Selasa, 27 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: Merenungkan Sejarah Alquran

hanya ada simupulan yang bisa dittarik dari paparan Anda: Pertama, kalau memang
pada zaman pra literacy ingatan begitu ampuhnya dan mampu merekam 100% semua
data (tak peduli betapa besar "bites" data itu), maka artinya tak ada beda
fundamental antara Injil dan Qur'an. Dua-duanya diturunkan pada masa pra
literacy dan dua-duanya mengandalkan memori serta narasi turun-temurun. Anda
bisa menerima ini? Atau ini cuma valid buat Qur'an doang tapi tidak untuk Injil?

Kedua, kalau begitu kapasitas memori manusia pra literacy tidak terbatas dong?
Mereka mampu mengingat segala hal sampai detil terkecil dan tak lupa barang
satu titik pun. Inikah yang Anda bayangkan ketika membaca National Geographic
itu? Jangan lupa, Bung, yang namanya "kelupaan" itu tak cuma disebabkan
keterbatasan memori, tapi juga intensi orang yang melupakan (kalo tak percaya,
tanya sama para psikolog yang ada di sini). Sesuatu kadang "sengaja" dilupakan
karena tak sejalan dengan kepentingan si pengingat, dengan konteks dan kondisi
zaman, dengan tujuan yang hendak dicapai lewat proses mengingat itu, dsb. Ada
faktor biologis, dan ada faktor politis. Injil dan Qur'an tak bebas dari
pengaruh-pengaruh seperti ini. Di antara pengikut Yesus dan Muhammad yang
ditugasi membawa estafet Wahyu, bukankah juga terjadi persaingan internal?

Terakhir, sopo sih sing ngomong kalo generasi sebelumnya tak masuk akal atau
salah? Anda kutip ini dari tulisan saya atau dari National Geographic juga?

Tapi, paling nggak Anda membuktikan bahwa apa yang Anda katakan itu betul:
Generasi sekarang memori lemah. Lha wong baca tulisan di depan matanya aja
keliru kok, sehingga mengutip dan menyimpulkannya juga kliru:)

manneke

Quoting Tunjung Utomo <tjtheleader@gmail.com>:

> Tidak mungkin??
>
> Coba baca National Geographic edisi November 2007,yg issue "Remember This".
>
> Dalam suatu masyarakat dimana media perekaman semudah seperti yg kita jumpai
> sekarang adalah nihil, tentu mengingat/memorizing adalah jalan utama (kalau
> tidak bisa dibilang satu-satunya) untuk mengabadikan sesuatu.Termasuk dalam
> penyampaian wahyu2 dalam Al Qur'an.
>
> Dalam National Geographic edisi tersebut juga dijelakan jawaban pertanyaan
> mengapa sepertinya masyarakat modern cenderung lebih sulit mengingat atau
> mengingat tidak sebaik generasi-generasi sebelumnya adalah terletak pada
> urgensi/keterdesakan untuk mengingat. Jaman kita sekarang ada berjuta sarana
> dan teknologi untuk merekam (to record) segala sesuatu yg membuat kita
> merasa tidak terlalu perlu melakukan hafalan.
>
> Mungkin itulah kenapa nalar Bung Pradita merasa ingatan verbatim adalah
> tidak mungkin.Bung Pradita lupa bahwa urge kita di jaman sekarang adalah
> beda dengan urge mereka yang hidup di jaman itu.
>
> Sama dengan melogika mengapa anak-anak jaman sekarang yang tampaknya lebih
> susah untuk belajar melakukan pekerjaan berat justru bisa lebih sukses
> ketimbang bapak-bapak dan generasi sebelumnya. Bukan berarti apa yg
> dilakukan oleh generasi sebelumnya tidak masuk akal dan salah bukan?
>
>
>
>
> On Nov 27, 2007 2:08 PM, <pradita@telus.net> wrote:
>
> > kalau sama Swastinika, tak mungkin saya kurangajar-kurangajaran.
> > Orangnya lebih
> > enak diajak diskusi serius daripada adu caci-maki.
> >
> > Pemikiran Anda banyak benarnya, kecuali yang meyangkut proses
> > turun-temurunnya
> > narasi. Tak ada satu kitab suci tertulis pun menurut saya, yang bisa
> > terbebas
> > dari pengaruh campr tangan manusia yang meng-"edit"-nya, kecuali jika kita
> >
> > percaya penuh--dengan iman--bahwa Tuhan sendirilah yang bekerja selama
> > proses
> > itu dan manusia hanya "dipinjam tangannya." Ini jugalah yang menjadi dasar
> >
> > keimanan Kristen pada Injilnya. Untuk Qur'an? Hmm...penjelasan Swas sudah
> > begitu bunyinya ya itulah yang kita terima.
> >
> > Secara nalar, saya tak yakin dalam rentang waktu yang begitu panjang,
> > hapalan
> > verbatim masih mungkin dilakukan. Sifat tradisi lisan selalu lentur,
> > dinamis
> > dan cair. Kisah bisa berganti sesuai kondisi zaman dan latar belakang
> > penutur
> > kisah. Tapi, namanya kan KEYAKINAN, jadi sebaiknya tak diperbantahkan toh?
> >
> > Jadi, nalar pun menemukan batasnya di sini. Semoga teman kita Hendrik juga
> > bisa
> > menarik pelajaran ya dari pemikiran Swastinika?
> >
> >
> > manneke
> >
> > Quoting was_swas <was_swas@yahoo.com <was_swas%40yahoo.com>>:
> >
> > >
> > > Ini masih dalam rangka mencoba menghajar "Hendrik and the gank yang
> > > sekali2 perlu direspons dengan keras dan dengan kurang ajar", atau sudah
> > > meningkat kepada ajakan diskusi intelektual ya, Pak ;)?
> > >
> > > Soalnya, kalau agendanya yang pertama, mendingan sih nggak saya jawab...
> > > HAHAHAHAHA.. Tapi kalau agendanya adalah yang kedua, jawabannya adalah
> > > begini:
> > >
> > > Kalaupun Al Quran yang sekarang ini disusun berdasarkan editor dan
> > > penguasa, serta banyak ayat yang hilang atau "sengaja" dihilangkan (oleh
> > > editor dan/atau penguasa), seperti dikatakan Luthfi, tetap merupakan
> > > kalamullah :) Tetap merupakan kutipan verbatim dari apa yang pernah
> > > diwahyukan kepada Muhammad, walaupun tidak lagi selengkap yang
> > > seharusnya :)
> > >
> > > So, tidak, mereka tidak mendapatkan wahyu. Tapi otentisitasnya saya
> > > cukup yakin, karena ini adalah hafalan, bukan interpretasi.
> > >
> > > Itu yang saya yakini :)
> > >
> > > Mirip dengan penulisan Injil? Well... menurut saya berbeda jauh antara
> > > "mencatat verbatim" (walaupun hilang/dihilangkan di sana sini) dengan
> > > "mengisahkan ulang dengan kata2nya sendiri" ;) Dan seperti juga
> > > dituliskan dalam fwd-an Bang Harez lainnya (message #35739), terjadi
> > > penyusunan ulang, kehilangan ayat, ingatan yang samar2 thd ayat itu,
> > > dll... tapi tidak satu pun kalimat yang mengatakan terjadi pengisahan
> > > ulang dengan kata2 sendiri :)
> > >
> > > Tapi.. seperti sudah saya katakan pada Non Sisc saat menuliskan
> > > tanggapan pertama kali: saya percaya semua itu kembali kepada iman :)
> > > Ada 1001 alasan saya untuk mengatakan (menurut versi yang saya yakini)
> > > bahwa agama saya salah. Sebaliknya, ada 1001 alasan Anda juga untuk
> > > mengatakan (menurut versi yang Anda yakini) bahwa saya salah. Semuanya
> > > kembali iman dan KEYAKINAN kita masing2.
> > >
> > > So.. saya tidak mencampuri keyakinan Anda. Tapi saya juga tidak setuju
> > > ketika seseorang memotong/memutarbalikkan ayat Al Quran. Ini juga
> > > berlaku buat Hendrik juga, sebenarnya, but I'll deal with him later :)
> > >
> > > Salam,
> > >
> > > --- In
> psikologi_transformatif@yahoogroups.com<psikologi_transformatif%
40yahoogroups.com>,
> > pradita@... wrote:
> > > >
> > > > Apa lalu diasumsikan bahwa para "editor" dan "penguasa" yang lalu
> > > mengutik-utik
> > > > Qur'an "asli" itu dan menyusunnya kembali sebagaimana versinya saat
> > > ini JUGA
> > > > dicurahi wahyu seperti Muhammad, sehingga diyakini bahwa hasil editing
> > > mereka
> > > > masih membawa otentisitas pewahyuan itu?
> > > >
> > > > Jadi, meski ada banyak tangan manusia ikut campur dalam menentukan
> > > hasil akhir,
> > > > Qur'an tidak kehilangan otentisitasnya sebagai wahyu?
> > > >
> > > > Lho, jadi rada-rada mirip dong sama narasi tentang penulisan Injil?
> > > Biar tidak
> > > > ditulis oleh Yesus sendiri, tapi para pengikutnya, para penulis Injil
> > > yang
> > > > empat oragng itu, dan umat Kristen, juga YAKIN tuh bahwa proses
> > > penulisan dan
> > > > penyusunan Injil dicurahi oleh Roh Kudus, sehingga apa yang ditulis
> > > juga dapat
> > > > dipandang sebagai kehendak Tuhan.
> > > >
> > > > He he he...
> > > >
> > > > manneke
> > >
> > >
> > >
> >
> >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Y! Messenger

Instant smiles

Share photos while

you IM friends.

Yahoo! Groups HD

The official Samsung

Y! Group for HDTVs

and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: