Selasa, 04 Desember 2007

[beasiswa] [OOT] Tantangan Baru Universitas Kita

Dear all,

Just FYI, beberapa staf universitas Indonesia barusan berkunjung ke negara lain, misalnya, a) Universitas Negeri Sebelas Maret ke Univ Guandhong, China; b) Undip ke Univ Ho ChiMinh Vietnam; c) Univ Sanata Dharma ke Nanzan Univ Jepang. Setelah itu akan menyusul STSI Bandung akan ke ASWARA Malaysia, Unair akan ke Azerbaijan, Univ Ahmad Dahlan akan ke Univ Guangxi Cina, Univ Negeri Yogyakarta akan ke India, dan akan ada sekian lagi univ di Indonesia ke beberapa negara, Rusia, Jerman, Thailand, dll. Saya tidak hafal rinciannya. Yg patut dicatat, semua program itu melalui jalur Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Pada gilirannya, kerjasama di bidang bahasa dan budaya akan diperluas ke kerjasama bidang lain, terserah univ pelaku program tersebut. Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Depdiknas yang memfasilitasi semua ini.

Kini sedang digodog program lain yg belum bisa saya sampaikan di sini. Selain itu, pada bulan Mei akan ada program lain pula bagi pelajar umur 14-18 tahun. Kebetulan saya yg mereview proposal program ini pada Agustus 2007 yal saat diuajukan oleh pihak sponsor. Ternyata akan terealisir juga :o) Semoga bisa berjalan baik. Ini program besar.

Salam,

Pangesti

========================

Tantangan Baru Universitas Kita
Oleh : Harus Laksana Guntur

Assistant Professor di Tokyo Institute of Technology, Jepang "Ilmu pengetahuan harus mendatangkan peningkatan standar kualitas kehidupan umat manusia dan, kalau memungkinkan, menyelamatkan masa depan generasi yang akan datang." Berangkat dari filosofi tersebut, ilmu pengetahuan dituntut untuk terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

Penemuan-penemuan baru, sebagai produk dari pengembangan ilmu pengetahuan, harus bisa meningkatkan standar kualitas kehidupan manusia dan menyelamatkan masa depan generasi yang akan datang. Belakangan ada sebuah fenomena menarik di dunia pendidikan tinggi dunia yaitu maraknya pemeringkatan institusi pendidikan tinggi oleh media dan berbagai badan perangking dunia dengan berbagai kriterianya.

Terlepas dari pro-kontra opini yang berkembang di antara praktisi pendidikan tinggi tentang metode dan kriteria yang dipakai dalam pemeringkatan, ada banyak hal yang bisa kita ambil manfaatnya untuk perbaikan institusi pendidikan tinggi di Tanah Air. Setidaknya kita bisa banyak belajar dari apa yang sedang dilakukan dan sudah dihasilkan oleh uiversitas langganan peringkat atas dunia, seperti Havard, MIT, Stanford, Oxford, Cambridge, dan universitas papan atas lainnya dalam upaya memberikan kontribusi maksimal bagi peningkatan standard kualitas kehidupan manusia.

Universitas entrepreneur

Dalam artikelnya di majalah ilmiah terkemuka dunia, Nature, tahun 2006, Xiaogang Peng, seorang profesor di Arkansas University menulis artikel berjudul 'University spin-off: Opportunity or challenge?" Ada satu hal yang menarik untuk dikaji, apalagi kalau kita kaitkan dengan fenomena pemeringkatan universitas akhir-akhir ini. Paradigma yang mengatakan bahwa universitas adalah pusat aktivitas riset telah berkembang sedemikian pesat menjadi pusat riset dan pusat inkubasi bisnis baru berbasis inovasi teknologi, yang mampu melahirkan perusahaan-perusahaan baru (spin out company).

Peranan universitas dan lembaga riset tak bisa dibilang enteng sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. MIT misalnya, berdasarkan penelitian Boston Bank yang bertajuk MIT: The Impact of Innovation, telah berkontribusi luar biasa tidak hanya bagi AS tetapi juga bagi dunia. Para alumni MIT telah mampu membangun 4.000 perusahaan dengan sales turnover 232 miliar dolar AS. Mereka pun mampu membuka kesempatan kerja bagi sekitar 1 juta orang di dunia. Pencapaian ini telah menempatkan MIT sama dengan kekuatan ekonomi dunia pada urutan ke-24 karena sales turnover-nya setara 2 kali GDP Afrika Selatan yang besarnya 116 miliar dolar AS.

Sebuah kalkulasi yang dilakukan MIT Technology Licensing Office menyebutkan bahwa pemerintah AS memperoleh keuntungan kembali yang sangat tinggi atas dana investasi pemerintah pada pembiayaan riset ilmiah di berbagai universitas dan lembaga riset dari hasil penjualan lisensi teknologinya. Pemerintah AS mendapatkan 15 persen dari hasil penjualan lisensi teknologi tersebut.

Dari Pusat Inovasi Universitas Oxford (ISIS-Innovation), sejak didirikan tahun 1997, mereka mampu menciptakan rata-rata 1 paten per minggu dan sekitar 1 spin out company per bulan. Universitas Oxford dan Cambridge, telah berhasil menciptakan 139 spin out company dengan revenue hampir 15 milar poundsterling dari hasil penjualan lisensi teknologi penemuan barunya, pada tahun 2000-2001. Sementara di Jepang, menurut data Technology Lisencing Organization-Tokyo Institute of Technology, telah tercipta sekitar 36 spin out company dan 3.000 paten sampai akhir tahun 2002.

Informasi tersebut seharusnya mampu membuka mata kita bahwa universitas papan atas dunia mampu menjadi penggerak perekonomian lokal dan global, yang berarti membuka lapangan kerja baru berbasis inovasi teknologi. Mereka telah berhasil membuktikan dirinya layak disebut sebagai universitas entrepreneur dan kekuatan ekonomi baru dunia.

Kesiapan dan peluang


Keberhasilan dalam mendorong universitas di Tanah Air menjadi universitas entrepreneur sangat ditentukan oleh dukungan dana yang kuat, regulasi yang kondusif, serta pemahaman yang cukup dari para ilmuwan kita akan relasi teknologi-bisnis dan strategi bisnis. Sayangnya, prasyarat itu belum terpenuhi sampai saat ini. Universitas kita masih dalam masa transisi menuju universitas riset. Bahkan sebagian besar universitas kita masih jauh di bawah standar untuk bisa dikatagorikan dalam universitas yang dalam proses menuju universitas riset.

Penemuan-penemuan baru yang dihasilkan oleh ilmuwan kita sering menemui kendala pada proses komersialisasinya. Salah satu faktor penyebabnya adalah kemampuan ilmuwan kita dalam melakukan proses komersialisasi penemuan barunya masih sangat rendah. Mereka tidak memiliki pengetahuan bagaimana membangun bisnis terkait penemuannya. Dalam dunia bisnis, sebuah penemuan besar tidak selalu berarti bisa menghasilkan uang besar. Karena kenyataannya, teknologi yang diterima pasar seringkali bukan yang terbaik menurut kriteria keilmuan, dan ini harus ilmuwan sadari, kecuali penemuan yang memang cukup revolusioner.

Industri di Tanah Air bisa dikatakan lepas tanggung jawab terhadap masalah pengembangan ilmu pengetahuan. Pemerintah (pusat dan daerah) sebagai regulator seharusnya menciptakan iklim yang mampu mempererat kerja sama antara perusahaan dan universitas dalam mengemban tanggun jawab pengembangan ilmu pengetahuan. Pemerintah juga harus mempermudah regulasi terkait komersialisi penemuan riset dan merangsang proses komersialisasi penemuan baru dengan menyediakan dana bagi upaya terciptanya bisnis-bisnis baru berbasis inovasi teknologi. Pada akhirnya, universitas riset bisa menjelma menjadi universitas entrepreneur, penggerak ekonomi lokal dan global, serta memperkaya peluang riset bagi ilmuwan lokal dan mahasiswa sendiri. Mungkinkah?

Sumber : http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=315645&kat_id=16

[Non-text portions of this message have been removed]

INFO, TIPS BEASISWA, FAQ - ADS
Hanya ada di http://www.milisbeasiswa.com/

===============================

CARI KERJA?
Gabung dengan milis vacancy. Kirim email kosong ke vacancy-subscribe@yahoogroups.com.
http://www.groups.yahoo.com/group/vacancy

===============================

INGIN KELUAR DARI MILIS BEASISWA?
Kirim email kosong ke beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:

http://groups.yahoo.com/group/beasiswa/join

(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:beasiswa-digest@yahoogroups.com
mailto:beasiswa-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
beasiswa-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:

http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: