Senin, 19 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: anger management saja, gimana ??

Waaah.. salah ya, Mas Edy? Iya ya.. salah, sorry dory memory :) Tadi pagi lihat tumpukan email udah banyak, langsung ambil topik terakhir yang menyebut2 ini, ternyata salah :)

Anyway.. saya udah baca lagi bagian yang "hilang" dari tulisan Mas Edy sebelumnya.

lalu anda mempertanyakan tentang kenapa saya repot repot menggarap memori pikiran ????

saya punya kenyakinan sendiri bahwa "manusia itu bertindak berdasarkan apa yang dia tahu, apa yang dia tahu itu berdasarkan apa yang masuk (ilmu /informasi) yang di serap atau dipelajari. yang berpengaruh terhadap pola pikir . dari pola pikir mempengaruhi perilaku termasuk respon terhadap berbagai hal .

Saya mau klarifikasi dulu, Mas :) Saya nggak keberatan (dan nggak memarahi) lho, Mas Edy pakai istilah "terapi" ;) Cuma kalau istilahnya "terapi", saya jadi tergelitik pingin nanya ;)

Kalau penjelasan Mas seperti di atas ini, memang akhirnya menjadi mirip dengan terapi perilaku (= mengubah perilaku yang ada, misalnya dari nggak sabaran menjadi lebih sabar). Dan ini menerapi perilaku dengan memodifikasi pikiran memang sangat mungkin. Sudah ada di psikologi, dulu namanya REBT (rational emotive behavioral therapy), kemudian berkembang menjadi CBT (cognitive behavioral therapy). Saya & Bang Harez sempat menyebut2 ini sedikit ketika menanggapi Pak Jusuf (baca Message #33599 )

CBT ini menggunakan modifikasi pikiran untuk mengubah pola tingkah laku, mirip dengan yang Mas Edy pakai. Namun.. ya fokus utama terapinya di sini adalah perilaku. Kita nggak membahas "luka lama" dan sisa2nya. Segala luka lama itu diterima sebagai default, dan yang penting adalah maju ke depan nggak dengan pola yang sekarang. Ini mirip dengan analogi Mas Edy tentang "merontokkan daun dan menyapu/membersihkan". Kita nggak menebang pohonnya, tapi bikin gimana bisa duduk2 di bawah pohon itu dengan nyaman. Kalau tertarik boleh baca di sini: http://www.nacbt.org/whatiscbt.htm

Nah.. kalau Art Therapy, memang biasanya digunakan untuk ngurusin "luka lama". Mengobati luka lama sehingga ke depannya bisa lebih baik. Jadi, luka lama di sini memang diobok2 supaya sembuh, sehingga kalau sembuh dan bisa tumbuh dengan baik. Ini lebih mirip dengan analogi Mas Edy tentang "menancapkan racun di pohon dan kemudian mengganti dengan pohon yang baru". Tapi.. kalau tujuan Mas ke sini, maka akan dipertanyakan kenapa kok cuma membersihkan kemarahan terpendam? Kenapa nggak ke akarnya?

Mas pernah baca buku tentang Sybil: Wanita dengan 16 Kepribadian? Ini salah satu bentuk terapi yang "membasmi ke akarnya". Kepribadian Sybil terpecah menjadi 16 karena trauma masa kecil. Trauma itu membuatnya marah, dan marah itu terpendam, tapi karena marah itu tidak dapat dikeluarkan, maka "menghantam" dirinya sendiri dan memecah kepribadian menjadi 16. Tiap kali muncul trauma baru, terpecahlah kepribadiannya. Dan proses ini tidak disadari. Ingatan Sybil bahkan tidak merekam peristiwa traumatis itu. Dengan terapi dari Dr Wilbur, Sybil baru berhasil menemukan akar masalahnya, dan kemudian dengan terapi lanjutannya "menyatukan" ke-16 pribadi itu

(well, memang kemudian diagnosa dan apakah benar Dr Wilbur, sang psikiater, melakukan terapi se-dahsyat ini. Tapi idenya adalah: membasmi masalah hingga ke akar supaya klien dapat berfungsi dengan baik. Bukan sekedar membasmi simtomnya) Baca di http://www.bbc.co.uk/science/horizon/1999/mpd.shtml

Gitu, lho, Mas Edy :) Yang membingungkan karena Mas mencampuradukkan dua hal yang sangat berbeda - separuh ke arah sana, separuh ke arah sini. Takutnya malah nggak kemana2. Makanya saya kejar terus untuk merumuskannya secara lebih tepat.

Terus.. saya setuju bahwa konsep yang Mas kembangkan ini tentu akan banyak membantu orang. Dan memang nggak perlu sekolah untuk bisa membantu orang :). Tapi.. kalau boleh usul, Mas, dalam menjabarkan konsep memang cara komunikasi harus diperhatikan. Benar2 dipikirkan konsep awalnya, lantas cara menuangkannya bagaimana :) Sebab, dituangkan secara runtun dan sistematis pun masih memungkinkan kesalahan tangkap pembaca, apalagi kalau tidak dituangkan dengan baik :). Beda kalau kita mau bercanda doang.. hehehe..

Dan soal editor.. hehehe.. ini emang gak serius kayaknya ya.. :) Tapi, menurut saya sih tugas editor juga memeriksa kesinambungan alur tulisan dengan membaca kalimat per kalimat. Dia harus mengerti konsep ceritanya apa, dan melihat apakah konsep itu tertuangkan dengan baik dengan rangkaian kalimat seperti ini. Jangan sampai bagian depannya bilang apa, bagian belakangnya bisa dipertentangkan dengan yang depan. Editor yang baik bukan cuma memeriksa kalimat per kalimat, atau tata bahasa :). Makanya yang namanya majalah itu dipimpin oleh Editor-in-Chief, karena dia yang harus bertanggung jawab atas kesinambungan alur tulisan :).

No hard feeling ya, Mas Edy :). Senang berdiskusi dengan Anda, dan.. semoga membantu Mas Edy mengembangkan konsepnya :)

Salam,


--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "edy_pekalongan" <edy_pekalongan@...> wrote:
>
> mbak swas seharusnya yang di soroti yang ini... bukan yang postingan
> saya yg kepotong (yg anda reply ) . tapi masukan anda baik sekali.
>
>
> terima kasih juga bang sinaga,dll.
> atas masukannya .
>
> saya pikir ada banyak simbol yang saya pakai yang berbeda dengan
> simbol2 psikologi, sehingga pemahaman pembaca yang menganalisa
> kalimat saya satu per satu menjadi keliru penafsiran.
>
> model menganalisis opini seseorang kalimat per kalimat , adalah ciri
> orang berbakat menjadi editor...(ha..4x ) padahal kalau saya menulis
> di milis ini gak pakai konsep awal, asal ketik spontanitas.(namanya
> juga ngobrol ,bukan saksi di pengadilan )
>
> belum lagi kendala bahasa sehingga orang yang menanggapi tulisan saya
> mungkin mengartikan maksud saya bingung (salah sendiri bingung ) ,
> mana yang simbolis , mana yang serius ,mana yang bercanda...
>
> apalagi menjelaskan praktek metodenya dalam tulisan ,susah .
> lebih enak dilihat sendiri ,sangat sederhana.
>
>
> dan kalau membantu orang saja harus menunggu sekolah ,ijin dll.
> agaknya bukan pilihan saya.
>
> namun sebagai pengembangan hoby , anger management ini akan
> bermanfaat untuk membantu sesama yang membutuhkan.
>
>
> kalau mau dapat duit banyak pilihan saya bukanlah sekolah S2 atau
> menjual anger management ini . tapi lebih memilih berdagang batik
> meneruskan tradisi keluarga, uangnya jelas dan gak pusing2 mikir
> teori/praktek untuk di jual.
>
>
> waduhh.. baru kost di milis psiko trans saja, sudah dapat ilmu
> sebanyak ini.
>
> enak tenan yo... jadi anggota milis psiko trans.
>
> salam,
> edy
> pekalongan

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Parenting Groups

on Yahoo! Groups

Single Parenting

to managing twins.

Yahoo! Groups

Real Food Group

Share recipes

and favorite meals.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: