Minggu, 25 November 2007

Re: [beasiswa] (Info) Times Top400 universities- Warning untuk Indonesia.......

Milisters,

Saya pribadi juga melihat realita itu, tapi saya menangkap pentingnya elemen optimisme dalam planning kita ke depan (selain mengacu pada realitas). Kalo mau berbicara tentang realita, orang dan masyarakat bisnis Indonesia sendiri juga masih mengagungkan gelar dari luar negeri dan prestige dari universitas-universitas yang diklaim sbg uni-uni top. Bagi yang melamar studi ke luar negeri (PhD, terutama) bakal ditanya lulusan S2 mana? Walaupun toh experience, skills dan kecocokan tema project juga jadi bahan pertimbangan penting juga. Kenapa kita tidak mencoba berpikir dari sudut pandang si Prof. pembimbing misalnya, "Kalo saya jadi dia mungkin saya juga akan mikir 2x terima si X yang lulusan uni. Y yg reputasi/namanya nyaris tidak pernah terdengar." Perlu dicatat ini juga realita.

Ketika orang berdebat mana yang lebih penting antara pembenahan sektor ekonomi, atau stabilitas politik, atau pembenahan sektor pendidikan untuk membawa Bangsa ini dari carut marut dan keterpurukan yg tidak kunjung reda, mungkin tiap orang punya opini/prioritas tersendiri; satu polemik dan lingkaran setan.

Kalo menurut saya pribadi, pembenahan sektor ekonomi, stabilitas politik, dan pembenahan sektor pendidikan semuanya penting. Idealnya, semua bisa dibenahi/dicapai secara simultan. Padanannya, ketika Walmart sibuk dengan konsep Every Day Low Price-nya, ketika Intel berbicara tentang First-to-Market Strategy-nya, ketika Starbuck mengeksekusi konsep Customer Experience-nya, Toyota telah mengambil satu langkah ke depan dengan careful planning-nya mencapai competitive advantage-nya di semua lini, seperti dituturkan Ken Watanabe kepada Harvard Business Review 2007. Sungguh tidak gampang dan kedengaran ambisius memang, tapi agaknya optimisme CEO Toyota telah diejawantahkan dalam suatu action/product yg banyak pihak mengapresiasi bhw mungkin Toyota telah memasuki fase itu.

Membenahi sektor ekonomi, stabilitas politik, dan sektor pendidikan secara simultan memang tidak gampang. Kalo gampang bukannya udah dari dulu Indonesia maju? Mungkin lebih maju dari tetangga kita yg serumpun. Bukannya udah di-stop dari dulu tuh yg namanya Humanitarian Aids ke Afrika? Setidaknya dengan adanya SDM yang berkualitas kita punya satu lagi competitive advantage untuk keluar dari keterpurukan. Bedakan rasanya antara konsep berikut (pernah diulas di milis ini juga): "It is possible but it is difficult" vs. "It is difficult but it is possible"

peace,

Iwan

Budi Nugroho <budi_hn@yahoo.com> wrote:
////////////// MODERATOR'S NOTE - IPG ////////////////
Sama seperti yang Budi rasakan, saya pun tidak terlalu 'percaya' dengan ranking2an seperti ini meskipun di lain pihak saya akui pula bahwa berbagai daftar ranking universitas yang dibuat oleh berbagai pihak bisa membantu calon mahasiswa dalam mencari sekolah yang dirasa 'cocok' bagi mereka.
Catatan lain: ranking dari Times ini jelas akan sedikit 'bias' ke universitas2 di Inggris (UK) karena penerbit ranking tsb berbasis di UK.
Yang tidak kalah pentingnya dalam mencermati ranking universitas adalah kriteria mereka dalam pemberian ranking karena biasanya pemberian ranking ini sifatnya multimodal sehingga elemen2 penilainnya pun mesti kita perhatikan dan perhitungkan satu per satu.
//////////////////////////////////////////////////////

Miris melihat hasil ranking Indonesia dari Times,
meskipun saya gak percaya rangking2-an, apakah ada
jaminan kalo sekolah di Uni yang top bisa
di-aplikasikan di Indonesia, banyak peneliti dan
teknokrat kita jebolan uni2 top tsb., tapi begitu
balik di Indo malah jadi birokrat atau cuman jadi
administrator negara aja.

Menurut saya "infrastruktur pendidikan" kita masih
payah bener, gak mampu bersaing di tingkat asean
apalgi Asia, padahal syarat utama globalisasi kedepan
adalah ketersediaan SDM yang mumpuni, level global
dengan locus ditingkat lokal.

Bercermin dari keberhasilan India membuat "Silicon
Valley" kedua di Bangalore adalah hal yang patut kita
contoh, apakah infrastruktur mereka lebih kuat
dibanding kita? atau jumlah penduduk miskin kita lebih
besar dari mereka? belum tentu. Jadi dimana letak
kekurangan kita?.....

Thanks.


INFO, TIPS BEASISWA, FAQ - ADS
Hanya ada di http://www.milisbeasiswa.com/

===============================

CARI KERJA?
Gabung dengan milis vacancy. Kirim email kosong ke vacancy-subscribe@yahoogroups.com.
http://www.groups.yahoo.com/group/vacancy

===============================

INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/join

(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:beasiswa-digest@yahoogroups.com
mailto:beasiswa-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:

http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: