Selasa, 18 September 2007

Re: [psikologi_transformatif] The Last Conclusion: My Conscience is... My Logic is.. (to Tomy T)

T: ops...kali ini aq datang dengan merah....:)
iya mbak lagi moving nich...pindah pindah kota, maklum lagi bergerak....:)
kenapa kalau mbak posting tulisan mbak sebelmumnya gi di posting ya....jadi ga kelihatan kalau mbak itu mbalelo hihihi....
 

Pakai biru ya? Boleeeeh :)

> T: bisa berubah warna ya...duh....
> iya mbak... dikau kan ga mungkin di lupakan atau di no duakan :)....walaupun kemaren telat balas...sempat balas soal cool cash kemaren karena sambil nyentil aja (satu kalimat kali...) pas lagi nulis ke mbak Swas...eeeee, tiba tiba aq di panggil....mmmmm... .jadi ga benar mbak di no. 2 kan ok....ahahahahah
> kali ini aku datang dengan biru mbak...:)

Ohh.. kebetulan sekali ya, dipanggil. Dipanggil kemana, kok sampai seminggu baru balik ;)?

 

T: dipanggil tugas Mbak :)

> T: ahahahahah.. ..mungkin ini kali tipenya mbak, lompat sana sini....mulai dari Prejudice, Tuhan, Logika, coscience... dst dan sekarang sampai death of author.....kayeknya mbak tau dikit dikit ya...jadi caplok sana dan sini.....(ga ah tau banyak ko ya...)...mau diskusi masalh ini dengan saya? dalam hubungan seorang filsuf atau penulis novel?

Waah.. nggak penting seberapa banyak yang saya ketahui atau apa yang tidak saya ketahui :) Dianggap cuma tau dikit2 dan caplok sana sini juga boleh. Nggak masalah buat saya :) Cumaa.. kalau boleh saya ingatkan, sebelumnya saya pernah mengatakan dua hal.

 

T: duh.....kenapa mbak....memang benar ko...saya asli ga kenal mbak...tapi kalau lihat tulisannya mbak bukan filsuf atau psikolog...kali penulis novel? (ini terkaan mbak...maaf kalau salah :) )

 

Yang pertama: buat saya segala hal saling terkait, jadi nggak heran kalau sebagian orang melihat saya loncat karena nggak melihat kaitan yang saya lihat ;). Dan yang kedua: pernah saya katakan juga bahwa pemaknaan sebuah tulisan itu sangat tergantung juga pada pembaca, bukan hanya pada penulisnya (=death of an author) :)

Monggo, dibaca2 lagi tulisan saya. Jangan hanya terpaku pada email terakhir :)

 

T: kalau mengaitkan suatu hal itu nyambung sich ga masalah....ini nyambungnya dipaksaain mo bilang gimana?

> T: ko dilepas? memang bisa di lepas latar belakang seseorang dengan gaya dan cara berpikirnya? memang berpikir itu dapat tiba-tiba ya? inilah yang saya bilang mbak...beda itu? mbak tahu ga proses bagaimana mbak berpikir bisa berpikir? :)

Pertanyaan mendasar: apakah yang disebut sebagai latar belakang itu? Menulis, atau menulis novel, atau menulis karangan ilmiah ;)?

 

T: jadi belum tahu arti latar belakang pemikiran? gini gini...sebelim mbak ada konsep yang ada di kepala kita...kita punya banyak pemahaman sebelumnya yang kita dapat dalam pengalaman (belajar, mendengar, melihat, dst...)...nah pengalaman inilah membentuk "forma mentis" kita....makanya beda latar belakang berpikir, kemungkinan besar berbeda cara berpikirnya..... 

> T: inilah yang saya salah satu gaya Mbak, mengatakan saya cenderung mengkotak2kan, tetapi sekaligus dalam pendapat yang sama mbak juga mengkotakkan. ..duh mbak mbak.....jangan prejudice mbak katakan tapi....jangan subyektif mbak katakan tapi kalimat yang sama mbak mengkotakkan dan menjudice dst.....itu pikirannya di gunakankan mbak? atau asal ceplos aja? :)
> kalau mbak membca tulisan saya mengkotakkan. ....itu adalah mbak yang mengangabnya, yang jelas saya mencoba membedakan cara berpikir itu....dan memang beda..soal justifikasi pendapat mbak dengan pergaulan mbak itu dan mengkotakkan penulis novel lebih dalam dan bermakna itu juga pengkotakan mbak....:)

Anda sebenarnya paham tak apa yang dimaksud dengan pengkotakkan ;)?

 

T: yang saya ragu itu mbak yang ga ngerti pengkotakan....saya sambung di bawah.

 

Anda membedakan cara berpikir seseorang dari latar belakangnya: apakah dia penulis novel, psikolog, filsuf :). Itu yang saya sebut pengkotakkan.

 

T: jadi membedakan itu adalah pengkotakan? kelihatan jelas bukan kalau mbak ga ngerti apa arti pengkotakan? perbedaan tidak harus pengkotakan...tapi pengkotakan itu adalah pembedaan...paham? atau masih sering berkelit? dengan kata kata orang lain kurang paham? malu dong kita...wong ngomong di milis itu disaksikan banyak orang....ahahahah

 

Bahwa kemudian saya mengatakan ada teman saya yang penulis novel, yang tulisannya lebih dalam dan/atau bermakna daripada beberapa penulis yang (sok) filsuf, itu bukan pengkotakkan. Itu penilaian terhadap masing2 pribadi :)

 

T: Nah...inilah salah satu PREJUDICE, ,mengapa? karena pada kalimat (posting) sebelumnya saya menulis latarbelakang seseorang itu membedakan cara berpikirnya (filsuf-psikolog atau penulis novel dst...) tapi mbak sampai pada penilaain bahwa ada yang sok filsuf. dan mengatakan bahwa penulis novel yang anda kenal menulis kata lebih bermakna daripada penulis yang sok filsuf.....saya mengatakan berbeda..saya tidak merendahkan satu dengan yang lain...kenapa bereaksi demikian....menurut saya menyambung perkataan mbak...ya kalau yang nilai mbak si udah pasti...tapi dimana nilai viliditasnya.....ngobrol aja ga nyambung....:)

 

Dari pengalaman saya, ada orang2 yang tulisannya penuh dengan referensi tentang filsafat, tapi bahasannya tidak mencerminkan kedalaman :) Sebaliknya, ada orang2 yang cuma nulis novel, tapi begitu banyak insight yang bisa didapat dari tulisannya :) Tentunya ini harus dinilai pribadi per pribadi ya, bukan dikotakkan sebagai penulis novel, filsuf, psikolog :)

 

T: yang berinilai itu siapa? siapakah mbak? emank mbak guru besar kah? soal dinilai secara pribadi per pribadi itu saya setuju. tapi kalau cara mbak menilai......siapa yang yakin? :) sekali lagi berbeda itu bukan selalu harus pasti pengkotakan....!!!

> T: diskusi dah pasti harus pakai Logika...tapi kalau saya katanya menekankan Logika...ahahahahah (prejudice? sukyektif? sentimen? ato opo meneh?...), tunjukkan terlalunya?
> baca aja baik tentang contoh sex bebas kemaren..... baca baik kalimatnya. saya sangat ragu setelah beberapa kali kalimat saya mbak ganti maknanya.... .

Coba mana yang diganti dan dimana saya menggantinya :)

Diskusi harus pakai logika? Betul, diskusi harus pakai logika. Bahkan dalam segala hal logika harus bermain :) Tapi tidak semua hal bisa dilogikakan kan ;)? Dengan demikian ada bagian2 diskusi juga yang tidak mungkin dilogikakan. Logikanya begitu ;)

 

T: kemaren saya ngomong bahwa kebenaran tidak hanya dikenal dengan coscience...lalu mbak balas dengan bagaimana mengenal kebenaran tanpa coscience (tidak hanya di ganti dengan tanpa....)

kemaren saya bilang berbeda...tapi mbak langsung bilang saya mengkotak kotakan....

.....dst

dimana nilai rasa bahasa mbak ya?

> T: Oooo...sekarang pakai kata terkait lho...ahahahahahah, gimana terkaitnya? kalau hati dan logika bilang tidak benar berarti sesuatu itu tidak benar? gitu? belum tentu...sebab hati nurani dan logika bukan PENENTU kebenaran. bisa saja tidak terkait....

Ah, dari dulu juga sudah terkait. Apa perlu diulangi lagi? My conscience is... my logic is.. ;) Ini menunjukkan keterkaitan dan sudah saya jelaskan kaitannya :)

 

T: ahahahaah.....ceritanya banyak sebelumnya tentang hati nurani (baca coscience). hubungan logika dengan hati nurani aja segitu

> T: jadi sekarang yang manusiawi itu kelemahan toh? jadi yang bukan kelemahan apa namanya?.... mmmmmmmmau kemana mbak ku ini?
> ga nyambung karena ga bisa jawab atau? ini kalimat mbak saya kutip lagi:
> Swas:" Dan itulah sebabnya kita mesti menjaga conscience kita agar tetap murni, tidak rusak oleh prasangka, kebencian, atau apa pun kelemahan yang sesungguhnya sangat manusiawi :)..."
> gimana? masih belum ngerti atas apa yang ditulis sendiri?

Ah, yang ini juga sudah pernah saya jawab. Bahkan baru saja saya jawab tadi. Kelemahan itu manusiawi. Apakah lantas kemudian dapat dibalik bahwa manusiawi itu kelemahan ;)? Pertanyaan seperti ini nggak perlu saya jawab dong.. :)

 

T: yang bikin pernyataan mbak sendiri...saya kan ngikuti apa kata mbak...menunjukkanbahwa memang yang di tulis mbak sebenarnya mbak ga pahami....cuma gitu gitu doang :)

> T: ahahahah.... .ah aq pakai perasaan juga mbak...main saya rasa juga...cuma lihat topik diskusinya aja....kalau soal makanan ya pasti main saya rasa...tapi kalau soal kebenara realitas gimana mau main saya rasa...:)

Oooh.. jadi definisi Mas Tomy tentang "rasa" itu "sense" toh, bukan "feeling" ;)  Jadi, kalau menurut Mas, yang namanya rasa masakan itu bukan realitas ya ;)? Asin, asam, pahit, manis, itu bukan realitas ;)?

 

T: ini salah satu pernyataan lagi kalau mbak mengganti dengan apa yang aku tulis....lihat apa yang aku katakan

T: lihat topik diskusinya aja....kalau soal makanan ya pasti main saya rasa....

lihat apa yang mbak tulis kemudian Swas:Oooh.. jadi definisi Mas Tomy tentang "rasa" itu "sense" toh, bukan "feeling" ;)  Jadi, kalau menurut Mas, yang namanya rasa masakan itu bukan realitas ya ;)?

bagaimana dengan mudahnya mbak jatuh dalam sentimen dan kesimpulan yang sangat tergesa gesa....baca pelang kalimat saya.....ahahahah dan bedakan dengan kalimat mbak....di ganti total lho....

> T: mbak sudah samapai level bertanya berarti sudah mulai masuk....asyk. .....gitu dong mbak....manusia itu bertanya? 

Waduh, Mas, kalau buat saya, sebenarnya "bertanya" ini kategorinya "turun level" :) I've been in that level before :)

 

T: malu bertanya, jalan jalan mbak...makanya jalan pikiranmbak jalan jalan....ahahahah. memang kalau levelnya di bawah bagaimana mau turun? wah kalimat yang terakhir just kidding mbak :)

> T: realitas membunuh adalah membunuh = sempit ? ahahahahah.. .ko iso ya mbak bilang gitu? :) bikin tersenyum aja.....yang sempit itu batok kepala yang menanggapinya mbak bukan realitasnya :)

> T: mbak...mbak. ....kanjelas yang sempit itu bukan realitasnya tapi tanggapannya? atau ini juga perlu dibahas panjang lebar?

Justru itu pertanyaan saya :) Apakah realitas itu sesederhana & sesempit itu :)?  Diulang lagi deh: apa sih realitas itu ;)?

 

T: kebenaran realitas itu ada pada dirinnya mbak...kalau realitasnya membunuh maka.....ahahahahah msih ga nangkap juga....:)

> T: apa perlu di copy paste untuk ke duakalinya? :) mbak kenapa sering bertentangan dengan pendapatnya sendiri mbak? what's up?

What's up? Mungkin... the way you see the problem is the problem ;) Makanya apa yang tidak bertentangan, tampak bertentangan :)

 

T: ohhh....begitu rupanya :) tengkiu peri maks mbak.....sekarang dipakai kalimant "nampaknya" ahahahahah....awas jatuh lagi mbak...mbak q mbak q....

> T: ya jelas enggak lah mbak...realitas ya tetap dalam dirinya sendiri...berarti benar benar lol ya mbak? atau perlu saya copy pastekan lagi tulisan saya seblmnya?

Kalau mau copy paste tulisan Anda sebelumnya sih monggo2 aja. Sekaligus copy paste jawaban saya atas apa yang Anda copy paste itu, supaya saya nggak capek nulis menjelaskan lagi :) Tinggal menuliskan dimana nggak nyambungnya :)

 

T: ahahahah....biasanya yang saya copy paste itu adalah tulisan mbak...dan kalau saya membalas email tulisan mbak dan saya seblumnya ga saya hapus supaya orang bisa lihat jalan pikirannya...mbak yang menghapus tulisan mbak sendiri seblumnya ga tau sebabnya...mungkin mengenakkan membacanya kali maksud mbak...tapi menurut saya menjadi kehilangan....dan mbak banyak berputar putar jadinya....iya kan mbak?

> T: ahahahah.... .ya benarlah contoh adalah contoh..sesempurna apapuin contoh itu namanya ya contoh...atau mbak mau mengganti arti kata contoh? pakai saya ras....?
> dan contoh memang harus merujuk maksud dan makna...apa contoh contoh yang sebelumnya beum cukup? tidak jelas? terlalu kabur? perlu di ulang beberapakali lagi?

Kalau mau berapa kali itu terserah Mas Tomy. Sampai Mas Tomy ngerti juga boleh :) Sekalian kalau mau copy paste contoh, copy paste jawaban saya juga ya :)

 

T: tulisan mbak kan selalu saya copy pastekan? apa ga lihat...cuma kalau yang udah dua kali selumnya itu susah...abiss nyarinya susah....:)

> T: mbak bicara soal realitas membunuh...dan mengambil refrensi sebuah kasus? Mmmmm apakah itu bukan generalisasi tergesa- gesa?

Saya tidak mengambil referensi sebuah kasus. Saya mencontohkan bagaimana realitas itu tidak sederhana :)

 

T: contoh atau kesimpulan?.....mengapa mbak mengatakan menyimpulkan pendapat mbak sebelumnya?

> T: mau tahu jawabannya? apakah membunuh dalam musa itu sama arti dan konteksnya dengan nabi selanjutnya? inilah penafsiran yang berubah...membunuh itu tidak pernah berubah, yang berubah itu adalah kepala batok yang sempit yan memberi arti dan makna....Mbak mbak...musa ko di suruh belajar membunuh.... ."awak tak pandai menrai kenapa lantai yang disalahkan? "

Waah.. ternyata Mas Tomy memang tidak pandai menari ya, tapi suka menyalahkan lantai :) Terlalu sulit toh menangkap inti tulisan saya yang sederhana itu ;)? Inti ceritanya adalah: nothing as simple as we see :). Termasuk membunuh, yang kebetulan kita ambil sebagai contoh :)

Jadi ingin tahu, lingkar kepala Mas Tomy berapa ya ;)?

 

T: salah tuh mbak.....saya itu pintar nari mbak ahahahah, nari pakai ski juga bisa...mo lihat?

yang bilang simpel siapa? duh...ko mbak belok sana sini ya?

yang saya katakan....membunuh itu dalam dirinya sendiri adalah membunuh yang menafsirkannyalah yang berubah...ngerti?

kalau soal kenapa itu tanya kepada rumput yang bergoyang ahahahaha....itu aja ko ga bisa jawabnya.

> T: belajar dulu mbak arti Essensi..... saya hanya bisa sedikit senyum kecut....ga ngerti lho selama ini dengan bahasa bahasa yang dihas...ya pantaslah kita ngalor ngidul

Saya sih tetap pada tempat saya berdiri :) Sejauh ini saya melihat Mas Tomy yang shadow boxing :) Bahasan saya apa, yang disanggah apa :)

 

T: ahahahah...sampai juga pada intinya.....kalau mbak ga tahu apa yang saya sanggah dan apa yang saya bahas...asli ngakak mbak.....pantas aja ga pernah nyambung...(ganti bola lampunya dong mbak.....just kidding),

kalau mau tahu lihat posting pertama saya untuk mbak...sanggahan dan pembahasan saya masih yang itu....bukan seperti mbak caplok sana dan sini, lari sana dan sini (logikalah, coscience lah, prejudice...dst) tapi satu pun ga mendalam....

> T: mbak lupa kayeknya apa yang mbak ucapkan sendiri..... dalam waktu bersamaan bisa mengatkan iya dan tidak....Mmmm

Nggak sih. Saya nggak lupa :) Tapi kalau omongan saya tidak dimengerti oleh Mas Tomy, itu mungkin sekali.. hehehe.. 

 

T: aku yang ga ngerti?...ok ok ok. tapi gimana mau ngerti ya....yang mengucapkan sendiri pun kalau di tanya ga ngerti? atau salahjelasin.... :)

> T: mbak sendirikan yang bilang....aduh. ..piye mbak ku ini. bukankan dari mulut mbak yang pertama dulu bilang tanya sama as as dulu langsung ngerti soal soal hendrik? as as ngerti soal penjelasan mbak yang pertama kan bukan soal diskusi mbak dengan saya lucu ga kalau saya nanya dia...? makanya saya nanya balek ke mbak.....? padahal di kalimat lain mbak kelihatannya enggak mau dihubungkan dengan orang ketiga (lain9 dalam diskusi kita, ada apa?

Iya, memang, Mas As As langsung ngerti omongan saya pada kali pertama. Setidaknya itu yang saya tangkap dari klarifikasinya ;). Karena mengerti itu, beliau tidak mempertanyakan dan mendiskusikan hal2 yang tidak perlu dipertanyakan dan didiskusikan :)

 

T: lain donk dia denang saya.....emang levelnya sama? dan level pembahasan juga berbeda ko...ga percaya tanya sama dia??

> T: mana buktinya? tunjukkan? (yang ini mohon di jawab....) :)

Ya itu buktinya di atas.. HAHAHAHA.. Sementara Mas As As langsung menangkap inti tulisan saya bahwa saya menganggapnya prejudice karena jawabannya pada Hendrik (dan langsung memberikan klarifikasi yang bagus sekali tentang latar belakangnya yang jelas bukan prejudice), Anda sampai sekarang masih sibuk mempersoalkan "anggapan Anda sendiri" bahwa saya mengatakan bahwa "kebenaran/kesalaha n itu ditentukan oleh prejudice".

 

T: ahahahah....sore sore di sini bikin aq ngakak setengah mati.....

lihat apa yang sanggah: prejudice atau bukan prejudice tidak menentukan sesuatu itu benar atau salah!!!!!!

karena mbak mengatakan....ahahaha lihat postingan mbak pertama yang saya tanggapi deh....bener ga?

> T: wah ..kadang iya kadang tidak.....seperti inikah cara berpikirnya? ko bangga pula ya mbak...:)

Ah.. cara berpikir saya tetap kok. Tidak kadang iya, kadang tidak. Walaupun, saya menyadari sekali, untuk sebagian orang yang tidak bisa melihatnya, akan menganggap saya begitu. Dan saya bangga? Tentu... karena dengan demikian berarti saya tidak bertumpu pada logika yang kaku :)

 

T: memang banyak orang sadar cara berpikirnya :)...logika yang kaku? what is logika mbak?

> T: ahahahah.... muncul teori baru, hati tidak berlogika... .....selamat mbak! saya tunggu bukunya ttg itu kalau ada......however saya menghargai pendapat mbak...gitu donk ken enak bacaya jadi saya tahu posisi mbak itu dimana... :)

Kalau mau dengar kata ini, sebenarnya dari awal kan sudah saya katakan walaupun tidak eksplisit. My conscience is ... My logic is... :) Sudah menunjukkan dari awal posisi saya: kata hati tidak berlogika. Tapi untuk berfungsi normal, logika tidak bisa ditinggalkan sama sekali.

Berapa kali ya, perlu saya ulang? Atau kalau Mas Tomy itu harus benar2 spesifik dan eksplisit baru bisa dipahami ;)?

 

T: jadi kata mbak selumnya mbak memutuskan sesuatu itu berdasakan cosciencenya mbak...nah kalau cosciencenya mbak ga berlogi....ahahahhah pantas aja ngobrol nya mbak memang jauh dari logika :)

> T: ahahahah...mbak mbak masih mau lari juga.....tau kah bagaimana cara melihat gestlat? ini pun saya ragu mbak pahami percis....atau tahu dari baca novel ya?

Ya terserah penilaian Mas Tomy :) Dianggap dipahami dari baca novel dan mau lari juga nggak papa. Nggak masalah buat saya :) Penilaian orang nggak terlalu penting buat saya kok :) Eh, ada sih penilaian orang2 tertentu yang saya anggap penting, tapi kayaknya Mas Tomy kayaknya belum sampai di situ :)

 

T: sebelum saya menilai mbak...mbak kemaren yang menilai saya dalam pokok pembahasaan gestlat...maaf kan saya yang harus mengatakan sejujurnya daripada kata kata menis asal setuju :)....kalau mau bicara masalah Gestlat mari....jangan kan pikirannya sejarahnya (penemunya) kek, artinya, maknanya...dan kita tarik nanti dengan cara pikir mbak apakah gestlat...oh...jadi selama ini mbak merasa ngaku pemikirannyanya itu gestlat ya? :)

> T: duh mbak.....seringkali pendapat mbak itu lebih mengena ke mbak sendiri....yang mengkotakkan: hati nurani bukan logika siapa?
> yang mengkotakkan tidak ada warna yang benar benar putih siapa? dst...ayo siapa? atau arti mengkotakkan pun mbak ga paham?

Memang saya mengatakan hati nurani bukan logika. Apakah itu mengkotakkan? Ya terserah Mas Tomy saja :)

Soal hitam-putih dan gradasi abu2 luas di antaranya itu sudah saya jelaskan berkali2. Kalau kemudian masih dilihat sebagai mengkotakkan, ya terserah saja :)

 

T: nah...saya kan ngikuti cara mbak memberi penilaain tentang pengkotakan....itu yang mbak katakan sama saya, metode yang sama saya katakan ke mbak...mbak ga nerima...padahal teori dan metodenya masih mbak yang mulai....(saya belum mengatakan saya setuju dengan metode mbak baru mengikuti sudah begitu...) makanya menulis itu perlu kesetiaan pada pendapat sendiri jangan lompat sana dan sini....caplok bahasa sana sini, pake istilah istilah ini dan itu...tapi pada akhirnya kalau di ikuti sama orang....ahahaha ketahuan :)

> T: ini rationalisasi. .mbak sekali lagi menempatkan pendapat mbak ke mulut saya......apa benar begitu? ga bicara sutra yang "itu" kan? tapi saya yakin nanti pun mbak tidak akan mengakuninya seperti yang lalu lalu :)

Ya terserah Mas Tomy saja. Ini hanya sebuah analogi tentang bagaimana melihat sesuatu. Kalau mau dilihat sebagai rasionalisasi ya monggo2 saja. Nggak penting buat saya :)

 

T: kenapa saya bilang rationalisasi...lihat di bawah:

Swas:Ibaratnya, saya sedang bicara tentang selembar sutra, betapa halusnya sutra tersebut, lantas Mas Tomy fokus pada bagian dimana sutra itu pernah koyak dan tidak halus lagi.

ini analogi ya? atau justifikasi...atau lebih pada pengalihan? Mmmm lebih pada rationalisasi!

> T: ahahahahah.. ...di ulang lagi.....ko susah yang nangkap kalimat yang kemarin kemaren..... ."tangisilah dirimu bukan tangisi orang lain"....

Ya terserah Mas Tomy. Kalau menurut Mas Tomy saya harus menangisi diri sendiri, ya boleh saja. Saya tahu saya nggak perlu menangisi diri saya sendiri kok :)

 

T: jadi kenapa kamu prihatin sama orang lain kalau sama diri kamu kamu tidak prihatin? ada kelainan kali...ahahahah (tangisilah dirimu bukan tangisi orang lain adalah lelucun teman saya dulu, karena seorang temannya prihatin sekali dengannya padahal keadaan temannya itu jauh di bawah....sekedar mengingatkan memory saya saja....:) )

> T: mbak bisa jatuh ke PRIHATIN itu dari mana? dari kalimat yang mahal itu aja? bukanitu prjudice? atau.....mbak hanya bisa sampai di situ? :)

Waah.. saya sih nggak pernah melihat kata per kata atau kalimat per kalimat :). Saya coba menangkap esensi dari rangkaian kata itu ;) Dan itu yang membuat saya prihatin :) Saya selalu prihatin kalau melihat sesuatu yang (menurut penilaian saya) bisa memberikan hasil lebih baik, tapi ternyata belum :)

 

T: mbak sendiri kemaren membahas soal mahal itu...sekarang mengelak lagi...

ok, pendapat yang inipun aku ikuti....dari mana mbak tahu si Tomy bisa memberikan lebih baik dari seharusnya? PREJUDICE toh??????????

sampai saat ini masih belum ngaku juga...semakinlama maka semakin jelan mbak...ahahahah.

> T: sekali sekali mbak ngaku, kali ini yang subyektifnya. ....mbak coba ngerti ini, prejudi itu subyektif! walaupun tidak semua subyektif adalah prejudice... nah kata prihatin mbak itu adalah subyektif yang prejudice... .saya malah ragu di situ yang.......

Lho, saya kan memang bisa sangat subyektif. Kan saya tidak bertumpu pada logika :)

Kalau dikatakan bahwa prihatin saya itu adalah subyektif yang prejudice, ya terserah Mas Tomy saja :).

 

T: duh mbak.......susah bilang iya aja pake kata terserah saya...tar kalau terserah saya Mmmmmmm :)

> T: saya ga bilang setuju pendapat mbak di atas.....mari kita ikuti pendapat mbak....
> kalau definisi prejudice serperti yang mbak konsepkan... ..penilaian mbak ttg mahal saya jatuh ke prihati itu PREJUDICE atau bukan?

Ya terserah Mas Tomy saja :). Tapi kalau ditanyakan ke saya, saya jawab: tidak. Itu subyektif, tapi tidak prejudice. Kenapa? Karena tidak sesuai definisi yang saya ajukan. For once, tidak ada kandungan like-dislike dalam keprihatinan saya. And second, bukan "mahal" yang membuat saya prihatin :)

 

T: ok, kita ikut jalan pikiran yang baru ini....jadi keprihatinan itu mbak itu tidak ada unsur suka tidak suka ya, dan tidak ada unsur mahal ya...jadi unsur apa dong? wah ini bisa masuk lagi kategori yang lebih keras....menuduh tampa sebab dan bukti???/ ahahahha

mbak q mbak q...belajar lagi gih.... :)

> NB:...mbak kalimat kalimat saya yang sangat kurang berkenan di mbak mohon di maafkan....maksud dan artinya hanya dalam batas diskusi...mbak jangan gerah ya....saya suka kalau mbak tersenyum... .ini dari hati saya ko :)

Tenang aja... saya nggak gerahan kok orangnya... HAHAHAHA... Buat saya sih Mas Tomy masih manis2 aja. Ngeyel sih iya, tapi nggak sampai ada kata2 yang bikin nggak berkenan :)

 

T: duh mbak....maaf atas ngeyel-an saya mbak, mungkin kebiasaan orangnya kali mbak, tapi tujuannya tuk berdiskusi  ko...lha kalau diskusi itu setuju setuju aja walaupun enggak kan ga seru mbak.....tapi kata teman teman saya, saya romantis ko orannya mbak.....:):):)

 

Tapi kalau ke depannya saya mengurangi frekuensi menjawab, itu lebih karena saya anggap saya sudah menjelaskan semuanya tentang bagaimana pandangan saya. Saya lihat sih kita banyak berdebat justru untuk hal2 yang nggak signifikan. Jadi.. mohon maaf kalau saya mengurangi frekuensi, atau bahkan tidak menjawab lagi :)

Bukan kabur dari gelanggang.. tapi monggo saja kalau dianggap begitu ;)

 

T: dimaklumi mbak...yang utama itu adalah tugas utamanya mbak yang harus jalan baik dan seimbang mbak...soal diskusi ini sesok juga bisa..semoga sukses mbak!

Salam,
tomy


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Instant smiles

Share photos while

you IM friends.

Endurance Zone

on Yahoo! Groups

Communities about

higher endurance.

Green Y! Groups

Environment Groups

Find them here

connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: