Rabu, 21 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: : “Ilmiah” sesuai pesanan anda ?! Komentar NO. 2 buat pak Alex

Hi pak Alex. Ini komentar tuyul nyang ditulis langsung dibawah
kata2 pak Alex:

--------
Alex > : Mohon anda lihat kembali email yang anda tanggapi tersebut,
pernyataan tersebut yang menulis adalah Pak Manneke, bukan saya.

komentar = OK deh … rupanya tuyul silap mata …. Kalo gitu kita
sepakat, dong, sama2 Positivisme Logis sebagai landasan Sains
(natural science). …. Tapi notabene Pak Manneke itu bidangnya
Psikologi, nyang kagak ngerti Sains, lantaran psikologi itu bukan
Sains dalem artikata nyang streng. Baca misalnya,
(http://www.arachnoid.com/psychology/) Kutipan:

CONCLUSION: ….. This, in turn, is because human psychology is not a
science, it is very largely a belief system similar to religion.

Buat ilmu2 sosial, belakangan ada disiplin filsafat nyang memadai,
yaitu nyang disebut filsafat *Dekonstruksi & Konstruksi*, asalnya
dari filsuf Perancis/Algeria yang bernama Jacques Derrida.
Sayangnya, di Indonesia sering di-salah-mengerti dan disalah-
gunakan, terbukti dengan kerancuan nyang gak keruan dimilis
psikologi transformatif ini; Kedua kubu nyang bertempur seru
menggunakan *ilmu Dekon* secara salah-kaprah. Nyang benar, Metoda
Dekonstruksi & Rekonstruksi ini HANYA TERBATAS BERLAKU untuk subject
matter nyang abstrak, bikinan manusia, seperti misalnya pengertian
*Negara*, *Bangsa* atao *Pancasila*. Tapi tidak berlaku buat
subject matternya Sains, yaitu benda2 nyang bisa dipersepsi oleh
pancaindera. Sebab disini nyang menentukan kebeneran atao TRUTH itu
tidak lain adalah data2 pancaindera, sekalipun mesti dirakit dengan
RASIO agar supaya dimengerti (make sense). Jadi, pak Manneke keliru
dua kali dengan mengatakan bahwa para ilmuwan tidak mengenal atao
mengakui keterbatasannya. Kesalahan pertama, Sains dengan sadar dan
sukarela membatasi diri hanya kepada perseppsi pancaindera. Dan
hasilnya terbukti antara lain dengan komputer yang kita pakek
disini, serta jaringan komunikasi lewat satelit nyang menggunakan
gelombang elektromaknetik, SEMUA nya hasil2 Sains nyang gilang
gemilang dan tidak bisa dibantah lagi, kecuali oleh orang2 nyang
kagak waras otaknya. Kesalahan kedua, psikologinya pak Manneke pun
juga TERBATAS, malahan pak Manneke sendiri tidak tau dan tidak
mengakui (sorry nih pak Manneke) keterbatasan metoda Dekon-nya
Derrida. Mankanya hasilnya ternyata cuma carut-marut tingkat
pecomberan seperti contohnya pertempuran dahsyat dimilis psikologi-
transformatif ini (tuyul main2 disini mah cuma sebagai hiburan,
supaya bisa ketawa ngakak sepanjang ari dan gak bosan terus2an riset
didunia Kuantum dan Relativitas).

> http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
Anda benar-benar membaca wikipedia tersebut atau sekedar menggertak?

komentar = duhh, pak Alex ada2 saja … Istilah ngegertak itu kagak
eksis dalem kamusnya tuyul!

> Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
Hidden variable theory yang dibahas adalah mengenai keberatan
Einstein terhadap mekanika kuantum karena adanya kemungkinan benda
bergerak melebihi kecepatan cahaya dalam mekanika kuantum karena
sifatnya yang nondeterministik. (Note: Einstein percaya kecepatan
maksimal adalah kecepatan cahaya) Einstein kemudian mengklaim adanya
hidden variable yang menyebabkan hal ini. Dan hal memang terbukti
salah.

komentar = Einstein terbukti salah, toch ? Yah sudah, beliau memang
salah ! Kecepatan maksimal = kecepatan cahaya dirunag hampa memang
terbukti benar sampai hari ini. Tapi bukan berarti di hari depan
bisa ditemukan cara untuk melebihinya. Kecuali dalam soal Hidden
Varible, Einstein dengan pandangannya yang deterministik itu masih
banyak lagi salahnya, antara lain dengan Twin Paradox nya
(diskusinya lain kali saja, atao per japri, sebab panjang sekali dan
membutuhkan rumus2 matematika)

> Motif Einstein disini adalah untuk menyatakan prediksi statistik
dalam mekanika kuantum adalah bukan kebenaran ultimate.

komentar = dalem dunia Sains tidak ada nyang namanya *kebenaran
ultimate*. Itu hanya ada dalem pengertian agama2 nyang
fundamentalis. Mangkanya satu sama lain saling bertengkar tak ada
habisnya sampai beratus2 taon, bahkan sampe membunuh dengan berjihad.

> (A hidden variables theory of quantum mechanics is one which does
not
take the statistical predictions of the quantum formalism as the
ultimate truth about reality.That is, it is an interpretation of the
mathematics of quantum physics which does not necessarily go along
with the traditional Copenhagen interpretation in viewing nature as
inherently random, and the process of wave-function collapse as
indescribable beyond what our existing equations tell us.)

komentar = semua juga maklum bahwa interpretasi Einstein dkk (EPR
paradox) nyang deterministik itu berlawanan dengan intepretasi
Copenhagen (Niels Bohr dkk), mangkanya Einstein memerlukan dan
mempostulatkan adanya *hidden variables*, dan menginterpretasi bahwa
hasil2 pengukuran atas suatu sistim itu hanya sebagai statistik.
Ini sekali lagi interpretasi (Einstein ?) nyang keliru atas ajaran
Copenhagen school, nyang mengatakan bahwa fungsi gelombang itu sudah
mencakup segala sesuatu nyang lengkap (awas, ini amat penting: sudah
tentu dibawah pengandaian/asumsi yang di-idealisasikan!). Misalnya,
fungsi gelombang ~ exp i(kx-wt) secara LENGKAP merepresentasikan
partikel bebas dengan kecepatan tertentu dalam satu dimensi,
samasekali tidak perlu statistik atao mempostulatkan adanya
variable2 yang tersembunyi (disamping momentum hk dan
energi/frekwensi hw). Seperti diketahui, fungsi gelombang datar
tadi otomatis (secara matematis/logis) memenuhi prinsip ketidak-
pastian Heisenberg (Heisenberg Uncertainty Principle), yaitu melalui
Fourier transform nyang menghubungkan momentum k dengan koordinat
x. Buktinya secara eksperimental adalah dengan spektroskopi ion
tunggal (single ion spectroscopy) yang telah diuraikan dalem tulisan
yang lalu. Yaitu dalam perangkap elektromaknetis sebuah ion nyang
SAMA, statenya bisa di-ukur ber-kali2 dengan spektroskopi. Ternyata
hasil pengukurannya PERSIS seperti nyang di turunkan oleh persamaan
Schroedinger (sebagai fungsi waktu) buat sebuah ion dalam medan
radiasi resonans antara dua state |1> dan |2>, yang frewkensinya
tergantung dari sinar laser yang digunakan, yaitu menurut rumus Rabi
(Rabi frequency). Oleh karena frekwensi Rabi diketahui, maka hasil
pengukuran dalam tempo radiasi yang lebih singkat daripada ½ periode
Rabi ternyata hasil pengukurannya SELALU state |1>, sedangkan jika
waktu radiasinya diperpanjang sampai melebihi ½ periode Rabi, maka
hasil pengukurannya terbukti SELALU state |2>. Ini yang dinamakan
orang sebagai lelucon dibawah nama *the Coffee Pot that Never
Boils*, sebab coffee pot itu tidak akan pernah mendidih
(mendidih=state |2>) jika setiap kali tutupnya dibuka dan isinya
dilihat (= diukur). Jika pak Alex masih belum tahu dan ingin tahu
lebih lanjut, bisa cari sendiri dengan Google, atao nanti tuyul
carikan atao turunkan, deh, secara matematis.

> Jadi jelas anda melenceng dari topik pembicaraan yaitu dari HIDDEN
VARIABLE menjadi HIDDEN VARIABLE THEORY. Yang saya bahas adalah
tentang adanya hal yang tidak dipahami dimasukkan ke dalam suatu
model , sekarang anda coba buka link pada wikipedia tersebut:
http://en.wikipedia.org/wiki/Latent_variable

> In statistics, Latent variables (as opposed to observable
variables), are variables that are NOT DIRECTLY observed but are
rather inferred (through a mathematical model) from other variables
that are observed and directly measured. They are also sometimes
known as HIDDEN VARIABLES, model parameters, hypothetical variables
or hypothetical constructs.

komentar = Dalam SEMUA artikel ilmiah/fisika yang reliable dan
credible, Hidden Varible tidak lain artinya adalah Theory of Hidden
Variable, yang pertama kali digagaskan oleh John S. Bell untuk
mengetest EPR paradoxnya Einstein, juga dikenal dengan nama Bell's
Theorem. Coba pak Alex buka website
(http://en.wikipedia.org/wiki/Bell%27s_inequality#Bell_Inequalities).

> Jadi yang disebut hidden variable itu sendiri adalah variabel yang
tidak dapat diamati tetapi dibutuhkan untuk MENJELASKAN suatu
fenomena yang terjadi.

Komentar = AHAAAA !!!! Jadi pak Alex bukannya bicara soal EPR
paradox atao Hidden Varible nya Einstein, to … ! Melainkan yang pak
Alex maksud itu pengertian umum, bahwa dalam setiap MODEL selalu ada
variabel2 nyang oleh pak Alex disebut *hidden*, padahal istilah
nyang benar adalah dengan sengaja *eliminated*, demi untuk
memudahkan analisa matematisnya. Tuyul kira itu sih gak usah
didebatkan lagi, sebab dengan sndirinya (tacitly understood) sudah
SELALU termasuk dalam setiap model. Bahkan juga dalam model nyang
super-kompleks, seperti misalnya model Global Warming ...!

Komentar pak Alex yang lain tuyul tunggu. (wah naga2nya tuyul mesti
banyak absen dari bah Yun Hok. Kesian, deh, si Vincent Liong)

Ttd.
tuyul

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Alexander"
<alexanderkhoe@...> wrote:
>
> Hi Tuyul
>
>
> > - pak Alex bilang: Akibatnya, bagi para ilmuwan alam, semua yang
> > berada di luar kategori material atau kasat mata diasumsikan
> sebagai tidak ada.
> --------
> Mohon anda lihat kembali email yang anda tanggapi tersebut,
> pernyataan tersebut yang menulis adalah Pak Manneke, bukan saya.
>
>
> > - pak Alex bilang: Masalah hal yang kasat mata sudah
diantisipasi
> > dalam sains alam pak,ini yang disut hidden variabel dalam
mekanika
> > kuantum.
> > * wah, wah ! Terbukti lagi pak Alex ini dah kliru mengaji sains,
> ato sedikitnya ketinggalan jaman gak kira-kira. Hidden Variables
> (Bell Inequalities) dalem mekanika kuantum udah dibuktikan sebagai
> tidak eksis, artinya tidak ada. Juga kagak pernah dimasukkan
dalam
> > textbook2 yang diajarkan di univeritas, sebab cuma merupakan
> > spekulasi, yang kemudian terbukti keliru. Harap cepat2
dikoreksi,
> > dan pak Alex lain kali harus hati2, apalagi jika diskusi dengan
> > pakar2 sains. Silahkan pak Alex baca, misalnya situs
> http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
> ----------------------------
> Anda benar-benar membaca wikipedia tersebut atau sekedar
menggertak?
>
> Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
> Hidden variable theory yang dibahas adalah mengenai keberatan
> Einstein terhadap mekanika kuantum karena adanya kemungkinan benda
> bergerak melebihi kecepatan cahaya dalam mekanika kuantum karena
> sifatnya yang nondeterministik. (Note: Einstein percaya kecepatan
> maksimal adalah kecepatan cahaya) Einstein kemudian mengklaim
adanya
> hidden variable yang menyebabkan hal ini. Dan hal memang terbukti
> salah.
>
> Motif Einstein disini adalah untuk menyatakan prediksi statistik
> dalam mekanika kuantum adalah bukan kebenaran ultimate.
>
> (A hidden variables theory of quantum mechanics is one which does
not
> take the statistical predictions of the quantum formalism as the
> ultimate truth about reality.That is, it is an interpretation of
the
> mathematics of quantum physics which does not necessarily go along
> with the traditional Copenhagen interpretation in viewing nature
as
> inherently random, and the process of wave-function collapse as
> indescribable beyond what our existing equations tell us.)
>
>
> Jadi jelas anda melenceng dari topik pembicaraan yaitu dari HIDDEN
> VARIABLE menjadi HIDDEN VARIABLE THEORY. Yang saya bahas adalah
> tentang adanya hal yang tidak dipahami dimasukkan ke dalam suatu
> model , sekarang anda coba buka link pada wikipedia tersebut:
> http://en.wikipedia.org/wiki/Latent_variable
>
> In statistics, Latent variables (as opposed to observable
variables),
> are variables that are NOT DIRECTLY observed but are rather
inferred
> (through a mathematical model) from other variables that are
observed
> and directly measured. They are also sometimes known as HIDDEN
> VARIABLES, model parameters, hypothetical variables or
hypothetical
> constructs.
>
> Jadi yang disebut hidden variable itu sendiri adalah variabel yang
> tidak dapat diamati tetapi dibutuhkan untuk MENJELASKAN suatu
> fenomena yang terjadi.
>
> Untuk komentar anda yang lain akan saya tanggapi kalau ada waktu.
> Salam,
> Alexander
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "tuyul50"
> <tuyul50@> wrote:
> >
> > - pak Alex bilang: Akibatnya, bagi para ilmuwan alam, semua yang
> > berada di luar kategori material atau kasat mata diasumsikan
> sebagai
> > tidak ada.
> > * wah, wah ….!. entah pak Alex ini mengaji sains dari tulisan2
> > populer melulu, ato kurang teliti mengaji textbooknya, ato
memang
> > punya maksud menyelewengkan khalayak ramai dengan memfitnah
sains!
> > Para ilmuwan alam kagak pernah berasumsi seperti yang pak Aklex
> > bilang, yaitu bahwa semua yang berada diluar kategori material
ato
> > kasat mata (persisnya persepsi empiris) sebagai *tidak ada*.
Nyang
> > sak benernya adalah, semua nyang diluar persepsi empiris itu
> > (termasuk ada ato tidaknya Allah) itu kagak ada artinya buat di
> > diskusi kan oleh sains, alias bukan subject matter nya sains.
> > Artinya, sains dengan sadar membatasi diri hanya dalam hal2
nyang
> > bisa dipersepsi oleh pancainddera. Bukannya berarti nyang tidak
> > bisa dipersepsi itu tidak ada, ato tidak penting. Misalnya ada
ato
> > tidaknya hidup setelah mati itu justru diakui sebagai pertanyaan
> > nyang sentral dalam hidup manusia. Demikian juga ada/tidaknya
> tuyul
> > tidak perlu didusksikan (cukup jika tulisan2nya dimilis ini
dibaca
> > dan difahami, sebab cuma itu saja nyang bisa dipersepsi oleh
> > pancaindera).
> >
> > - pak Alex bilang: Masalah hal yang kasat mata sudah
diantisipasi
> > dalam sains alam pak,ini yang disut hidden variabel dalam
mekanika
> > kuantum.
> > * wah, wah ! Terbukti lagi pak Alex ini dah kliru mengaji sains,
> ato
> > sedikitnya ketinggalan jaman gak kira-kira. Hidden Variables
(Bell
> > Inequalities) dalem mekanika kuantum udah dibuktikan sebagai
tidak
> > eksis, artinya tidak ada. Juga kagak pernah dimasukkan dalam
> > textbook2 yang diajarkan di univeritas, sebab cuma merupakan
> > spekulasi, yang kemudian terbukti keliru. Harap cepat2
dikoreksi,
> > dan pak Alex lain kali harus hati2, apalagi jika diskusi dengan
> > pakar2 sains.
> > Silahkan pak Alex baca, misalnya situs
> > http://en.wikipedia.org/wiki/Hidden_variables
> >
> > In 1935, Einstein, Podolsky and Rosen wrote a four-page paper
> > titled "Can quantum-mechanical description of physical reality
be
> > considered complete?" that argued that such a theory was in fact
> > necessary, proposing the EPR Paradox as proof. In 1964, John
Bell
> > showed through his famous theorem that if hidden variables
exist,
> > certain experiments could be performed where the result would
> > satisfy a Bell inequality. If, on the other hand, Quantum
> > entanglement is correct the Bell inequality would be violated.
> > Another no-go theorem on hidden variable theories is the Kochen-
> > Specker theorem.
> > Physicists such as Alain Aspect and Paul Kwiat have performed
> > experiments that have found violations of these inequalities up
242
> > standard deviations[3](excellent scientific certainty). This
rules
> > out local hidden variable theories, but does not rule out non
local
> > ones. Theoretically, there could be experimental problems that
> > affect the validity of the experimental findings.
> >
> > * TAMBAHAN: demikian juga interpretasi Einstein bahwa Teori
Kuantum
> > itu tidak lain adalah statistik gaya baru, telah terbukti
keliru.
> > Sebaliknya nyang terbukti benar adalah lawannya, yaitu
interpretasi
> > Niels Bohr (terkenal dengan nama *Copenhagen interpretation of
> > Quantum Mechanics*). Sejak beberapa belas tahun terakhir, bukti
> > eksperimental tsb sudah menjadi rutin di laboratorium2 fisika
> > diseluruh dunia, yaitu dengan teknik laser spectroscopy
mengamati
> > sebuah ion tunggal (single ion) dalam perangkap medan
> > elektromaknit. Ternyata ion nyang tunggal tersebut bener2
> mengikuti
> > fungsi gelombang Schroedinger sebagai fungsi daripada waktu,
jadi
> > bukannya semata2 satistik dari sekumpulan besar ion, seperti
yang
> > dikira oleh Einstein. Silahkan pak Alex cari sendiri lewat
Google.
> >
> > - pak Alex bilang: Dan selanjutnya dideduksi lebih lanjut dengan
> > sifat kesimetrian dalam teori superstring.
> > * Saat ini teori superstring masih digolongkan kepada
> pseudoscience,
> > sebab tidak bisa di verifikasi secara langsung. Silahkan pak
Alex
> > verifikasi sendiri lewat Google. Sekali lagi, pak Alex lain kali
> > harus hati2, lebih2 jika diskusi dengan pakar2 sains.
> >
> >
> > - pak Alex bilang: Maka, menganggap mereka tak ada, merupakan
> > sebentuk arogansi ilmiah.
> > * wah …wah ..! Lantaran dah terbukti salah, malah sampe dua
kali,
> > maka nyang tuyul anggep arogans adalah pak Khoe sendiri ....
> >
> >
> >
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/35166
> > - pak Alex bilang: 1. Physical Reality, yang sebenarnya tidak
kita
> > ketahui secara pasti kebenarannya (truth). Hal ini dikarenakan
kita
> > berada didalam Physical reality itu sendiri,
> > * pak Alex kagak sepenuhnya benar. Per definisi, Physical
Reality
> > bisa diketahui dengan pasti, yaitu berupa data2 yang dipersepsi
> oleh
> > pancaindera (definisi kata *physical*). Tapi pak Alex benar,
bahwa
> > persepsi pancaindera itu tidak identik dengan *truth*. Ini
justru
> > nyang dimaksud oleh Kant dengan *Das Ding An Sich*, nyang tidak
> kita
> > ketahui, sebab kita terkutuk buat selamanya terkunkung dan
uthek2
> > dalam dunia persepsi pancaindera melulu. Disini Kant belajar
dari
> > agama Budha, tetapi dimanfaatkan olehnya guna kemajuan Sains.
> Baru2
> > ini di-jiplak secara tidak lengkap dan tidak rasional oleh Harun
> > Yahya, filsuf fundamentalis/kreasionis Islam model baru, nyang
> jelas
> > ketinggalan jaman beratus2 taon, bila bukannya beribu2 taon
(sejak
> > Budha).
> >
> > - pak Alex bilang: 2. Sensory Experience, inilah yang biasanya
> > disebut realitas dalam sains.
> > * Disini pak Alex benar (salut buat pak Alex). Tapi koq pak
Alex
> > membantah sendiri poin no.1 diatas tentang Physical Reality.
Harap
> > cepat2 di koreksi, supaya pembaca bisa mengerti.
> >
> > - pak Alex bilang: 3. Mental Constructs, inilah yang dapat
disebut
> > sebagai dunia konseptual. Tujuan utama dari dunia konseptual ini
> > adalah untuk memprediksi sensory experience yang akan terjadi di
> > masa depan.
> > * Sekali lagi pak Alex benar (salut lagi buat pak Alex). Apa
nyang
> > kita sebut *pengetahuan* sebenarnya adalah Mental Construct ini.
> >
> > - pak Alex bilang: Confucius saja berkata yang "While you do not
> > know life, how can you know about death? Yang kasat mata 'ada'
> bukan
> > dikarenakan spekulasi manusia saja tetapi ada karena memang
> > mempunyai efek terukur dalam realitas nyata! Jika anda tertarik
> > membahas masalah seperti "Ada atau tiadanya Tuhan dan jiwa
(soul)",
> > itu domain filsafat bung bukan science. Tidak ada yang bisa
diukur
> > sampai saat ini dalam hal tsb.
> > * Disini pak Alex benar sepenuhnya (salut lagi buat pak Alex).
> Tapi
> > koq naga2nya pak Alex membantah sendiri statement nyang paling
awal
> > diatas, yaitu *semua yang berada di luar kategori material atau
> > kasat mata diasumsikan sebagai tidak ada.* (diasumsikan =
> > spekulasi!) Nyang benar menurut filsafat Logical Positivism
adalah,
> > ada ato tidaknya Allah ato jiwa itu bukan domain daripada sains,
> > tapi domain filsafat dan agama.
> >
> > Secara garis besar paka Alex benar. Tetapi tuyul usulkan, pak
Alex
> > perlu menyeragamkan pikiran2nya, agar bebas dari self-
contradiction.
> >
> > Ttd,
> > tuyul
> > (Permisi, nyeleweng dikit nih, dari pesenannya babah Yun Hok)
> >
> > Sedikit koreksi buat tulisan pak Alex dari masa yg lalu:
bilangan
> > <minus tak terhingga> itu tidak sama dengan <plus tak
terhingga>,
> > bahkan berkebalikan ato bertentangan. Jika di paksakan untuk
sama,
> > maka pasti akan menghasilkan banyak sekali kontradiksi.
> >
> >
> >
> >
> >
> > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "Alexander"
> > <alexanderkhoe@> wrote:
> > >
> > >
> > > > Selain itu, hard science juga masih enggan mengakui
> > keterbatasannya
> > > dalam memahami hal-hal yang tak kasat mata atau immaterial.
> > > Akibatnya, bagi para ilmuwan alam, semua yang berada di luar
> > kategori
> > > material atau kasat mata diasumsikan sebagai tidak ada.
Padahal,
> > ilmu
> > > alam sendiri selalu berevolusi.
> > > ------------------
> > > Enggan? saya pikir tidak, keterbatasan adalah inheren ada
dalam
> > > setiap model yang dibangun. Semua yang mendalami pembentukan
> model
> > > pasti akan tahu tentang ketidaklengkapan suatu model. Seperti
> yang
> > > anda katakan model ini terus menerus dikoreksi tetapi
landasannya
> > > tetap sama sehingga dikatakan sifatnya konvergen. Ini
perbedaan
> > utama
> > > dengan sains sosial seperti ekonomi dan psikologi, sains
sosial
> > tidak
> > > mempunyai landasan yang sama dalam perkembangannya masing-
masing
> > > berdiri dengan asumsinya sendiri2 contohnya psikologi kognitif
> > dengan
> > > psikologi transpersonal...
> > >
> > > Masalah hal yang kasat mata sudah diantisipasi dalam sains
alam
> > pak,
> > > ini yang disut hidden variabel dalam mekanika kuantum. Dan
> > > selanjutnya dideduksi lebih lanjut dengan sifat kesimetrian
dalam
> > > teori superstring. Positivisme logis yang mementingkan
pengamatan
> > > terletak pada validasi konsekuensi dari teori tersebut.
> > >
> > >
> > > > Apa yang 100 tahun lalu dianggap tak ada karena teknologinya
> > belum
> > > menjangkau fenomen itu, kini sudah diterima sebagai ada. Tapi,
> > masih
> > > banyak lagi fenomen di luar sana yang belum terjangkau tangan-
> > tangan
> > > ilmu. Maka, menganggap mereka tak ada merupakan sebentuk
arogansi
> > > ilmiah.
> > > ------------------------
> > > Apa sih disebut ilmu (disini adalah knowledge atau science)
pak?
> > > Apakah yang disebut ilmiah? Saya pikir anda telah rancu,
ketika
> > > berbicara tentang sains (science) dengan pengetahuan
(knowledge).
> > > Masalah utamanya dalam science bukan pada ada tidaknya
fenomena
> > > tersebut, tetapi pada KEMAMPUAN MENJELASKAN dan KEMAMPUAN
> > > PREDIKSInya. Dan memang banyak pengetahuan (knowledge) lain
> > seperti
> > > naturopathy, homeopathy, akupuntur yang jelas bermanfaat
tetapi
> > belum
> > > termasuk sains. Apa yang tidak bisa dijelaskan bukan dianggap
> > tidak
> > > ada, apalagi yang sifatnya dapat terukur. Tetapi sifatnya
masih
> > > berupa data dan informasi yang kita belum mampu menjelaskan
> > apalagi
> > > memprediksi konsekuensinya.
> > >
> > > Jadi istilah arogansi ilmiah itu sama sekali tidak ada bagi
yang
> > > benar-benar mendalami hal ini. Yang ada adalah standar baku
untuk
> > > diakui sebagai suatu hal yang ilmiah.
> > >
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Endurance Zone

on Yahoo! Groups

Communities about

higher endurance.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: