Jumat, 19 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Marilah kita merenung dan mengheningkan cipta untuk Positive thingking.

 
 
Salah satu hal yang membuat seseorang itu sulit untuk maju adalah pola pikir yang pesimis, belum pergi jalan sudah bilang,"Ah, nanti ditabrak kerbau!", "Ah nanti ditabrak hari mau," atau "Ah nanti toh di sana sama saja.. buang waktu saja!", bahkan dengan kondisi tempat kerja yang sudah bikin bete dan stress, masih saja berpikir,"Ah, nanti aku nggak bisa makan pecel lele lagi, kan disitu jauh dari mana-mana", dan kadang, bahkan sering sekali sampai soal mau pacaran lagi pun atau mau melamar calon pasangannya pun, masih saja berpikir,"Ah, nanti dia nggak setia! Ah nanti gue jadi jelek dan dia pergi!!"
 
Dan ini ditambah lagi dengan pola pikir yang tidak bisa meletakkan masalah itu pada porsinya, bakso di campur dengan jus buah, ato soal anak jatuh dikaitkan dengan kebodohan si pembantu, yang memang mungkin bukanlah sarjana, tapi anak-anak yang masih kecil itu pada umumnya memang susah untuk diajak duduk diam, jadi wajar saja kalau jatuh atau luka... tidak luka kan tidak belajar, paling tidak belajar hati-hati untuk lari, untuk jalan di jalan licin misalnya.. dan yang terakhir itu saya pelajari triknya sejak masih sd, anda mau tau, ya email saja, nanti saya jelaskan gi mana jalan di jalan licin.. hahahaa...
 
Kalau anda suka baca Obelix dan Asterix orang Galia, coba anda banyangkan apa jadinya cerita komik itu kalau mereka memilih cara berpikir seperti kebanyakan orang kita dalam hal ketakutan mereka bahwa langit akan jatuh di kepala meereka.. tentu isinya tidak lebih adegan di pondok melulu.. dan mati kelaparan.
 
Rasa takut dan was-was itu ada perlu nya dan seringkali baik untuk menjadikan kita itu waspada, dan dengan cara yang positif menjadikan kita lebih kritis untuk melihat suatu permasalahan, tapi bukan malah menjadi pesimis dan lalu kembali melihat masa lalu dan hidup dalam memori-memori semacam itu, yang seringkali apa yang anda pahami dan tafsirkan atas apa yang anda lihat, dengar atau rasakan itu tidak lebih dari persepsi anda dan interpretasi anda belaka, dan bisa, bahkan seringkali jauh dari kenyataan yang ada dibalik apa yang anda saksikan itu. Makanya banyak ujaran para bijak yang memperingatkan anda dengan ujaran-ujaran semacam,"Jangan percayai apa yang engkau lihat dengan mata, dengar dengan telinga, tapi lihatlah dengan hati bukan dengan mata, dengarlah dengan hati, bukan dengan telinga." Lalu anda mau mendengar dengan hati anda yang gelisah itu???? hehehehe dan boleh anda simak sendiri, yang muncul dari hati anda itu tidak lain, tidak bukan adalah ingatan-ingatan dan kenangan anda yang anda simpan di memori anda, bukan dari proses anda melihat dengan hati anda... boro-boro melihat dengan hati, paham yang dimaksud melihat dengan hati saja anda belum tentu karena mengertipun sekedar mengangguk-angguk sekedar ya ya ya ....
 
Kalau anda pernah membaca kisah Zen atau kisah semacam itu yang menceritakan bagaimana ketika seorang Bhiksu Zen itu pulang kampung dan orang di kampungnya akan selalu mengingat dia sebagai si anak kecil yang badung, nakal dan tidak pernah berubah, yang berubah cuma jadi lebih tua saja... sedangkan si bhiksu melihat begitu banyak perubahan di kampungnya itu, ya, bagi anda yang punya kebiasaan mudik, anda tentu pernah mengalaminya kejadian semacam itu dan saya pribadi pun mengalaminya, bahkan para tetua di kampung saya selalu ingat bagaimana nakal dan bawelnya saya sewaktu saya masih berumur tiga tahun pakai celana monyet dan selalu memaki setiap orang yang ingin melihat adik bayi saya yang baru berumur sebulan - waktu itu hehehehee yaaa.. saya tidak ingin adik saya diganggu, dan diambil orang, mungkin begitu pemikiran saya, dan itu dianggap konyol oleh para tetua dan tetangga...
 
Kalau anda mau melihat dan merenungkan lebih mendalam lagi, jangankan orang lain, anda sendiri pun ingin diberi kesempatan untuk menjadi orang lain atau orang yang lebih baik dari pada anda semenit yang lalu dan memang hidup ini memberikan kesempatan itu bagi semua orang, dan itu rasanya diajarkan dalam ajaran spiritual, dalam ajaran agama yang anda tekuni atau anut atau katakanlah sekedar jadi sebuah kata di ktp anda. Dan kalaau anda ingin diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, lalu adilkah jika anda lalu tidak memberikan kesempatan yang sama kepada orang lain dan menghakimi orang lain dengan dasar sesuatu yang anda sendiri tidak menyaksikan, tidak mendengar atau tidak mengerti dengan langsung? Sekedar menduga dan meraba dari opini yang ada?
 
Apakah anda ingin diperlakukan demikian?
 
Anda ingin mencari keadilan, buat diri anda, dan orang lain, sementara diri anda baru mulai melakukan suatu ketidak adilan yang kelihatannya sepele, tapi toh sama juga itu suatu ketidakadilan. Kalau anda katakan anda ingin mencegah agar tidak terjadi kesalahan atau pelanggaran hukum yang ada, lalu apa anda mulai berpikir kalau anda itu penegak hukum atau law enforcement? Kalau memang anda adalah aparat penegak hukum, tentu anda wajib melakukan tugas anda dan lakukanlah dengan baik dan benar, kalau tidak tentu akan lebih baik juga anda ikut mengamati dan mencoba melihat dengan jelas, apa ini dan apa pula selanjutnya, sampai anda bisa membuktikan ada suatu indikasi atau tanda yang sangat jelas akan adanya pelanggaran hukum, tentu lalu wajar dan malah wajib sifatnya bagi anda untuk melaporkannya.... coba anda tanya diri anda sendiri, apakah anda pernah melaporkan atau bersedia bersaksi atau mendukung sahabat anda untuk bersaksi, bukannya malah mengomentari dengan sinis dan mengatakan,"Buat apa bikin susah diri sendiri untuk melapor, toh nggak akan di tangani dengan benar!!!!"
 
Bukankah itu sama dengan awal tulisan saya ini, anda kembali memelihara pemikiran pesimis dan tidak mau mencoba mendorong agar proses hukum, proses kehidupan itu berjalan dengan semestinya dan sebaik-baiknya, dan lalu jadilah suatu debat akan yang mana yang lebih dulu telor ato ayam, yang mana lebih dulu pola pikir anda yang diperbaiki atau proses hukum dan penegakan hukumnya yang diperbaiki?
 
Pasti, 100% bahkan 1000% anda akan bilang proses hukumnya yang mesti diperbaiki, padahal anda tahu pasti kalau anda dan saya itu sama-sama tidak punya kuasa untuk mendorong itu dan yang paling mungkin dan bisa anda dan saya lakukan itu adalah memperbaiki diri anda sendiri dan memperbaiki diri saya sendiri. Dan berkontribusi ke arah perbaikan proses dan praktek di semua sendi kehidupan yang ada....
 
Saya tidak bilang sesudah membaca tulisan ini lalu anda ke kantor polisi, bersaksi atas kejadian yang pernah anda lihat, ini, itu, tidak, tidak se ekstrim itu dan saya tidak yakin anda akan mau melakukan itu, tapi, mulailah dengan yang kecil, berbukalah dengan yang manis, berbuka puasalah dari puasa berbuat baik dan benar, akan berbuat yang benar untuk mendorong perubahan itu dari yang ada di dekat anda sendiri. Kalau anda itu tidak mampu dalam melakukan suatu pekerjaan, jujurlah jangan meletakkan ambisi anda dijabatan itu tanpa mencoba belajar untuk memperoleh kemampuan itu, nilailah diri anda dengan jujur. Jujur dan adil jugalah kepada pembantu anda, karyawan anda, jangan karena anda tidak suka kepada fisik ato orangnya padahal kerjanya bagus, anda menginjak-injak haknya, merendahkan martabatnya... secara sederhana, anda lakukanlah apa yang menurut anda akan bisa anda terima dengan baik kalau orang lain lakukan hal yang sama kepada diri anda-dengan jujur....
 
Gampangkan, mulailah jujur kepada diri anda sendiri.
 
Lalu ada cara kedua yang saya sudah coba praktekkan sendiri, yaitu buanglah istilah "Tidak bisa" dari memori anda, dari lidah anda, dari pola pikir anda. Gantilah dengan kata,"Tidak mudah". Jadi, bukannya,"Saya tidak bisa berubah menjadi lebih baik dan adil!", tapi,"Tidak mudah bagi saya untuk berubah jadi lebih baik dan adil!"
 
Anda tentu bilang,"Ah gombal, sama saja itu!".
 
Yaaaa...., artinya tidak beda jauh, tapi maknanya bagi pribadi anda, bagi hati anda itu jauh... kalau anda mengatakan "tidak bisa" berarti anda boleh membuang ambisi anda untuk bisa menduduki jabatan atau posisi yang lebih tinggi dari jabatan anda sekarang dengan cara wajar, halal karena berarti anda sudah tidak mau berubah, sudah kartu mati, kayu mati. Kalau anda mengatakan "tidak mudah" itu artinya anda masih mau dan AKAN berusaha untuk berubah walaupun itu bukanlah sesuatu yang mudah dan bisa dilaksanakan dalam waktu satu dua hari saja.
 
Hadiah apa yang akan anda peroleh dari kedua proses itu?
Hadiahnya sederhana saja, pertama anda akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam akan banyak hal dan kedua anda akan menjadi orang yang punya pemikiran yang positif atau positive thingking.
 
Anda tentu tahu, positive thingking itu apa, dan anda membayar mahal untuk ikut kursus positive thingking, yaa , jujur saja, mungkin supaya anda bisa dapat sertifikat sudah ikut kursus positive thingking dan dijamin atau ada yang jamin anda itu punya pemikiran positive, walaupun pada prakteknya anda belum tentu bisa , dan toh anda tidak perduli dan tidak mau tahu akibat dari ketidak mampuan anda itu, anda merusak banyak hal dari kehidupan ini terutama sekali anda sinis ketika anda semestinya menghadapi suatu lelucon yang sarkastik dengan gaya yang positive thingking juga.... tidak lucukan??? :)
 
Marilah kita merenung dan mengheningkan cipta untuk Positive thingking.
 
201007


Diskusi dan pertanyaan mohon di kirim ke japri;irwan.sutjipto@yahoo.com
http://www.friendster.com/isutjipto
http://groups.yahoo.com/group/irwan_sutjipto/
http://www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=gdis&fid=303848
Gallery:
http://www.flickr.com/photos/10455309@N05/

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Fitness Edge

on Yahoo! Groups

Learn how to

increase endurance.

Dog Groups

on Yahoo! Groups

Share pictures &

stories about dogs.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: