Senin, 15 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] PABRIK_T KETAWA: Ilmu Hukum atau Ilmu Tafsir (yg bisa mengHukum) ?!

St. Jerome mengajarkan: "Berbuat salah itu manusiawi." Namun semua itu
belumlah lengkap. St. Augustin menambahkan: "Tetapi bertahan dalam
kesalahan adalah mengerikan." DAN INILAH YANG TAMPAK JELAS PADAMU, HAI
VINCENT LIONG. BAGAIMANA NAFSUMU BERPASANGAN DENGAN KESOMBONGAN,
SEHINGGA PRAKTIS MENGHAPUS SEMUA KEBAIKAN, MERUSAKAN INTELIGENSI
SECARA FUNDAMENTAL DAN MENGGANTINYA DENGAN PERSOALAN-PERSOALAN PRAKTIS
ATAU PROFAN.

Maka sahaya memahami Kali Hitam Haute padamu. Shakti Durga atau Kali
berhubungan dengan tamas, yaitu kecenderungan yang suram dan turun.
Bukan karena ia sendiri dapat bersifat jahat, namun sebagai reaksi
terhadap apa yang jahat, luciferarianisme dunia. Inilah yang disebut
kemurkaan kudus. Inilah yang diajarkan Krisna pada Arjuna ketika ia
gamang turun ke kurusetra.

JUJURLAH PADA DIRMU SENDIRI,AGAR KATA-KATAMU JADI MANTRA, JIKA TIDAK
IA HANYA MENJADI LUDAH YANG MELENGKETI LANGIT-LANGIT BRAHMA.

sahaya akan terus menetekimu, air susu sahaya akan terus memancar
untukmu, tak usahlah kau khawatir kehilangan teman bermain, air susuku
tersedia bagi seluruh dakini. JIKA KAU INGIN MEMBUSUKAN ATAU MEMFITNAH
MOHON DILIMPAHKAN PADA SAHAYA SAJA, TIDAK USAH SESUATU ATAU ORANG
LAIN. SEPERTI YANG SAHAYA KATAKAN, FITNAHAN/PEMBUSUKAN ITU TENTU
MENJADI MAHASUTTA SAHAYA. LAKUKANLAH, HINGGA ISVARA SEMPAT BERKUMUR
DAN MULUT ISVARA TAK BUSUK LAGI BAUNYA.

KEMANA ITU ULAR YANG KAU LATIH? ATAU KAU SESUNGGUHNYA TAK PERNAH
MELATIHNYA? ATAU BENAR KATA ANGGA IA TERKUNCI DI CHAKRA KETIGA?
LEPASKAN IA DARI SARANGNYA!

HO HO HO

pabrik_t
aku yang mengaku-aku

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Vincent Liong
<vincentliong@...> wrote:
>
> Psikologi: Ilmu Hukum atau Ilmu Tafsir (yg bisa
> mengHukum) ?!
>
>
> Ditulis oleh: Vincent Liong
> Tempat, Hari& Tanggal: Jakarta, Senin, 15 Oktober 2007
>
> Email saya di bawah ini ditujukan untuk menjawab
> email:
> From: Dyah Puspita <dyahpspt@...>
> To: psiindonesia@yahoogroups.com
> Cc: HimpsiJaya <jaya0508@...>;
> bpp_optima@...
> Sent: Wednesday, October 3, 2007 10:38:50 PM
> Subject: [psiindonesia] PONTIANAK --- Pentingnya
> organisasi profesi
>
>
>
> Tema anak Autis adalah tema yang cukup baru ngetrend
> akhir-akhir ini di dunia psikologi. Tema ini ngetrend
> bersamaan dengan tema sejenis seperti ADHD dan Indigo.
>
>
> Ada perbedaan yang jelas antara trend Autis,
> Hiperaktif, ADHD dan Indigo dengan tema Obsesive
> Compulsive Disorder, Sikofrenia, Manic Depressive,
> dlsb.
> * Dalam trend Autis, Hiperaktif, ADHD dan Indigo,
> anggapan muncul dari pengamatan entah orangtua atau
> praktisi psikologi terhadap perbedaan pola pertumbuhan
> si anak dari anak-anak kebanyakan bukan bagaimana
> kondisi mental si anak mengganggu atau merugikan
> kehidupan orang-orang di sekitarnya. Hal ini tentunya
> ada pengaruh dari sejarah kondisi lingkungan si anak
> tempat ia tumbuh dan berproses.
> -bandingkan dengan-
> * Dalam tema Obsesive Compulsive Disorder, anggapan
> ini bisa muncul biasanya setelah kondisi mental si
> anak mengganggu atau merugikan kehidupan orang-orang
> di sekitarnya. Bila Obsesive Compulsive Disorder
> terjadi tetapi malah mendukung perkembangan si anak
> karena konsistensinya yang ekstrim malah tidak
> dianggap sebagai penyakit.
> * Dalam tema Sikofrenia, anggapan ini bisa muncul
> biasanya setelah apa yang diyakini si anak dalam
> realitas imajinasinya mengganggu atau merugikan
> kehidupan orang-orang di sekitarnya.
> * Dalam tema Manic Depressive, anggapan ini bisa
> muncul biasanya setelah sikap panik, cemas, dlsb dari
> si anak yang dating secara musiman mengganggu atau
> merugikan kehidupan orang-orang di sekitarnya.
> -dlsb-
>
> Jadi trend Autis, Hiperaktif, ADHD dan Indigo datang
> bukan dari `masalah'(si anak mengganggu atau merugikan
> kehidupan orang-orang di sekitarnya) tetapi dari rasa
> takut tentang perkiraan, ramalan, tafsiran bahwa di
> masa yang akan datang akan datang masalah sehingga
> harus ditangani sejak diri sebelum perkiraan, ramalan,
> tafsiran tsb terjadi. Maka dari itu tema ini muncul
> seiring dengan trend makin tingginya perhatian dan
> kekahwatiran orangtua terhadap kwalitas pendidikan
> anak-anaknya demi memenuhi cita-cita orangtua akan
> masadepan yang baik untuk si anak.
>
> Tema `gangguan / penyakit kejiwaan' yang awalnya hanya
> berlaku pada kasus yang mengganggu atau merugikan
> kehidupan orang-orang di sekitarnya (OCD, Sikofrenia,
> Manic Depressive, dlsb), lalu memperlebar jangkauannya
> menjadi yang diperkirakan, diramalkan, ditafsirkan
> akan timbul masalah di masa yang akan datang (5 tahun,
> 10 tahun atau 20 tahun yang akan datang) sebelum ada
> bukti keberadaan masalah yang jelas menimbulkan
> permasalahan sendiri dalam dunia psikologi. Dunia
> tidak perlu ahli ramal meramal, tetapi perlu ahli
> hukum yang membutuhkan adanya bukti sebelum memberi
> sangsi.
>
> Masalahnya masyarakat saat ini mayoritas bersekolah
> sehingga belajar logika linear. Logika sebagai suatu
> matrix yang berlaku pada masyarakat kebanyakan
> memiliki hukum sebab akibat yang jelas. Bila seseorang
> bergelar mengatakan suatu perkiraan, ramalan,
> tafsirannya tentang kondisi kejiwaan seseorang maka
> akibatnya seluruh masyarakat akan berkewajiban
> (didorong oleh logika liniernya) untuk menindak,
> menjudgement dan menghukum dari mulai hukum
> pengucilan, pengkarantinaan hingga penghilangan dari
> dunia pergaulan.
>
> Awalnya posisi psikolog adalah ahli hukum dalam
> menindak kasus gangguan kejiwaan yang `meresahkan
> masyarakat awam' (mengganggu atau merugikan kehidupan
> orang-orang di sekitarnya) untuk menjaga ketentraman
> masyarakat. Sebab berupa kelainan prilaku yang
> merugikan masyarakat di sekitarnya mengakibatkan
> hukuman berupa pengucilan, pengkarantinaan, dlsb demi
> ketentraman masyarakat pada umumnya.
> Dengan perubahan fungsi psikolog dari ahli hukum
> menjadi ahli tafsir maka tanpa perlu adanya sebab yang
> jelas buktinya, judgement seorang psikolog dapat
> mengakibatkan akibat yaitu hukuman berupa pengucilan,
> pengkarantinaan, dlsb dengan mengedepankan konsep
> "demi ketentraman masyarakat pada umumnya".
>
> Contohnya saya sendiri (Vincent Liong) sebelum di cap
> indigo saya bisa melakukan penelitian danj
> tulis-menulis tanpa adanya gangguan dan resiko tekanan
> / hukuman akibat judgement indigo dari masyarakat awam
> yang berlogika linear. Setelah di cap indigo tanpa
> perlu melalui wawancara, tes, dlsb maka `defense'
> adalah hal yang harus dijalankan seumur hidup demi
> mempertahankan kebebasan hidup pribadi saya sendiri
> dari gangguan usaha menghukum dari berbagai pihak yang
> berlogika linear. Semua tindakan untuk menghukum,
> pengucilan, pengkarantinaan, penghilangan paksa, dlsb
> dilaksanakan oleh berbagai pihak secara radikal dengan
> prinsip untuk memperbaiki dan menyembuhkan tanpa perlu
> tahu pasti sebab-musebabnya melakukan berbagai tekanan
> mulai dari: cacimaki pribadi, terror dengan sita
> jaminan ke keluarga dekat, perusakan nama baik dengan
> membuat bukti-bukti palsu tentang kesalahan dalam
> penelitian yang saya buat hingga ancaman penangkapan
> dan pemenjaraan. Bukti tertulis dari kasus ini bisa
> dibaca secara langsung di maillist
> psikologi_transformatif, klik e-link:
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/messages
> .
>
> Dalam hal ini saya tidak memiliki pilihan lain selain
> defense seumur hidup karena orang yang saya hadapi
> bukan musuh yang saya kenal atau yang memiliki masalah
> dunia nyata dengan saya; Melainkan mereka yang
> berkeyakinan bahwa saya harus dibasmi untuk keyakinan
> tentang kebaikan bagi kepentingan masyakarat umum
> dengan segala daya usaha meskipun itu harus
> mengorbankan nama baik, karier dan sumber penghasilan
> keluarga mereka sendiri. Tidak ada cara penyelesaian
> baik-baik selain saya yang habis atau mereka yang
> habis.
>
> Jadi seringkali saya terpaksa jadi orang kejam dengan
> harus membuka bukti-bukti kejahatan mereka ke tempat
> mereka bekerja sehingga ada tindakan dari teman-teman
> di lingkungan kerja mereka yang membuat mereka
> berhenti melakukan serangan. Biasanya setelah satu
> orang KO, maka akan diganti lagi dengan orang lain
> yang telah didoktrin teori `sakit jiwa dan sehat jiwa'
> yang sama, yang akan berjibaku sampai akhir dengan
> pola yang sama pula.
>
> Untuk mengatasi masalah dimana saya terpaksa harus
> defense seumur hidup ini (untuk saya sendiri dan orang
> lain yang juga dijadikan korban), yang saya lakukan
> adalah terus berjuang melanjutkan penelitian tentang
> ilmu kompatiologi.
>
> Penekanan utamanya adalah soal usaha untuk membuktikan
> bahwa teori keberbakatan tidak berlaku dalam individu
> yang telah diinstalasi dengan ilmu kompatiologi. Saya
> membahas hal ini secara lebih mendetail dalam email
> saya:
> * Subject: Kompatiologi: Orientasi Metodologi
> Penelitian
> Penulis : Vincent Liong / Vincent Liong
> Tempat, Hari& Tanggal : Jakarta, Minggu, 7 Oktober
> 2007
> http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2673
>
> http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22757
>
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32436
>
> Semoga dengan penjelasan saya ini teman-teman di
> lingkungan psikologi bisa kembali ke posisi dirinya
> sebagai ilmu hukum (memerlukan adanya bukti baru
> bertindak), bukan sebagai ilmu tafsir yang
> berkonsekwensi menghukum. Kalau hal ini terus
> berkelanjutan tentunya banyak pihak akan membenci
> psikologi karena hukuman seumurhidup yang mereka
> terima sebelum mereka melakukan kesalahan, ini adalah
> trauma yang khas yang menjadi akibat dari pembelokan
> psikologi dari ahli hukum menjadi ahli tafsir.
>
>
> Ttd,
> Vincent Liong
> Jakarta, Senin, 15 Oktober 2007
>
>
>
>
>
> Email sebelumnya...
> ----- Forwarded Message ----
> From: Dyah Puspita <dyahpspt@...>
> To: psiindonesia@yahoogroups.com
> Cc: HimpsiJaya <jaya0508@...>;
> bpp_optima@...
> Sent: Wednesday, October 3, 2007 10:38:50 PM
> Subject: [psiindonesia] PONTIANAK --- Pentingnya
> organisasi profesi
>
>
> Pagi tadi sesudah subuh memang saya "membangunkan" mas
> Luluk karena pingin tahu adaa tidaknya kontak Himpsi
> di Pontianak.
> Saya bukan dikirim organisasi manapun, tapi diminta
> salah seorang ibu anak autis yang prihatin dengan
> maraknya berita kasus Oca itu di harian Pontianak Post
> dan Equator. (Ada juga di Kompas, kok!... Mas Luluk
> aja yang payah...). Jujur saja, kejadian itu sudah
> dibicarakan berhari-Hari oleh milis orangtua autis
> (yang anggotanya orangtua se Indonesia plus beberapa
> di mancanegara) yang panik betul akan perkembangan
> kasus itu.
>
> 1. Diagnosis ditegakkan oleh "psikolog" yang dengan
> enaknya bilang "Oca positif gangguan kejiwaan"...
> sementara anak ini baru berusia 8 tahun. Tulisan itu
> dibuat GEDE-GEDE lho di Koran.
>
> 2. Dengan nikmatnya "oknum" ini bilang kalau
> hiperaktif adalah gangguan kejiwaan.
> 3. Jalan keluar yang ditawarkan oleh "oknum" ini (yang
> merupakan psikolog LSM2 tertentu) adalah "memindahkan
> anak dari keluarganya" ---entah untuk berapa lama,
> kemana, untuk diapakan...
>
> 4. Entah darimana munculnya, "oknum" ini bilang
> menurut pengalamannya butuh angka 75-85 juta SEBULAN
> untuk bisa memberikan penanganan kepada anak yang
> diduga autis/hiperaktif = gangguan jiwa. (Pengalaman
> apaan, cing?)
>
> Wataw! Pucat pasi saya.
> Jadinya sewaktu ada yang menyediakan dana untuk saya
> pergi ke Ponti pulang pergi pesawat plus mungkin harus
> menginap, berangkat deh.
>
> Apa yang saya lakukan:
> 1. Observasi mendalam anak ini di rumahnya, langsung
> saya datangi, saya buat rekaman video.
> 2. Wawancara kakak kandung anak ini, tetangga2nya,
> plus tetangga yang biasa mengasuh anak ini. Sayang
> bapak (tiri)nya tidak Ada di tempat karena sedang
> pergi ke kerabat yang meninggal... Ibunya di Malaysia,
> 'kan jadi TKW.
> 3. Ngobrol dan interaksi mendalam sama anak ini. (Saya
> sampai mau menangis, karena saya dapat insight luar
> biasa. Anak ini TIDAK PERNAH dapat intervensi, tapi
> perkembangannya NOT THAT BAD. Apalagi kalau dapat
> intervensi?? ? huhuhuhu.... anak ini bisa bicara en
> berkomunikasi, meskipun perilakunya warakadah en
> pemahaman terbatas... Ya iya laaahhh..gak pernah
> ngapa-ngapain! )
>
> 4. Ke Pontianak Post supaya ada statement dari
> wartawan yang memuat artikel untuk meluruskan berita
> bahwa autisme adalah gangguan kejiwaan.
>
> 5. PANIK berfikir BAGAIMANA CARANYA supaya anak ini
> tidak diangkut ke Jakarta/Bandung/ Surabaya tanggal 6
> Oktober ini... Karena kalau itu sudah dilakukan...
> .mampuz lah gw. Gak tau mau dibawa kemana, trus
> diapain. (Kebayang gak sih, jadi anak ini, jauh dari
> sapa-sapa, gak kenal sama sapa-sapa..tau2 ditinggal
> ndirian? huhuhu.....bisa2 jadi tambah error dong!).
> Aku sempet pusing juga, takutnya keluarganya malah
> HAPPY bahwa anak ini diambil alih oleh orang lain
> (yang mungkin sesudah dapet duit entah dari mana lalu
> melempar anak ini kemana lalu yaaaa gitu deh!)...
> Huhuhuhu...pusying. ..
>
> Naaaahhhh... .rupanya telpon saya pagi2 membangunkan
> mas Luluk ada gunanya! Hahaha... Beliau kalang kabut
> nyari2 ketua Himpsi Kalbar. Sok taunya, yakinnya,
> namanya Pak Ridwan. Padahal...beberapa kali kongres
> ketemu sama yang namanya Pak Sajarwo...yang sudah
> sejak setahun lalu jadi ketua himpsi kalbar. Di Ponti,
> saya kebetulan baca Koran pontianak post, ketemu
> konsul psikologi, adaa tuh, potonya Pak Sajarwo.
>
> Selagi saya di Pontianak Post, dapet sms dari mas
> Luluk, no.Hape Pak Sajarwo, ketua Himpsi. Dasarnya mas
> Luluk gak sabar saya gak nyahut, saya ditelponnya.
> Untung gak kena roaming...jadi saya gak complain.
> Persis mas Luluk lagi ngoceh, masuk telpon lain. Gak
> kenal nomernya, saya pede aja angkat...Gak taunya? Pak
> Sajarwo!!! (*note: Pak Jarwo bilang, pas kongres
> beberapa kali ketemu mas L en bilang kalo beliaulah
> ketua Kalbar... Huahahahaha. .. Mbah L sampun sepuh,
> nggih....Eh, tapi website pusat diubah dwongs!)
>
> Alhamdulillah beliau di tengah kesibukannya menawarkan
> untuk datang ke kantor Pontianak Post. Kebeneran dong!
> Jadi saya pertemukan dengan sekumpulan ibu2 yang
> merupakan motor penggerak komunitas keluarga autisme
> di Pontianak, plus wartawan yang bersedia menuliskan
> counterstatement untuk melawan berbagai statement
> ngawur dari "oknum psikolog" yang bikin geger para
> orangtua autis.
>
> Kenapa sih geger?
> Gini lho.
> Kalau autisme dikatakan sebagai "gangguan jiwa",
> habislah sudah. Orangtua yang memang pada dasarnya
> sudah terbebani dengan masalah sehari-Hari akan
> berfikir "there is no way out!"...berhenti usaha..
> Masyarakat yang berpikir, "duh, gangguan jiwa! Gak
> usah dikasi kesempatan sekolah! Gak boleh pake
> fasilitas umum!" Habis deh, satu generasi.
>
> Statement bahwa penanganan butuh 75-85 juta per BULAN.
> Kalau orangtua semua berpikir ITU ADALAH INFORMASI
> YANG BENAR, ya pastinya patah semangat lah ! Sampe
> rambutku berubah warna jadi ijo-pun, gak bakalan aku
> mampu menghasilkan jumlah seperti itu dengan kerja
> sebagai guru/psikolog (maaf menyebut warna rambut,
> hehehe). Ujung2nya? Berhenti usaha juga. Habis lagi
> satu generasi.
>
> Padahal, fakta membuktikan, penanganan anak autis
> memerlukan NIAT, UPAYA, KETEKUNAN, POLA ASUH yang
> tidak berbeda banyak dengan pengasuhan anak tidak
> bermasalah (disiplin, aturan, konsekuensi, kasih
> sayang), pengaturan pola makan ...yang tidak banyak
> beda dananya dibandingkan kalau Kita mengasuh anak
> tidak bermasalah.
> Yang beda memang, soal pendidikan karena terapinya
> cenderung lebih efektif satu guru-satu anak. Tapi ya
> gak bakalan sampai 75 juta perbulan lah! Sosialisasi
> Yayasan Autisma dan para keluarga dengan anak autis
> rasanya jadi mundur sejuta langkah kalau ada
> statement2 error dari "oknum" itu, deh!
>
> My question yang tadi aku ajukan ke Pak Sajarwo
> adalah:
> 1. Ini "oknum" teh, sapa siiiihhhh... (jawabannya?
> Hahahaha... Salah satu PENGURUS HIMPSI KALBAR! Mampuz
> guwe!)
>
> 2. Beliau itu (menurut kakak kandungnya Oca, lho)
> tidak melakukan apa-apa saat datang menemui Oca,
> kecuali berfoto bareng, terus ngliatin Oca sekitar 15
> menit, terus ngangguk-ngangguk, ngomong sama wartawan,
> en pergi. Wah. Orang sakti dong dia.... Hanya dengan
> melakukan itu sudah bisa menegakkan diagnosis??? ?
> Wuyh....
>
> 3. Kenapa dia mengajukan angka fantastis itu???
> Hmmm...bulan puasa.... Gak boleh nuduh lho....
> Hehehe...
>
> So..
> Makasi buat Mas Luluk yang tadi pagi mau dibangunin
> habis sahur. Makasi mau nyariin Ketua Himpsi Kalbar.
> Makasi buat Pak Jarwo yang mau dateng ke Pontianak
> Post untuk nemuin aku. Tahu gak, this is the first
> time I'm VERY HAPPY to meet a police officer ! (Pak
> Jarwo itu polisi, kerjanya di Polda, tadi dateng pake
> uniform lengkap...). Maap, maap...aku sih
> jujur...biasanya gak suka ketemu polisi. Hahaha...
>
> Pak Jarwo lalu memberikan ide fantastis tadi menjawab
> kebingungan saya on what to do, karena
> a) "oknum" tersebut MENOLAK ketemu saya yang ingin
> menggali informasi (dengan segala alasan) b) Ibu (dari
> organisasi tertentu) yang berdiri di belakang "oknum"
> tersebut bahkan menipu semua orang mengatakan sedang
> di luar kota, sementara di depan
> kami wartawati itu menelpon ibu itu, ternyata ada di
> kantor polisi, Bo!
>
> Pak Jarwo usul supaya aku bikin counterstatement
> supaya dimuat di Pontianak Post. Hm. Boleh juga.
> Langsung aku kerjain aja tadi. Moga2 besok dimuat...
> Terus wartawati itu malahan usul, supaya Pak Jarwo
> (yang pangkatnya lumayan tinggi...jangan tanya gw ya,
> gw mah BUTA soal pangkat tauk!) MENCEGAH anak ini
> dibawa keluar dari Pontianak... Kan bisa nyuruh anak
> buah di Polsek (yang lokasinya beberapa meter saja
> dari rumah anak ini) untuk melarang anak ini dibawa.
>
> So...tadi akhirnya saya memutuskan untuk segera pulang
> ke Jakarta sesudah imel statement dari saya yang
> menyatakan bahwa anak ini memang autistik plus
> hiperaktif. Ada video tuh, untuk membuktikan diagnosis
> saya...plus wawancara sama orang2 terdekat anak ini.
> Di statement saya juga Ada segambreng usulan on what
> to do for this child.
> Para ibu yang ketakutan akan dimarahi oleh "oknum"
> itu, aku sarankan untuk selalu kontak Pak Jarwo selaku
> Ketua Himpsi. Biar diberesin lah sama Pak polisi ...
> Hehehe.... Masa Ketua Himpsi gak bisa ngeberesin
> anggota pengurusnya ini (hahaha...ironi, ironi).
>
> Sebetulnya para ibu menghalangi saya pulang. Mas Luluk
> juga bilang saya sinting pulang pergi Jakarta
> Pontianak. Bodo ah. Kebayang muka anak sih, masa
> ngurusin anak orang sementara anak saya yang autis
> terbengkalai geto? Kebayang juga muka dosen saya sih,
> lha Wong tugas lom selesai (hihihi...kayaknya dosenku
> itu, ikutan milis ini deh....Hihihihi. ..).
>
> On top of everything, organisasi profesi ini masih
> penting perannya. Menggalakkan sosialisasi pentingnya
> peran ini yang masih harus dilakukan. Pak Jarwo juga
> tadi mengingatkan supaya aku mencantumkan bahwa aku
> anggota HimpsiJaya. Duh, untung udah bayar iuran, Pak
> (Dan dia tertawalah terbahak-bahak) ...
>
> Semoga apa yang terjadi Hari ini, menjadi pembelajaran
> saja bagi semua orang. At least, I learned a lot.
> Masih penasaran sih, pengen ketemuan sama "oknum"
> karena mau tanya, dapet kesaktian menegakkan diagnosis
> itu, dari mana yak? Mau dong, jadi sakti.....
>
> Salam,
> Dyah Puspita (Ita '82-UI)
> Ibunya Ikhsan Priatama, autis, 16 tahun 9 bulan.
> Sekretaris Yayasan Autisma Indonesia, Jakarta.
> Psikolog.
>
>
>
>
>
> Email sebelumnya...
> ----- Forwarded Message ----
> From: lukspsi
> Date: 10/3/2007 8:18:42 AM
> To: psiindonesia@yahoogroups.com
> Subject: [psiindonesia] Pontianak
>
>
> Berita yg luput dari perhatian kita (mungkin
> malah saya saja); dan baru sadar setelah ada telpon
> pagi ini dari anggota Jaya yg juga aktivitis dalam
> Yayasan Autis Indonesia:
> Dyah Puspita, yang minta kontak person nama Ketua
> Himpsi Kalbar.
> Sudah dicoba untuk kontak pak Ketua, namun gak
> ada respon. Mungkin sudah berangkat kantor. Ada yg
> punya nomor HP-nya?
> Kita tunggu perkembangannya dari Dyah yg saat
> ini sudah ada di Pontianak.
>
> LSS
>
> Kompas: Jumat, 28 September 2007
>
> Oca Perlu Diterapi, Bukan Dirantai Seperti Selama Ini
>
> Pontianak, Kompas - Hasil observasi psikolog terhadap
> Janufer (8) alias Oca memperlihatkan, bocah yang kaki
> kanannya dirantai kedua orangtuanya selama lima tahun
> terakhir mengalami gangguan kesehatan mental yang
> mengarah ke hiperaktif dan autis. Untuk memulihkan
> kesehatan mentalnya itu, Oca perlu diterapi khusus
> agar kelak bisa membaur dengan masyarakat.
>
> Menurut psikolog Perkumpulan Keluarga Berencana
> Indonesia Kalimantan Barat Armijn Chandra, yang
> memeriksa Oca, Kamis (27/9), Oca tidak mampu
> mengontrol tindakannya. Karena itu, orangtuanya
> khawatir tindakan Oca dapat mencelakai dirinya dan
> orang lain. Bocah itu cenderung hidup dalam dunianya
> sendiri, melakukan apa yang dipikirkan, serta tak
> menghiraukan keadaan di sekitarnya.
>
> "Dibutuhkan terapi khusus yang sesuai dengan jenis
> gangguan kesehatan mental yang dideritanya. Untuk
> mengetahui persis jenis gangguan kesehatan mental itu
> diperlukan diagnosis yang mendalam dan serangkaian tes
> terhadap Oca," katanya.
>
> Berdasarkan pengalaman Armijn, terapi yang diperlukan
> Oca membutuhkan biaya yang tidak sedikit. "Bisa Rp 75
> juta-Rp 80 juta per bulan," ujarnya.
>
> Ia menambahkan, sebenarnya Oca tidak dirantai
> sepanjang hari. Setiap ayahnya pulang kerja, rantai
> yang mengikat Oca dilepas. "Ketidaktahuan dan
> ketidakmampuan ekonomi orangtuanya yang membuat Oca
> diperlakukan seperti itu," ujarnya.
>
> Staf ahli Bidang Pelayanan Sosial Anak, Departemen
> Sosial, Nahar, menyatakan, UU perlindungan anak
> mengisyaratkan, ketika orangtua atau siapa pun tak
> memberikan perlindungan khusus terhadap anak, maka
> berdasarkan fakta dan bukti yang ada, proses penegakan
> hukum harus tetap berjalan. (why)
>
>
>
>
>
> LAMPIRAN perlu dibaca...
>
> Kompatiologi: Orientasi Metodologi Penelitian
>
> Penulis : Vincent Liong / Vincent Liong
> Tempat, Hari& Tanggal : Jakarta, Minggu, 7 Oktober
> 2007
>
>
> Ingin bergabung dalam diskusi? Klik aja :) e-link di
> bawah ini...
> http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2673
>
> http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22757
>
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32436
> (note: khusus buang stress dengan cacimaki kepada
> siapa saja di psikologi_transformatif@yahoogroups.com
> ; tempat mentransformasikan segala stress yang
> membebani diri anda dengan fasilitas untuk boleh
> mencacimaki siapa saja.)
>
>
>
> I* Pendahuluan
>
> Saya sebagai Vincent Liong merasa sangat terhormat
> dengan sikap pada member di maillist
> psikologi_transformatif@yahoogroups.com ini. Bayangkan
> saja maillist ini berubah tema dari membahas ilmu
> psikologi menjadi sebuah kesepakatan "Kill and Destroy
> Kim Il Sen" (Bunuh dan hancurkan Vincent Liong).
>
> Misalnya Sinaga Harez Posma yang konon punya kedudukan
> di fakultas Psikologi yang rela meluangkan waktu,
> tenaga dan kerugian rusaknya nama baik untuk
> benar-benar mempelajari sejarah seorang Vincent Liong
> secara detail, seperti seorang ilmuan atau mahasiswa
> membikin tesis perlu mempelajari berbagai macam bahan
> berkaitan dengan tesis yang ingin dikerjakan sampai
> hafal benar sumber-sumber daftar pustaka tiap bahan,
> mengenai sejarak Vincent Liong yang panjang dan
> bertele-tele. Butuh usaha yang cukup serius dari
> Sinaga Harez Posma untuk mempelajari Vincent Liong
> sebuah novel bersambung yang terus berjalan.
>
> Tidak tahu apakah benar yang dikatakan Sinaga Harez
> Posma soal dukungan fakultas dan lembaga resmi
> psikologi berikut oknum-oknum pejabatnya dalam usaha
> untuk merencanakan "Kill and Destroy Kim Il Sen",
> dengan segala cara termasuk dengan melanggar Kode Etik
> Psikologi Indonesia dan kode etik secara umum yaitu
> mengenai kegiatan memanipulasi data yang dilakukan
> oleh Sinaga Harez Posma.
>
> Tidak hanya Sinaga Harez Posma, atau fakultas
> psikologi seperti diceritakan Sinaga Harez Posma yang
> bekerjakeras untuk belajar novel berjalan seorang
> Vincent Liong dan kompatiologi-nya. Di sini juga ada
> Ratih Ibrahim ahli Psikologi Perkembangan yang sering
> nongol di televisi, Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM.
> Yang muridnya Aa Gym, dlsb yang tidak bisa disebut
> satu demi satu.
>
> Perhatian yang anda luapkan untuk Vincent Liong dan
> kompatiologi cukup banyak seperti orang kulaih yang
> mengerjakan disertasi saja, tetapi masalahnya
> perhatian tsb bukanlah hal yang membangun, hanya
> destruktif saja, maka dari itu biasanya Vincent Liong
> akan membiarkan untuk sementara waktu (untuk
> memberikan kesempatan kepada anda-anda ini untuk
> berhenti) hingga pada akhirnya diambil tindakan yang
> tentunya secara serius ditujukan untuk merugikan
> pribadi pelaku.
>
> Pihak-pihak ini selalu beralasan bahwa Vincent Liong
> harus diperbaiki masalah `cara', katanya Vincent
> selalu menggunakan negative approach ;nah soal masalah
> cara ini perlu dijelaskan posisi duduk dari Vincent
> Liong dan tentunya harus disadari posisi duduk dari
> masing-masing pelaku yang lain.
>
>
>
> II* Macam-Macam Orientasi Metodologi Penelitian
>
> Tiap penelitian apapun ditujukan untuk kebaikan atau
> kebergunaan bagi umat manusia, meski demikian ada
> beberapa macam orientasi metode penelitian yang
> diyakini sebagai cara yang cocuk untuk dirinya oleh
> kelompok manusia berbeda dalam mencapai tujuan yang
> sama tsb. Orientasi metodologi penelitian tsb
> diantaranya: (baca II.1 dan II.2)
>
>
> II.1* Penelitian Ilmiah
>
> Metodologi ini adalah jenis metodologi penelitian yang
> digunakan oleh para peneliti berbasis pendidikan resmi
> ala filsafat barat. Penekanannya adalah mencocokan
> asumsi yang sudah ada, yang diperoleh dari literature,
> teori-teori, untuk menilai ke-ilmiahan suatu ilmu atau
> metodologi. Kebanyakan peneliti model ini membutuhkan
> suatu ilmu atau metodologi atau asumsi yang sudah ada
> bentuknya sebelumnya, untuk dinilai dengan cara
> membandingkannya dengan asumsi yang diyakininya.
>
> Ketertarikan peneliti ilmiah untuk membakukan suatu
> kebenaran ilmiah menyebabkan penelitian ilmiah sering
> tergoda oleh hasrat / ego untuk menggeneralisasi,
> karena eksistensi suatu kebenaran ilmiah ditentukan
> oleh range / jangkauan area dimana kebenaran tsb tetap
> terbukti berlaku. Meskipun di psikologi misalnya,
> bersemboyan understanding individual differences,
> tetapi dalam kenyataannya semakin seseorang
> mengusahakan keilmiahan suatu ilmu, maka secara
> sadar-tidak-sadar hal ini semakin terabaikan,
> masalahnya psikologi adalah ilmu yang memahami jiwa
> yang bersifat individual.
>
> Masalah selanjutnya ketika psikologi yang individual
> berkembang ke psikologi sosial yang ilmiah; Dalam hal
> ini asumsi adalah norma yang dianggap berlaku di
> masyarakat. Understanding individual differences-nya
> yang mengharuskan adanya alat `kalibrasi' (alat
> penyesuaian) menjadi terbatasi diantara asumsi norma
> masyarakat yang sudah ada saja. Maka dari itu
> psikologi tetap meyakini `judgement keberbakatan'
> (normal / tidak normal, waras / tidak waras, ego /
> tidak ego, sakit / sembuh, genius / bodo, IQ,
> personality, motivasi, dlsb). Kompatiologi melakukan
> penelitian untuk menghadapi masalah ini, tetapi
> penelitian untuk masalah ini tidak bisa disusun dengan
> menggunakan asumsi yang sudah ada seperti pada
> penelitian ilmiah, mau tidak mau harus memulai
> penelitian dengan orientasi metodologi penelitian
> `pencarian dari nol'.
>
> Orientasi metodologi penelitian pencarian dari nol
> memungkinkan usaha untuk merancang suatu alat
> kalibrasi yang jangkauan kalibrasinya mampu mencapai
> understanding individual differences-nya sehingga
> dalam kompatiologi yang ada saat ini tidak terdapat
> judgement-judgement keberbakatan. Asalkan seseorang
> memiliki kelengkapan tubuh yang sama (tidak mengalami
> cacat otak), dan di-instalasi software yang sama
> (sistem kompatiologi), maka tingkat kemampuan juga
> akan menunjukkan nilai kemampuan yang cukup standart
> atau mirip, yang berbeda hanya minat saja, yang
> dipengaruhi oleh individual differences-nya
> masing-masing.
>
>
> II.2* Pencarian dari Nol
>
> Metodologi ini adalah jenis metodologi penelitian yang
> digunakan oleh Vincent Liong sejak menjadi penulis
> hingga mendirikan kompatiologi. Yang khas dari metode
> ini adalah asumsi dibangun seiring dengan perjalanan
> pengalaman dari si peneliti dan kelinci percobaannya,
> tidak pernah ada asumsi awal bagi seorang peneliti
> dengan metode ini. Peneliti model ini membangun
> asumsinya dari perjalanan empiris melakukan penelitian
> dan percobaan satu demi satu hingga jumlahnya cukup
> banyak, metode dan keyakinan bisa berubah selama
> proses perjalanan pengalaman tsb berlangsung melalui
> trial & error. Orientasi dari metodologi penelitian
> jenis ini memungkinkan seseorang menjadi penemu atau
> suatu penelitian yang dimulai dari nol, tanpa asumsi
> hanya sekedar hasrat untuk menemukan sesuatu yang bisa
> berguna saja.
>
> Salahsatu ciri yang khas dari penganut orientasi
> metodologi penelitian jenis ini yang mengganggu
> `ketentraman' (dianggap negative approach) dari
> penganut orientasi metodologi penelitian ilmiah adalah
> sifat dari praktisinya yang tidak mudah diyakinkan
> oleh data literature yang sudah ada. Hal ini berbeda
> dengan ilmuan bersudutpandang penelitian ilmiah yang
> berbasis filsafat barat yang menganggap bahwa
> pembahasan filsafat ilmu dalam literature saja sudah
> cukup mampu mewakili praktikalnya.
>
> Literature ilmu apapun dibuat oleh penelitinya
> sendiri, dimana ada aspek keberpihakan individual yang
> tentunya ada dalam menulis sebuah literature, pembaca
> mungkin bisa mendapatkan gambaran umum dari ilmu tsb,
> tetapi gambaran detail yang utuh dari sebuah ilmu
> tidak bisa diketemukan. Misalnya:
> * Kalau bicara tentang apa karakteristik pemposisian
> diri dari penganut ilmu yang satu akan berbeda dengan
> penganut ilmu yang lain.
> * Dua ilmu berbeda aliran bisa saja memiliki
> penjelasan gambaran umum di literature yang sangat
> mirip, tetapi perbedaan posisi kegunaannya hanya
> tampak bila ilmu tsb diamati di ruang praktikal.
>
> Bagi peneliti berorientasi pencarian dari nol, gesekan
> antar ilmu (diskusi, kritik-mengkritik ilmu, dlsb)
> adalah satusatunya cara mengetahui hal-hal tersembunyi
> yang tidak bisa diketahui dari sebuah literature
> tentang sebuah ilmu yang ditulis oleh praktisinya
> sendiri, toh bagi ilmuan jenis ini mempertahankan
> suatu asumsi tidaklah penting karena asumsi dibangun
> dan berefolusi selama pengalaman berjalan. Hal ini
> berbeda sekali dengan pandangan peneliti berorientasi
> penelitian ilmiah, yang menganggap bahwa gesekan ilmu
> adalah serangan terhadap keutuhan bangunan ilmu atau
> bahkan disamakan dengan serangan ke ruang pribadi;
> karena kebenaran asumsi dan keilmiahan ilmu adalah hal
> yang dianggap paling penting bagi tetap eksisnya suatu
> ilmu.
>
>
>
> III* Mendamaikan Penelitian Ilmiah dan Pencarian dari
> Nol
>
> Lalu bagaimana mendamaikan pertarungan dua aliran
> penganut orientasi metodologi penelitian berbeda ini?
>
> Dua orientasi metodologi penelitian ini pada dasarnya
> saling membutuhkan.
> * Peneliti berorientasi pencarian dari nol membutuhkan
> peneliti berorientasi penelitian ilmiah untuk
> membuktikan dan membahasakan secara standart dan mampu
> diterima khalayak professional yang menuntut
> pertanggungjawaban keilmiahan.
> * Peneliti berorientasi penelitian ilmiah membutuhkan
> peneliti berorientasi pencarian dari nol untuk
> mendapatkan object berupa produk jadi yang bisa diuji
> keilmiahannya dengan metodologi ilmiah.
>
> Masalah yang terjadi dalam konflik antara Kompatiologi
> dan pendirinya Vincent Liong (berorientasi pencarian
> dari nol) ; terhadap para individu berbasis pendidikan
> resmi ala filsafat barat termasuk psikologi
> (berorientasi penelitian ilmiah); timbul akibat usaha
> dari para individu berbasis pendidikan resmi ala
> filsafat barat termasuk psikologi (berorientasi
> penelitian ilmiah) untuk mengubah, mengganti orientasi
> pendirinya Vincent Liong ke orientasi penelitian
> ilmiah yang mereka anut dengan alasan bahwa Vincent
> Liong secara pribadi bersalah dalam hal `cara',
> negative approach, dlsb.
>
> Sangat sedikit sekali diantara individu yang
> berorientasi penelitian ilmiah yang cukup dewasa dalam
> `pemahaman ilmu', sehingga sadar tentang pembagian
> peran yang berbeda antara peneliti berorientasi
> penelitian ilmiah dan peneliti berorientasi pencarian
> dari nol. Bagi peneliti berorientasi penelitian ilmiah
> yang sadar, mereka tidak berusaha mengubah orientasi
> dari peneliti berorientasi pencarian dari nol agar
> berubah menjadi berorientasi penelitian ilmiah.
> Biarkan saja perannya tetap sendiri-sendiri, toh tiap
> peneliti dan usaha penelitian apapun orientasinya,
> sama-sama berkomitment ditujukan untuk kebaikan atau
> kebergunaan bagi umat manusia.
>
> Biarkan peneliti berorientasi pencarian dari nol
> mencari dan menemukan, kemudian peneliti berorientasi
> penelitian ilmiah berusaha menguji object berupa
> produk ilmu yang dihasilkan, sambil memberikan umpan
> balik berupa cerita-cerita tentang proses pengujian
> yang berjalan (secara netral tanpa cacimaki dan
> penghinaan pribadi) dan berbagai pola asumsi untuk
> menjelaskan secara lebih mengena ke kalangan
> professional yang memerlukan pembuktian ilmiah. Maka
> dari itu selama membangun kompatiologi, Vincent Liong
> yang berperan di bagian pencarian dari nol tidak perlu
> mengerti ilmu apapun agar pikirannya tetap bebas dari
> asumsi, tetapi selalu ada para peneliti berorientasi
> penelitian ilmiah dari berbagai background yang setia
> menemani dan dapat diminta bercerita dalam bahasa
> asumsi teori ilmu ilmiahnya masing-masing secara
> mendetail, sehingga Vincent Liong bisa belajar tanpa
> bersekolah dari berbagai bidang keilmuan dan
> sudutpandang, tanpa terikat dan terbatasi ke salahsatu
> diantaranya.
>
> Ini seperti logika kerja fungsi otak bagian kanan yang
> bekerjasama dengan fungsi otak bagian kiri yang
> berhubungan kerjasama melalui pineal glan.
> Masing-masing otak tidak boleh terbawa oleh kerja
> bagian otak yang lain, kalau tercampur maka tidak ada
> pekerjaan yang beres.
>
>
> Ttd,
> Vincent Liong
> Jakarta, Minggu, 7 Oktober 2007
>
>
>
>
>
> Contact Person Vincent Liong:
> CDMA Flexi:021-70006775 Esia:021-98806892
> Fren:08881333410.
> Phone&Fax: (62)21-5482193,5348567,5348546.
> Address: Jl. Ametis IV G/22 Permata Hijau,
> Jakarta Selatan 12210 -Indonesia
>
> Ingin dekon-kompatiologi? Hubungi Vincent Liong.
> (harga saat ini: Rp.500.000,-/peserta)
>
> Maillist tempat membahas Kompatiologi:
> http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/messages
>
> http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/messages
>
>
> Send instant messages to your online friends
http://au.messenger.yahoo.com
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yoga Groups

Exchange insights

with members of

the yoga community.

Popular Y! Groups

Is your group one?

Check it out and

see.

Fashion Groups

on Yahoo! Groups

A great place to

connect and share.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: