Senin, 26 November 2007

Re: Bls: [psikologi_transformatif] Renungan atas Psikologi (untuk Swas & Tomy)

hallo Pak Jusuf....
yang biru ya :)
 
Masalah ini memang saya tunggu2 spy bisa menjelaskan duduk perkara ketika tahun 2002 terjadi silang pendapat yang sangat tajam  di seminar yang hasilnya menjadi buku VISI BARU KEHIDUPAN.
F. Capra dalam Tao of Physics  memang tidak bermaksud bicara tentang ilmu fisika baru, tapi refleksi fisikawan ketika menarik benang merah the hidden connections antara pandangan mengenai bahan berskala paling kecil :
  • Democritus (abad 5 SM) menyebut a-tomos barang terkecil yang tidak bisa dibelah lagi, lalu direvisi oleh
  • John Dalton (1803) dengan teori atom berbentuk bola golf, lalu direvisi oleh
  • JJ Thomson (1897) dengan teori partikel positif dan negatif yang seperti kismis menyebar dalam roti sehingga mendapat hadiah Nobel 1906, lalu direvisi oleh
  • E.Rutherford bahwa atom adalah sebagiain besar ruang kosong, intinya berisi partikel positif, dikelilingi oleh elektron, mendapat hadiah Nobel 1908, lalu direvisi oleh
  • Niels Bohr (1913) elektron mengelilingi inti dalam orbitnya sesuai level energinya seperti planet2 mengelilingi matahari sehingga mendapat hadiah Nobel 1922
  • E.Schrodinger dan W. Heisenberg (1920) menemukan gerakan elektron seperti kabut  dan posisinya  hanya kebolehjadian saja
Melihat semua ini maka ia menyimpulkan ternyata ilmuwan masih belum menemukan alam semesta tapi alam hanya menjawab  rasa ingin tahu ilmuwan itu sendiri yang diungkapkan melalui model yang dibuatnya.
------------------------------ 
T: adakah ilmuan atau ilmu yang mengatakan telah menemukan alam ini secara keseluruhan? psikologi pasti enggak,  Zen barang kali? tetapi sebuah penemuan tetap sebuah penemuan alam, bukan kah begitu? entah sekecil apapun itu...
Adalah fisikawan yang ketika mengamati galaxies di ruang angkasa dari observatorium, pertama kali menyadari bahwa ternyata bumi tempat berpijak dan berdirinya  bangunan observatorium dan orang yang sedang mengamati juga ikut menari bersama dengan obyek yang diamatinya dan  seluruh galaxies.
-----------------------------
T: dalam ilmu psikologi....hal ini juga sangat di tekankan bahwa si subyek yang sedang di lihat adalah si subyek yang dinamis bukan yang tetap atau statis. subyek yang tergantung dengan situasinya, budayanya, umurnya, kesehatannya, dst...jadi apakah kata fiskawan itu hal yang baru?

Ketika mengamati elektron dengan mikroskop, ternyata bergerak spt kabut dan juga mikroskop bersama pengamatnya sedang bergerak. Apalagi mengamati psyche ?
----------------------
T: kan saya juga pernah bilang kalau di psikologi juga hal ini sangat di tekankan. makanya ketika si psikolog mengamati subyek...dia juga harus menuliskan keadaannya (contro terapeut) karena sadar bahwa bukan hanya subyeknya saja yang ada dalam sebuah situasi tapi juga si pengamat...ga da yang baru juga dalam hal ini.

Inilah awal mula terjadinya paradigm shifting bahwa semuanya kait mengkait dan menari dari beginnningless past menuju endless future sehingga tumbuhlah kesadaran bahwa tidak ada yang tetap kecuali semuanya berubah terus menerus.
------------
T: kalau masalah ini tokohnya HERACLITOS 535 a.C- 474 a.C (panta rei) jadi bukan paradigma baru...sangat sangat bukan.

Lalu apa makna dari kehidupan ?
Ketika lahir di dunia, sebenarnya adalah awal dari proses kematian di masa depan ;
Ketika menandatangani akte perkawinan, itulah awal dari perpisahan karena salah satunya akan mati duluan.
Tidak perlukan ini dibahas oleh psikologi ?
---------------------------
T: saya jawab pak...sangat perlu! dan inilah yang dibawas psikologi yakni manusia utuh tentu dari kacamata psikologi! (karena kalau udah mati itu bukan  di tinjau dari ilmu psikologi lagi pak....kan manusianya ga utuh lagi....)

Memang orang Barat mempunyai persepsi tersendiri menghadapi proses menjadi tua dan kematian.
Karena itu mereka lebih mengutamakan membahas yang  konkrit2 aja ketika mengembangkan psikologi.
Meski serupa dengan Konfusius, tapi hakikatnya tidak sama karena argumentasinya berbeda " dalam hidup ini saja masih banyak yang belum kita ketahui dan hrs dipelajari, mengapa hrs memikirkan hidup sesudah mati ? Hanya dengan belajar dan terus belajar seumur hidup maka perlahan-lahan akan bisa memahaminya "
------------------------
T: maksudnya sekarang pak? ah ga juga....di barat juga bayak yang mikir apa bakalan yang terjadi sesudah mati...mereka kan kebanyakan beragama (entah itu ktp doang).cuma karena teknologinya dan buku2 tulisan mereka berkembang ttg hal hal manusia yang di dunia, mereka bapak anggap seperti itu. ga pecaya? pergi aja ke barat pak....aq ga ngibul lha.

Ajaran " di atas langit masih ada langit lagi bukan permainan kata-kata, tapi kini menjadi kenyataan ketika kita membandingkan besaran planet ternyata semua besaran hanya bersifat relatif tergantung pembandingnya.
-------------------
T: yang ini, ilmu apa sich yang tidak setuju....kalau ga setuju udah berhenti penelitian.
=====
Ilmu fisika menyikapi perkembangan ini dengan sangat lugas.  Ketika mengembangkan model2 nya dan kemudian ternyata tdk lagi memadai maka segera diganti dengan yang baru, meski yang lama juga tidak ditinggalkan begitu saja.
Misalnya fisika Newton memang masih berguna untuk menghitung pesawat yang mau mendarat di bulan.
Tapi dalam disiplin ilmu-ilmu yang lain umumnya agak skeptis, merasa eman-eman kok  yang sudah capai2 dipelajari dan telah mengangkat harkat dan martabatnya, tiba-tiba hrs ditinjau lagi ?
--------------------
T: memang ada ilmu yang sudah selesai pak? Freud aja langsung di koreksi anaknya...belum lagi oleh murid muridnya...dst...di sinipun saya tidak melihat keberatan saya.
=======
Hal yang sama dialami ahli benih Prof. Sadjad seperti ditulis dalam buku REVITALISASI  PERTANIAN DAN DIALOG PERADABAN.
Benih yang  meski belum hidup, telah diberi oleh alam semua  perangkat sehingga  dia bisa ikut menari dalam tarian agung energi kosmis supaya bisa tersedia makanan yang cukup untuk semua mahluk hidup di dunia ini
Semua terjadi secara autopoesis karena semua yang terlibat datang tanpa diundang dan pergi tanpa memberitahu.
Dalam buku yang sama Prof. Dr Fransiska Z Rungkat juga mengatakan bahwa setelah dimakan oleh mahluk hidup, terjadilah tarian bio-kimia yang akan menentukan bagaimana postur fisik dan mental yang memakannya.
Bukankah ini juga maksud ajaran Hamemayu Hayuning Bawana  bahwa cantiknya manusia tergantung pada cantiknya dunia - cantiknya dunia tergantung pada cantiknya samudaya. Inilah yang dimaksud Bung Karno dengan istilah Weltanschauung !
Ilmu augmentative yang tidak mengisolir obyek dan menelitinya terpisah dari yang lain, melainkan dibiarkan berkembang untuk menemukan the hidden connections yang oleh Vaclac Havel dikatakan sebagai ilmu pengetahuan  masa depan !
----------------
T: pernah dengar bukur DSM IV. hampir semua bilang buku itu kaku...seperti daftar daftar saja...tapi orang lupa bahwa pada bagian awal buku itu berbicara tentang ke"normalan"...dan sangat jelas dikatakan bahwa kenormalan itu ( 9 kriteria) adalah sebuah tarian harmonis antara manusia yang hidup dengan dunianya, dengan budayanya, lingkungannya socialnya, pikirannya, pekerjaannya dst....jadi sekali lagi manusia itu adalah manusia yang hidup di dunianya, bersama dunianya dan menari bersama dunianya-........ini juga sudut pandang psikologi.

=======
Karena itu ketika terjadi perang dingin antara blok Barat dan Timur, F.Capra menunjukkan adanya kebloonan antara  pihak2 yang berseteru bahwa ternyata budget pertahanan Kremlin baru bisa diputuskan setelah mendapatkan laporan intelejen mengenai rencana Pentagon dan sebaliknya.  Artinya Yin vs Yang yang mau secara artifisial dipisahkan oleh manusia, akhirnya juga ternyata saling melengkapi
==========
Mengenai pendapat sdr Tomy dan Mbak Swas, saya ingin menjelaskan bahwa proses belajar dan mengajar ilmu manajemen Barat yang utamanya mengajarkan konseptual / akademik, memang berbeda dengan Jepang yang melihat manajemen sebagai samurai yang sedang menghadapi pertempuran.
Dalam manajemen Jepang manajer ya leader juga, yang  menjadi problem serius dalam manajemen Barat sehingga diperlukan kuliah tersendiri mengenai hal ini. Namun lagi-lagi yang dibahas tetap saja  aspek kognitifnya, sedang di Jepang proses internalisasi dilakukan melalui  berlatih kaligrafi,  martial arts, tea ceremony.
Karena itu mempersoalkan orang lulus Zen tapi tidak bisa melaksanakannya, hanya indikasi tidak fahamnya hakikat masalahnya :
Kalau singkong dibakar, direbus dan digoreng, meski sama bahannya, tapi hasil dan rasanya berbeda
---------------------
T: itu udah pasti pak.......tapi ada hal yang juga yang bapak harus ingat...soal RASA susah di perdebatkan....
kesimpulan saya...rasa yang bapak bawa mencoba mengenerasikan rasa dari yang lain....(bapak udah tahu ga rasanya yang lain? )
tapi bagaimanapun saya salut sama bapak...setidak tidaknya bapak  yakin dengan RASA (ilmu) yang bapak yakini...dan saya akan belajar RASA itu....tapi jangan nilai rasa lain dengan rasa bapak. :)
kesimpulansaya saya masih seperti semula....kritik ke psikologi  bapak kurang kena....bisa lebih spesifik kali???
salam
tomy
 


----- Original Message ----
From: Jusuf Sutanto <jusuf_sw@yahoo.co.id>
To: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Sent: Monday, November 26, 2007 4:57:20 PM
Subject: Bls: [psikologi_transformatif] Renungan atas Psikologi (untuk Swas & Tomy)

Masalah ini memang saya tunggu2 spy bisa menjelaskan duduk perkara ketika tahun 2002 terjadi silang pendapat yang sangat tajam  di seminar yang hasilnya menjadi buku VISI BARU KEHIDUPAN.
F. Capra dalam Tao of Physics  memang tidak bermaksud bicara tentang ilmu fisika baru, tapi refleksi fisikawan ketika menarik benang merah the hidden connections antara pandangan mengenai bahan berskala paling kecil :
  • Democritus (abad 5 SM) menyebut a-tomos barang terkecil yang tidak bisa dibelah lagi, lalu direvisi oleh
  • John Dalton (1803) dengan teori atom berbentuk bola golf, lalu direvisi oleh
  • JJ Thomson (1897) dengan teori partikel positif dan negatif yang seperti kismis menyebar dalam roti sehingga mendapat hadiah Nobel 1906, lalu direvisi oleh
  • E.Rutherford bahwa atom adalah sebagiain besar ruang kosong, intinya berisi partikel positif, dikelilingi oleh elektron, mendapat hadiah Nobel 1908, lalu direvisi oleh
  • Niels Bohr (1913) elektron mengelilingi inti dalam orbitnya sesuai level energinya seperti planet2 mengelilingi matahari sehingga mendapat hadiah Nobel 1922
  • E.Schrodinger dan W. Heisenberg (1920) menemukan gerakan elektron seperti kabut  dan posisinya  hanya kebolehjadian saja
Melihat semua ini maka ia menyimpulkan ternyata ilmuwan masih belum menemukan alam semesta tapi alam hanya menjawab  rasa ingin tahu ilmuwan itu sendiri yang diungkapkan melalui model yang dibuatnya.
Adalah fisikawan yang ketika mengamati galaxies di ruang angkasa dari observatorium, pertama kali menyadari bahwa ternyata bumi tempat berpijak dan berdirinya  bangunan observatorium dan orang yang sedang mengamati juga ikut menari bersama dengan obyek yang diamatinya dan  seluruh galaxies.
Ketika mengamati elektron dengan mikroskop, ternyata bergerak spt kabut dan juga mikroskop bersama pengamatnya sedang bergerak. Apalagi mengamati psyche ?
Inilah awal mula terjadinya paradigm shifting bahwa semuanya kait mengkait dan menari dari beginnningless past menuju endless future sehingga tumbuhlah kesadaran bahwa tidak ada yang tetap kecuali semuanya berubah terus menerus.
Lalu apa makna dari kehidupan ?
Ketika lahir di dunia, sebenarnya adalah awal dari proses kematian di masa depan ;
Ketika menandatangani akte perkawinan, itulah awal dari perpisahan karena salah satunya akan mati duluan.
Tidak perlukan ini dibahas oleh psikologi ?
Memang orang Barat mempunyai persepsi tersendiri menghadapi proses menjadi tua dan kematian.
Karena itu mereka lebih mengutamakan membahas yang  konkrit2 aja ketika mengembangkan psikologi.
Meski serupa dengan Konfusius, tapi hakikatnya tidak sama karena argumentasinya berbeda " dalam hidup ini saja masih banyak yang belum kita ketahui dan hrs dipelajari, mengapa hrs memikirkan hidup sesudah mati ? Hanya dengan belajar dan terus belajar seumur hidup maka perlahan-lahan akan bisa memahaminya "
Ajaran " di atas langit masih ada langit lagi bukan permainan kata-kata, tapi kini menjadi kenyataan ketika kita membandingkan besaran planet ternyata semua besaran hanya bersifat relatif tergantung pembandingnya.
=====
Ilmu fisika menyikapi perkembangan ini dengan sangat lugas.  Ketika mengembangkan model2 nya dan kemudian ternyata tdk lagi memadai maka segera diganti dengan yang baru, meski yang lama juga tidak ditinggalkan begitu saja.
Misalnya fisika Newton memang masih berguna untuk menghitung pesawat yang mau mendarat di bulan.
Tapi dalam disiplin ilmu-ilmu yang lain umumnya agak skeptis, merasa eman-eman kok  yang sudah capai2 dipelajari dan telah mengangkat harkat dan martabatnya, tiba-tiba hrs ditinjau lagi ?
=======
Hal yang sama dialami ahli benih Prof. Sadjad seperti ditulis dalam buku REVITALISASI  PERTANIAN DAN DIALOG PERADABAN.
Benih yang  meski belum hidup, telah diberi oleh alam semua  perangkat sehingga  dia bisa ikut menari dalam tarian agung energi kosmis supaya bisa tersedia makanan yang cukup untuk semua mahluk hidup di dunia ini
Semua terjadi secara autopoesis karena semua yang terlibat datang tanpa diundang dan pergi tanpa memberitahu.
Dalam buku yang sama Prof. Dr Fransiska Z Rungkat juga mengatakan bahwa setelah dimakan oleh mahluk hidup, terjadilah tarian bio-kimia yang akan menentukan bagaimana postur fisik dan mental yang memakannya.
Bukankah ini juga maksud ajaran Hamemayu Hayuning Bawana  bahwa cantiknya manusia tergantung pada cantiknya dunia - cantiknya dunia tergantung pada cantiknya samudaya. Inilah yang dimaksud Bung Karno dengan istilah Weltanschauung !
Ilmu augmentative yang tidak mengisolir obyek dan menelitinya terpisah dari yang lain, melainkan dibiarkan berkembang untuk menemukan the hidden connections yang oleh Vaclac Havel dikatakan sebagai ilmu pengetahuan  masa depan !
=======
Karena itu ketika terjadi perang dingin antara blok Barat dan Timur, F.Capra menunjukkan adanya kebloonan antara  pihak2 yang berseteru bahwa ternyata budget pertahanan Kremlin baru bisa diputuskan setelah mendapatkan laporan intelejen mengenai rencana Pentagon dan sebaliknya.  Artinya Yin vs Yang yang mau secara artifisial dipisahkan oleh manusia, akhirnya juga ternyata saling melengkapi
==========
Mengenai pendapat sdr Tomy dan Mbak Swas, saya ingin menjelaskan bahwa proses belajar dan mengajar ilmu manajemen Barat yang utamanya mengajarkan konseptual / akademik, memang berbeda dengan Jepang yang melihat manajemen sebagai samurai yang sedang menghadapi pertempuran.
Dalam manajemen Jepang manajer ya leader juga, yang  menjadi problem serius dalam manajemen Barat sehingga diperlukan kuliah tersendiri mengenai hal ini. Namun lagi-lagi yang dibahas tetap saja  aspek kognitifnya, sedang di Jepang proses internalisasi dilakukan melalui  berlatih kaligrafi,  martial arts, tea ceremony.
Karena itu mempersoalkan orang lulus Zen tapi tidak bisa melaksanakannya, hanya indikasi tidak fahamnya hakikat masalahnya :
Kalau singkong dibakar, direbus dan digoreng, meski sama bahannya, tapi hasil dan rasanya berbeda.

Salam,
Jusuf Sutanto


----- Pesan Asli ----
Dari: wolikertajiwa <wolikertajiwa@ yahoo.com>
Kepada: psikologi_transform atif@yahoogroups .com
Terkirim: Senin, 26 November, 2007 5:42:44
Topik: [psikologi_transfor matif] Renungan atas Psikologi (untuk Swas & Tomy)

Psikologi bukanlah ilmu yang sakral, yang pembuatannya pake kemenyan
atau bubur merah putih. Juga tidak ada nabi dalam psikologi.
Dengan demikian kritik atas psikologi sah-sah aja. Noam Chomsky, ahli
bahasa, mengkritik psikologi (yang saya tau mengkritik behaviorisme
Bem) bagus sekali. Karl Popper, filsuf, mengkritik beberapa teori
psikologi yang 'tidak bisa disalahkan'. Foucault, filsuf, mengkritik
relasi kuasa atas 'praktek-praktek psikologi'. Ke-3 tokoh yang saya
sebut bagus sekali. Mereka mendalami sungguh-sungguh hal yang
dikritiknya, bukan asbun.

Bagi orang yang mengerti, ada tugas mulia untuk menjelaskan yang
tidak mengerti. Namun jika dijelaskan (oleh yang paham terhadap yang
tidak paham) kemudian (yang tidak paham) membalas penjelasan dengan
mengatakan "diatas langit masih ada langit", "Maslow orangnya itu
rajin belajar" dan hal-hal yang cukup ajaib...maka silahkan (yang
paham) mempertimbangkan untuk meneruskan atau menghentikan penjelasan.

Selama kritik tidak mengenai hal-hal yang substansial, dan selama
ocehan hanya berputar-putar dari one-sided opinion (eastern wisdom,
misalnya) maka tidak ada gregetnya bagi psikologi ataupun Fakultas
Psikologi. Tidak ada 'perubahan paradigma' apapun.

Istilah Holistik dalam psikologi bukanlah barang baru. Gestalt
Psychology sebagai aliran yang sudah berkembang sejak awal abad 20
mempunyai prinsip "keseluruhan lebih dari sekedar bagian-bagian yang
membentuknya" . Bukan monopoli filsafat timur !

Quantum physics is nothing but physical science. Fritjof Capra
mencoba melihat kesamaannya dengan filsafat timur (India dan China).
Jadilah seolah-olah : penjelasan fisika paralel dengan penjelasan
mistik timur. Kalau ini dipakai untuk mengkritik psikologi, silahkan
saja, asal mendalami apa yang dikritik.
Kalau nggak mendalami apa yang dikritik, cape deh bacanya.

Saya, Was, Tomy bukanlah pencinta berat Maslow. Barangkali juga bukan
pengguna atau pencandu Test IQ, barangkali juga bukan memuja EQ atau
ESQ. Semua berada dalam batas-batas wajar saja.

Ada Mas Leo yang menggunakan istilah Psikologi Transpersonal dengan
caranya sendiri, silahkan saja. Beliau menjelaskan apa yang dimaksud
dengan peristilahan itu. Fine. No hard feeling. Kalau Mas Leo mau
mengetahui pengertian baku dan lika-likunya Psikologi Transpersonal
MENURUT ilmu psikologi, beliau dapat mencari di google. Atau kalau
mau tanya di milis ini bisa dijawab oleh Swas atau Tomy yang saya
anggap rekan-rekan yang pinter dan baik hati.

Pointnya psikologi bukan ilmu sakral. Kalau ingin tau silahkan
belajar via apapun. Kalau ingin membuat psikologi sendiri, silahken
saja, asal tau bahwa itu bukan psikologi sebagai ilmu yang sudah
dicerahkan oleh metodologi ilmu pengetahuan.

Dalam Psikologi ada teori yang lemah, tapi kemudian ditindaklanjuti
penyempurnaan selama puluhan tahun. Ada yang teori yang rumit,
kemudian di test dalam dunia nyata. Ada yang sejak awal ketat dengan
metodologi penelitian, sehingga hasilnya 'relatif kokoh'. Pokoknya
psikologi itu ilmu yang menarik, yang punya banyak kisah dan banyak
sisi.

Wasalam,
WK

------------
Was-swas menjawab Tomy :

Saya suka cara Mas Tomy merespons tulisan Pak Jusuf Sutanto :)
Terutama banget bagian yang ini:

di sekolah psikologi juga sebenarnya di tuntut seseorang menjadi
seorang psikolog yang mampu melihat manusia itu dalam semua seginya.
tapi memang tidak semua psikolog dapat melakukan ini dengan baik.
mungkin (ini mungkin, karena saya tidak kenal dalam sekolah ala ZEN)
di sekolah Zen juga banyak orang yang tamat tapi apakah semua mereka
itu menjadi seorang Zen yang unggul?
selalu dikembalikan ke person-nya, ke-manusia-nya. ...karena apapun
ilmunya, hanyalah sebuah instrumen (alat) saja...tidak lebih
Dalam bahasa yang berbeda, saya sudah pernah mencoba menyampaikan hal
yang sama pada Pak Jusuf juga :). Namun entah cara saya menyampaikan
kurang pas, atau memang pada dasarnya Pak Jusuf sulit menerima bahwa
psikologi itu tidak sesempit psikologi-dalam- persepsi- Pak-Jusuf-
Sutanto, makanya tidak ada hasil berarti dari diskusinya :)
Ya semoga Mas Tomy bisa lebih berhasil menyampaikannya pada yang
bersangkutan :) Giliran saya yang nonton ya.. HAHAHAHA.. :)

> Salam,
>




Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

new professional

network from Yahoo!.

Y! Messenger

Instant hello

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Parenting Zone

Share experiences

with other parents.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: