Kamis, 13 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Re: CERPEN NIRWAN SALAH FATAL

baca aja deh tulisan2 nirwan yg laennya, pasti ketawa ngeliat betapa ngebetnya nirwan mau jadi seorang prosais..., tapi yg ada juga bacot gede doang dari nirwan yg bilang bahwa sastra di internet sebagai "sampah".

nirwan itu jadi cantriknya gm lalu ge-er maunya bisa ngejiplak gaya nulis gurunya. tapi kerna bakat nulisnya nirwan itru aslinya cetek, akhirnya nirwan jadi keblinger, kebabalasan buka congornya, sembarangan menghina soal sastra internet.

ini info doang: seorang sastrawan senior jakarta pernah bilang langsung ama saya bahwa gm itu dijadikan berhala oleh orang2an sejenis nirwan dewanto bin katro!

salut buat ribut wijoto, yg emang beneran jagoan muda sastra dari surabaya.

salam, heri latief
amsterdam, 13/12/2007

--- In sastra-pembebasan@yahoogroups.com, "BISAI" <annakarenina@...> wrote:

Terlepas dari setuju atau tidak, ulasan Ribut Wijoto ini cukup tajam dan kritis.

BISAI

--- In sastra-pembebasan@yahoogroups.com, "ribut_wijoto" <ribut_wijoto@...> wrote:

CERPEN NIRWAN SALAH FATAL

Oleh Ribut Wijoto

Rentang sepuluh tahun terakhir, 1998-2007, ada kesalahan pada
perkembangan eksplorasi bahasa cerpen. Bahasa diolah-maksimalkan, dicari
pilihan kata paling tepat, dan kalimat diberi rima-ritme; kesemua usaha
dilakukan tidak untuk memperkuat unsur cerpen. Justru sebaliknya, usaha
kuat-keras tersebut, sepenuhnya untuk memperlemah potensi unsur cerpen.
Ini kesalahan fatal. Soalnya, ini kesalahan dilakukan oleh orang-orang
yang justru berkompeten di bidang kesusastraan. Lebih fatal lagi, ini
kesalahan diikuti oleh beragam kaum sastrawan. Ia menjadi standar nilai
cerpen. Sebuah standar nilai yang membalik arah.

Lihatlah kutipan cerpen "Dadu" dari Nirwan Dewanto:

(Bertahun-tahun kami bertikai apakah di negeri Matsya Sairindri dan lima
pengiringnya itu penyamar atau bukan. Bertikai pangkai bahkan sampai
kini, ketika kami harus bahu-membahu di pulau jahanam ini demi mengukai
tilas Muka Sepuluh).

Nirwan membuka kisah dalam cerpen dengan kata-kata "wah".
Kalimat-kalimat imajinatif. Di situ tampak, ada rima
(bertikai-pangkai-mengungkai). Ada kalimat imajinatif. (Bertahun-tahun
bertikai). Sungguh, jalinan kata-kata yang mirip puisi. Sayangnya, itu
kalimat tidak mendukung terbentuknya peristiwa, memperlemah kisah.
Nirwan terlalu obsesif pada puitisasi peristiwa, puitisasi kisah. Setiap
kalimat dimaksudkan mengemban citraan. Menampilkan lanskap warna, gerak,
rasa, ataupun bau-bauan. Menggugah imajinasi pembaca. Membikin pikiran
terombang-ambing dalam tamasya bahasa. Dan, pembaca pun melupakan
peristiwa.

Kalimat pembuka cerpen "Dadu" diikuti oleh kalimat-kalimat lain
yang bernasib sama. Puitis, imajinatif, dan berlarat-larat dengan majas.
Akibatnya, cerpen rada panjang Nirwan terbata-bata dalam membentuk
cerita. Padahal di situ ada cerita. Sebuah interpretasi ulang dari kisah
Mahabarata dan Ramayana. Pasalnya, uraian Nirwan gagal menampilkan
kejernihan peristiwa. Ada kabut tebal pada tiap kalimat Nirwan. Kabut
yang menutup peristiwa.

Oleh sebab gagal membentuk peristiwa, Nirwan pun gagal mencipta
penokohan. Tokoh-tokoh pada cerpen "Dadu" bukanlah tokoh yang
bisa dibayangkan berbadan, berdaging, atau bernafas selayaknya manusia
biasa. Ia tokoh metaforis. Tokoh konsep. Artinya, "tokoh" yang
belum sempat menjadi tokoh. Sebatas konsep tentang tokoh. Ini disebabkan
melimpahnya kiasan dalam pemaparan tokoh. Cerpen Nirwan menjadi lebih
mirip puisi.

Mungkin, cerpen Nirwan memang lebih berharga jika dipahami sebagai
puisi. Tetapi tetap saja tidak bisa. Keindahan bahasa puisi selalu
mengemban makna personal. Pada metafora, ritme, rima, citraan puisi; di
situ ada melekat ideologi.

Adapun pada Cerpen Nirwan, keindahan bahasa hanya sebatas ornamen.
Perlengkapan pengindah kalimat. Snobisme. Kemewahan berbahasa. Metafor,
rima, ritme, dan citraan semata-mata digunakan untuk menghasilkan
"wah". Di titik simpul ini, bila memaksa dipahami sebagai puisi,
ia adalah puisi gagal.

Lihatlah kutipan cerpen "Dadu" berikut: (Ketika seluruh jalur
urat nadi Dandaka terbuka tampak berderai putihmu –Percayalah, ketka
jubahku terkembang berlapis-lapis memerangkap pasukan yang memburumu-
aku mengenali perempuan lain yang mengular dalam hutan menguntitmu,
mungkin untuk mengambil bakal permaisuri itu darimu. Aku berseru dalam
hati, "Kenapa wajah mereka serupa dengan titisan Laksmi?"

Pemahaman yang salah atas eksplorasi bahasa cerpen membikin cerpen pada
posisi ambang. Sebagai prosa, ia gagal membentuk kejernihan peristiwa
dan ketajaman penokohan. Sebagai puisi, ia gagal menciptakan
personalitas ideologi.

Tragisnya, Nirwan hanyalah satu dari deretan panjang para cerpenis yang
suka mengindah-indahkan bahasa. Para cerpenis yang mengutamakan citraan
daripada penokohan. Memilih metafor daripada peristiwa. Di gerbong mewah
ini ada nama-nama seperti Sitok Srengenge, Nukila Amal, Dewi Sartika,
Dewi Lestari, Ayu Utami, dan sebagainya.

Mengapa ini kondisi fatal bisa meluas? Mungkin, jaman menghendaki
demikian. Mungkin juga, tanpa diduga, ada keseragaman pikiran.
Keseragaman konsep tentang cerpen yang gemilang. Mungkin saja,
merebaknya pengindahan bahasa cerpen dipacu oleh kemenangan novel Saman
dari Ayu Utami pada Sayembara novel DKJ tahun 1998.

Pada novel Saman, Ayu Utami menyeruakkan tiga model bahasa. Pertama,
model bahasa metaforis. Hampir tiap peristiwa dipaparkan dengan kiasan.
Kedua, model bahasa lugas. Peristiwa dipaparkan dengan cara sederhana.
Ketiga, model bahasa minimalis. Peristiwa dibahasan dengan
kalimat-kalimat pendek, seperti kalimat dalam pesan pendek di telepon
genggam.

Para cerpenis, mungkin, berusaha mengekor model bahasa Ayu Utami yang
pertama. Model bahasa metaforis. Padahal, ini sungguh tragis. Seorang
juri dari sayembara novel DKJ mencatatkan, novel Saman berhak menang
karena kejernihannya memaparkan peristiwa penindasan yang terjadi di
perkebunan karet. Di bagian tersebut, Ayu Utami tidak memakai model
bahasa metaforis. Di situ, Ayu Utami menggunakan bahasa lugas,
sederhana, dengan seminimal mungkin kiasan.

Mungkin juga, Nirwan dan sebagainya tidak sedang mengekor Ayu Utami.
Mereka sedang terpesona oleh model bahasa Gabriel Garcia Marquez dalam
novel Seratus Tahun Kesunyian.

Melalui eksotisme bahasa realisme-magis, Gabriel berhasil mengusung
banyak tokoh dalam satu novel. Cerpen "Dadu" dari Nirwan pun
dengan bahasa eksotis menampilkan banyak tokoh. Tapi ada perbedaan
mendasar. Gabriel menggunakan eksotisme realisme-magis tidak sebatas
gagah-gagahan. Itu model bahasa dipakai untuk memberi detail gambaran
peristiwa dan memberi detail gambaran karakter tokoh. Selebihnya,
detailitas peristiwa menciptakan kompleksitas penokohan. Hasilnya bukan
sekadar tamasya bahasa, tetapi lebih penting lagi adalah, tamasya
peristiwa. Tamasya kisah dengan beragam penokohan.

Adapun Nirwan dan sebagainya malah terjebak pada eksotisme bahasa yang
mengaburkan peristiwa, mengaburkan penokohan. Semestinya, bahasa cerpen
diolah-maksimalkan, dicari pilihan kata paling tepat, dan kalimat diberi
rima-ritme; kesemua usaha dilakukan untuk memperkuat unsur cerpen.

Eksplorasi yang mengarah pada pembentukan kejernihan peristiwa dan
penajaman penokohan. Seperti pada cerpen-cerpen dalam buku Orang-orang
Bloomington dari Budi Darma.

_______Salam - Surabaya

Biodata:

Ribut Wijoto, lahir di Tulungagung, 23 Maret 1974. Esai sastranya pernah
dimuat di Surabaya Post, Surabaya News, Jawa Pos, Republika, Riau Pos,
Banjarmasin Post, Media Indonesia, Majalah Bende (Taman Budaya), Majalah
Kidung DKJT, Koran Tempo, BPK Penabur, Mimbar Pembangunan Agama, Sinar
Harapan, Islam Liberal (Kajian Utan Kayu), Suara Anum (Malaysia), Solo
Pos, Harian Jurnal Nasional, dan beberapa media kampus.

Tahun 2001, esai sastranya dipilih sebagai juara 1 dan juara harapan 1
dalam sayembara esai sastra tingkat nasional oleh Departemen Pendidikan
Nasional (Pusat Bahasa). Bukunya yang telah terbit adalah Pengantar
Menuju Sastra Bermanfaat (Gapus Press, 2002), stensilan.
Alamat: Gubeng Masjid IV No 5, Surabaya. Telepon: 031-72102178
Email: ribut_wijoto@yahoo.com



sastra-pembebasan@yahoogroups.com
milisgrup opini alternatif

http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/
penerbit buku sejarah alternatif

http://progind.net/
kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan


Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Yahoo! Groups

Get info and support

on Samsung HDTVs

and devices.

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Learn how others are

shedding the pounds.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: