Sabtu, 24 November 2007

Bls: Bls: [psikologi_transformatif] Mas Tomy: Englishman in NY (was Re: Tecniche Proiettive & Art Therapy)



----- Pesan Asli ----
Dari: Tomy T <tomigant@yahoo.com>
Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Terkirim: Sabtu, 24 November, 2007 10:02:39
Topik: Re: Bls: [psikologi_transformatif] Mas Tomy: Englishman in NY (was Re: Tecniche Proiettive & Art Therapy)

Pak Jusuf, saya dah coba cari buku itu...tapi bukunya "belum" dapat..di internet saya menemukan link ini http://www.nyenrode .nl/faculty/ faculty.cfm? faculty_id= 207
jadi kenal dikit dengan bapak itu (dia filsuf sekalius psikologi analisis n spiritual ya?)....cerita ttg dibutuhkannya para psikolog untuk menyeleksi tentara2 itu udah pernah dengar pak, dan itu memang bagian sejarah dari psikologi... bener apa yang bapak bilang. saya mau menambahi bahwa psikologi clinic memang sangat berkembang sebelum-pada waktu-sesudah perang karena di butuhkan. sekarang aja psiko clinic "agak" di tinggalkan karena masalah biaya, waktu yg panjang dst....

JS :
Ya dia orangnya ! Tapi bukan untuk menseleksi tentara yang sudah ada, tapi mencari anak2 muda yang bisa dijadikan tentara / recruitment.
====

soal psiko test tidak lagi menjadi faktor penting....Mmmm. ..sepertinya saat ini masih dibutuhkan Pak, cuma memang harus tahu memberi kadar dan porsi dan tempatnya.

JS :
Psiko test sebaiknya diperlakukan seperti melihat petunjuk arah, misalnya anak panah ke Bandung. Lalu kita mengikuti, tapi ketemu jalan bercabang dan ada petunjuk arah lagi  ...dst sampai akhirnya sampai di Bandung.
Psikotest masih dan akan selalu diperlukan, tapi seperti dikatakankan oleh Seng T'san, masalahnya perlu ditumbuhkan kemauan dan kemampuan pada psikolog supaya pikirannya menjadi seperti kaca yang jernih sehingga bisa memantulkan realitas sebagaimana adanya.

Yang sering terjadi adalah persepsinya sendiri yang dimunculkan dalam clientnya.
Seperti metafor client diibaratkan sebuah kaki yang harus  diserut (kalau terlalu besar)  atau diganjel (kalau terlalu kecil) supaya masuk dalam sepatunya sang psikolog. Masalah fundamental ini kurang disadari oleh pendidikan psikologi.

Fuad Hassan mengungkapkan hal ini 40 tahun lalu bahwa manusia adalah proses yang belum selesai dan terus berada dalam perjalanan (meski suatu saat berhenti cukup lama di suatu tempat) untuk menemukan dirinya sendiri.
Driyarkara juga mengajarkan manusia yang sedang menjadi, menyejarah.
Teilhard de Chardin (1881-1951)  palaentolog juga mengatakan bahwa setelah evolusi fisik (disebut 'the without') berlanjut dengan evolusi spiritual (the within/ noosphere), dari original proto-human  semakin menjadi manusia sejati / hominisasi. Ini paralel dengan tahapan Konfusius tentang ' learning tio be human ' seumur hidup dan ajaran ' hamemayu hayuning bawana "

Psikologi pada dasarnya adalah Science of the Mind sehingga tidak bisa / boleh direduksi menjadi sekedar mengerat /membiopsi manusia untuk diteliti behaviornya saat itu (seperti  Maslow)  lalu hasilnya dianggap sebagai mewakili keseluruhan. Karena itu kemampuan berpikirnya tidak boleh seperti garis lurus dan kotak, tapi bisa mengalir.
Itulah sebabnya Zen menjadi semakin dirasakan perlunya untuk dimasukkan dalam pendidikan psikolog.

Dalam perspektif ini sebenarnya tidak ada lagi jurusan klinis, karena semuanya sudah tercakup dalam konseling untuk menggosok batu ' inner beauty' client (dan juga  jam terbang psikolog dalam ' silih asah-asuh-asih) spy mengkilat.
Jurusan klinis hanya untuk bagian psikiatri.

Tapi masalahnya akan terbentur dengan materi  yang masuk dari SMU dengan metode belajar dan mengajar yang linier :  mendengar-mencatat-menghafal supaya lulus ujian (apalagi kalau sistemnya pilihan ganda )

Kita hrs berani mengungkap wacana ini ke permukaan (meski pahit) karena penting sekali untuk pengembangan SDM sehingga seperti bola salju sampai akhirnya bisa dirumuskan dalam sistem pendidikan intra- dan ekstra-kurikuler. Sayang sekali betapa waktu, tenaga, pikiran kita dihamburkan untuk mengurus soal ecek2 spt dekon - mendekon yang tidak memberikan solusi dan akhirnya hanya menambah banyak musuh saja dan membingungkan masyarakat.

Salam,
Jusuf Sutanto
 
 


----- Original Message ----
From: Jusuf Sutanto <jusuf_sw@yahoo. co.id>
To: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
Sent: Saturday, November 24, 2007 1:36:30 AM
Subject: Bls: [psikologi_transfor matif] Mas Tomy: Englishman in NY (was Re: Tecniche Proiettive & Art Therapy)

Mas Tomy,

Coba cari buku karangan Prof. Dr Paul de Blot SJ, judulnya saya lupa.
Pada waktu Perang Dunia II, Jerman perlu merekruit orang muda dalam jumlah banyak menjadi tentara.
Kalau melalui procedure biasa, dengan psiko-test segala, produktivitasnya tidak akan bisa memenuhi target.
Akhirnya ditemukan teknik wawancara yang ternyata hasilnya tidak jauh berbeda.

Karena itu psiko test tidak lagi menjadi faktor penting, apalagi setelah perkembangan ilmu fisika kuantum yang meneliti hal-hal kecil yang tak terbatas di dunia sub-atomic dan yang super besar tak terbatas seperti galaxies.
Anda bisa membayangkan apa yang terjadi dalam kesimpulan hasil observasi kita setelah ternyata bumi, observatorium tempat kita mengamati galaxies ternyata merupakan bagian dari dengan sedang menari bersama obyek yang sedang diamati.
Ahli fisika kuantum akhirnya menyimpulkan bahwa kedudukan elektron seperti kabut yang menari dan posisinya tidak bisa dipastikan karena hanya merupakan kebolehjadian saja. Apalagi kalau yang diteliti adalah psyche !
Ini berarti hasil pengamatan kita tidak lagi bisa obyektif, karena tergantung dari situasi dan kondisi sang peneliti seperti dikatakan dalam syair sbb.

" When you see everything through your personal bias ,
Your view of realiity is clouded.
Truth simply as it is, but the clouded mind cannot grasp it "

( Seng T'san,  606)

Psikotest hanya bisa menjadi pegangan dan boleh dipersepsikan sebagai " daripada tidak ada pegangan sama sekali ".
Kalau dipaksakan akan mudah tergelincir ke dalam episteme fallacy " yang mestinya tipis malah ditebalkan ; yang mestiinya tebal malah ditipiskan " .
Karena itu seorang psikolog sebaiknya diberikan wawasan dan dilatih supaya bisa mencapai tingkat " see the great in the small and see the small in the perspective of the great " sehingga cara pandangnya tidak hanya berupa line and bloc, tapi bisa flowing.

Salam,
Jusuf Sutanto

----- Pesan Asli ----
Dari: Tomy T <tomigant@yahoo. com>
Kepada: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
Terkirim: Sabtu, 24 November, 2007 6:52:14
Topik: Re: [psikologi_transfor matif] Mas Tomy: Englishman in NY (was Re: Tecniche Proiettive & Art Therapy)

penting menurut mbak ya :)

Yang penting saja ya :)

> ------------ --------- ------
> t: udah di jawab berapa kali ya pertanyaan ini. udah ada! sudah digunakan untuk test IQ! mbak suka ga suka...apa boleh buat ahahahaha. test itu berdiri sendiri! bukanlagi digunakan hanya sebagai test proiettive.. ..saya bilang ngitungnya rumit di banding test lain (raven dst...), bukan soal tersirat, tekanan garis dst. misalnya: untuk gambar laki2 ada 73 skor, gbr perempua 71 skor, yang hrs dilihat dalam gambarnya itu...

Dipakai ;)?

T: yang ke berapa kali ya, jawabannya ya! untung sabar ngelayaninya. ...masih keras nich....sini biar aq lembekkan lagi.

 

Kalau gitu dijelaskan kenapa untuk tes IQ dipakai tes yang sebenarnya tidak dikembangkan untuk tes IQ?

T: ga ngerti nich maksudnya opo? ikut alur mbak....ga dikembangkan gimana? maksudnya ga populer? apriori itu lho.....ahahahah

 

Apakah keadaan tidak memungkinkan untuk menggunakan tes yang memang didevelop untuk mengukur IQ, apakah karena tes ini lebih baik untuk mengukur IQ, atau apa ;)

T: gimana ga memungkinkan? sekarang itu dah ada mbak..yang memang setelah melewati banyak "cobaan" (pasti ada juga yang menyangkalnya. ...tapi test yang lainjuga begitu...apakah semuanya bersih?). kalau test itu gunanya mana lebih baik....Mmmmm belum tahu....yang jelas test itu bisa di gunakan tuk test IQ. itu kan pertanyaan mbak dulu??? (kalau saya yang mbak tanya...itu bisa saya jawab...menurut saya.... ahahahahah)

 

Seperti Anda bilang sendiri, ngitungnya rumit :)

T:yup....kalau di bandingkan dengan test yang populer...ngitung skor satu orang aja membutuhkan waktu....kalau test seperti IS200 atau DAT, periksanya tinggal "timpluk aja plastik kunci jawabannya di atas kertas jawan subyek, tinggal itung langsung dapat.

 

So.. tentu ada alasan dan konteksnya mengapa dipakai sesuatu yang lebih rumit, sementara ada yang lebih gampang ;)

Segitu dulu... :)

T:yup.....motivnya mungkin kita hrs lihat sejarah ilmu ini. namun begitu bisa kita sebut untuk membuktikan ada cara lain untuk menghitung kemampuan (termasuk IQ), keadaan manusia selain cara lain, melihat kreativitas  (yang tidak kelihatan jelas dalam test IQ yg lain),  membantu psikoanalisi- klinic untuk melihat sekali-gus keadaan subyek.

(mbak....jangan jangan mbak pernah bilang sama orang kalau menggambar ini tidak bisa gunakan untuk mengukur IQ? kelihatanya. ..gimana ya.....ahahahah, ah tomy memang senang nebak aja :):):) )

tomy


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger .yahoo.com



Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger .yahoo.com



Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Official Samsung

Yahoo! Group for

supporting your

HDTVs and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: