali lenyap.dan semua orangpun akhirnya tertawa !
> > > >
> > > > Ceritera
> > > > ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus
menerus
> > > digoyang
> > > > oleh
> > > > konflik bernuansa agama yang seolah sudah kehabisan akal untuk
> > > > menyelesaikannya.
> > > >
> > > > Ceritera
> > > > ini akan meniupkan angin segar bagi masyarakat yang terus
menerus
> > > digoyang
> > > > oleh
> > > > konflik bernuansa agama dan
> > > >
> > > > seolah sudah kehabisan akal untuk
> > > > menyelesaikannya
> > > >
> > > > ____________ _________ _________ _________ _________ ________
> > > > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang
> Anda!
> > > Kunjungi
> > > > Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers. yahoo.com/
> > > > <http://id.answers.yahoo.com/>
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > _____
> > > >
> > > > Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang
Anda di
> > > Yahoo!
> > > >
>
<http://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http:/id.answers.yahoo.com
/>
> > > > Answers
> > > >
> > >
> > >
> > >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Yahoo! Groups

Endurance Zone

A Yahoo! Group

for better endurance.

Women of Curves

on Yahoo! Groups

see how women are

changing their lives.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: