Sabtu, 23 Februari 2008

FW: [psikologi_transformatif] Re: Pendidikan Berbasis Pluralitas

Mas manneke,mau tanya nih selain baygon juga ada minyak nyong-nyong untuk jampi2?

----- Original Message -----
Subject: [psikologi_transformatif] Re: Pendidikan Berbasis Pluralitas
Date: Sun, 24 Feb 2008 0:36:11
From: pradita@telus.net <pradita@telus.net>
To: <psikologi_transformatif@yahoogroups.com>

Salah, salah, salah! Nyang betul adalah Budiman Pradita Manneke, d.h. manneke
budiman. Punya toko obat nyamuk Baygon di samping Optik Seiz, d.h. Tjun Lie.
Mau mampir? Monggo.

manneke

Quoting ayaz < hellaz1001@yahoo. com >:

> Ha..ha...iki yo lakon temenan....kabare lagi ngakak-ngakak nang
> nggurine manneke bung hahaha.....Ya udah terusin aja dulu nulisnya!!
> kite2 lagi belajar karo sampeyan kog. hehe.....salam special kanggo
> Budiman Manneke yo....dudu manneke budiman lho! hahha.....
>
>
>
>
>
>
> --- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com , audifax -
> <audivacx@.. .> wrote:
> >
> > Lha ya itu Oom Ayaz...ditunggu garamnya sampeyan.
> > Piye kabar sampeyan mas? Sudah balik ke tempatnya Cleopatra lagi?
> >
> > ayaz <hellaz1001@ ...> wrote: Tulisan
> yang memikat. Tapi lagi-lagi solusi yang ditawarkan kog
> > terasa masih jauh ya...masih.. ..maaf sedikit hambar. tp ya gak
> papa
> > lah mungkin masih harus ditambah sedikit garam biar ada yang baru
> > gitu lho bung
> >
> > --- In psikologi_transform atif@yahoogroups .com , audifax -
> > <audivacx@> wrote:
> > >
> > > Pendidikan Berbasis Pluralitas
> > >
> > >
> > > Oleh:
> > > Audifax
> > > Staf Peneliti di SMART Human Re-Search & Psychological
> Development
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > People living without rights
> > > Without their dignity
> > > How loud does one man have to shout
> > > To earn his right to be free
> > >
> > >
> > > You can keep your toy soldiers
> > > To segregate the black and white
> > > But when the dust settles
> > > And the blood stops running
> > > How do you sleep at night?
> > >
> > >
> > > Phil Collins
> > > Colours
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > Thinking outside the line. Kalimat itu sering digunakan untuk
> > menggambarkan kreativitas. Manusia pada dasarnya menggunakan garis-
> > garis konstruksi tertentu ketika berpikir dan mengolah realita di
> > hadapannya. Garis konstruksi ini tak lepas dari apa yang telah
> > dibudayakan pada diri kita. Asal mula garis itu bisa dari agama,
> > norma, kebiasaan, nilai atau hal-hal yang sifatnya (di)wajar(kan)
> > secara kultural. Maka itulah, kreativitas sering digambarkan
> > sebagai `sebuah penciptaan' yang sifatnya menembus atau melampaui
> > garis konstruksi yang telah kita anggap wajar.
> > >
> > >
> > > Dengan demikian, sebenarnya kreativitas terkait dengan apa
> yang
> > dijelaskan Derrida sebagai `dekonstruksi' . Suatu kreativitas
> adalah
> > sebuah proses dekonstruksi terhadap konstruksi yang telah dianggap
> > jamak atau biasa. Kreativitas adalah sebuah cara berpikir yang
> > melampaui konstruksi pemikiran. Pada titik ini, kita perlu
> mencermati
> > bahwa kemampuan untuk `melampaui' itu bukan dengan menafikan
> > konstruksi yang telah ada melainkan dengan mengafirmasi konstruksi
> > itu, menyadari keberadaan konstruksi itu dan melibatinya secara
> lebih
> > luwes ketimbang mereka yang terpaku pada alur-alur garis atau
> > thinking inside the line.
> > >
> > >
> > > Perkembangan jaman saat ini, memerlukan cara berpikir kreatif
> > atau dekonstruktif. Kenapa? Karena perkembangan jaman saat ini
> > menunjukkan bahwa masyarakat bukan lagi terbagi dalam kelompok-
> > kelompok besar melainkan kelompok-kelompok kecil. Ada sekian
> banyak
> > partai. Ada sekian banyak suporter sepakbola. Ada sekian banyak
> suku.
> > Masih banyak lagi bisa kita contohkan bagaimana masyarakat
> Indonesia
> > menjadi semakin terfragmentasi dalam kelompok kecil dengan ciri
> > khasnya masing-masing.
> > >
> > >
> > > Jaman sudah berubah, kita bukan lagi sebuah bangsa dengan
> narasi
> > besar yang menyatukan semuanya. Saat ini justru muncul begitu
> banyak
> > narasi kecil yang tak jarang satu sama lain bertentangan. Di
> sinilah
> > kreativitas atau cara berpikir dekonstruktif diperlukan. Penanaman
> > hal ini, mesti dilakukan sejak usia dini atau sejak anak-anak.
> Jika
> > tidak, dalam beberapa dekade ke depan, terdapat potensi meledaknya
> > berbagai pertentangan cara pandang.
> > >
> > >
> > > Pendidikan Berbasis Pluralitas
> > > Pendidikan di jaman ini, tak bisa semata berbasis kompetensi
> > (atau kompetisi) melainkan juga mesti menyertakan bagaimana anak
> > dibekali kecerdasan untuk hidup di tengah pluralitas. Kecerdasan
> > inilah yang akan membantunya thinking outside the line.
> Bagaimanapun,
> > sejak lahir manusia telah terjerat oleh jejaring struktur budaya
> yang
> > dibuatnya sendiri. Agar dapat direkognisi sebagai `seseorang',
> masing-
> > masing dari kita mesti menyandang konstruksi tertentu. Konstruksi
> ini
> > membuat kita direkognisi sebagai seseorang, entah itu seorang
> Muslim,
> > Katolik, Cina, Sunda, Pelajar, Insinyur, Psikolog, Ustad, Laki-
> laki,
> > Perempuan atau apa saja.
> > >
> > >
> > > Tanpa konstruksi itu, anda tak akan bisa hidup di tengah
> > masyarakat. Namun, konstruksi itu kerap menjerat kita untuk hanya
> > berpikir sebatas garis-garis konstruksi. Ini membuat orang
> melupakan
> > adanya sesuatu yang lain di luar garis konstruksi itu yang juga
> hidup
> > bersamanya. Inilah yang oleh para postrukturalis diidentifikasi
> > sebagai Liyan atau the Other. Kesulitan memahami Liyan atau Yang-
> Lain
> > ini tampak pada mereka yang seringkali merespon tulisan saya
> dengan
> > menyebut Liyan/Yang-Lain ini sebagai "Yang Lain-lain".
> > >
> > >
> > > Jelas beda antara Liyan dan Yang Lain-lain. Ketika kita
> > menyebut `Yang Lain-lain', masih tersirat adanya sesuatu yang
> menjadi
> > pusat dan hal-hal lain yang diidentifikasi pusat sebagai Yang Lain-
> > lain. Sedangkan Liyan, justru merupakan sesuatu yang tak mampu
> kita
> > identifikasi namun mesti disadari bahwa ia ada. Inilah sulitnya.
> > Orang yang terbelenggu dalam thinking inside the line akan
> > bertanya: "bagaimana kita menyadari jika kita tidak tahu?".
> > Pertanyaan ini pun masih menyiratkan adanya pusat karena
> menganggap
> > bahwa yang perlu disadari ada adalah sesuatu yang telah diketahui.
> > >
> > >
> > > Term `mengetahui' tak akan lepas dari bagaimana kita berpikir
> > hingga mencapai proses tahu. Masalahnya, Liyan ini adalah sesuatu
> > yang sama sekali berada di luar pikiran. Jika orang tidak
> menyadari
> > selalu ada sesuatu yang lain di luar pikirannya, maka diapun akan
> > sulit menerima pluralitas.
> > >
> > >
> > > Lalu apa hubungannya dengan kreativitas dan pendidikan di usia
> > dini? Konstruksi kultural, sebenarnya terutama tertanam sejak anak
> > menginjakkan kaki di bangku pendidikan. Agar mudah, guru kerap
> > melatih anak dengan cara-cara yang membuat anak berpikir di alur
> yang
> > telah ditetapkan. Cara ini membantu anak menguasai pelajaran,
> namun
> > juga berpotensi membuat cara berpikir mereka linier atau hanya
> > thinking inside the line.
> > >
> > >
> > > Kebiasaan berpikir linier ini tak terlalu menimbulkan masalah
> > ketika masyarakat ditertibkan oleh sebuah narasi besar yang
> > menyeragamkan semuanya, entah itu dengan jalan kekerasan
> sekalipun.
> > Namun, ketika orang mulai mendengung-dengungk an demokrasi,
> kebebasan,
> > hak asasi, maka cara berpikir linier ini berpotensi menimbulkan
> > tabrakan antara satu konstruksi sosial dengan konstruksi sosial
> lain.
> > >
> > >
> > > Persoalan inilah yang mesti menjadi pemikiran bangsa Indonesia
> > yang berslogan "Bhinneka Tunggal Ika" ini. Ke-Bhinneka- an itu
> sendiri
> > menyiratkan sebuah pluralitas yang hidup dalam sebuah ruang yang
> > sama. Keberbedaan yang satu sama lain memiliki hak hidup yang sama
> > dan tak bisa diseragamkan. Salah satu jalur yang bisa digunakan
> untuk
> > mengajarkan hidup dalam ke-Bhinneka- an adalah sekolah. Melalui
> > sekolah anak membentuk dan mengasah kecerdasannya. Di sinilah
> > diperlukan bagaimana mengajarkan sebuah kecerdasan dalam
> menghadapi
> > pluralitas.
> > >
> > >
> > > Ada cermatan lain?
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > 17 Februari 2008
> > >
> > >
> > >
> > > Tentang Penulis
> > > Audifax adalah penulis dan peneliti. Dua hasil penelitiannya
> > diterbitkan oleh penerbit Jalasutra, yaitu Mite Harry Potter
> (2005,
> > Jalasutra) dan Imagining Lara Croft (2006, Jalasutra). Bukunya
> yang
> > lain adalah Semiotika Tuhan (2007, Pinus Book Publisher).
> > >
> > >
> > > Pada April 2008 ini akan terbit buku Psikologi Tarot yang
> > ditulisnya bersama Leonardo Rimba. Buku ini akan diterbitkan oleh
> > Pinus Book Publisher.
> > >
> > >
> > > Saat ini Audifax menjabat research director di SMART Human Re-
> > Search & Psychological Development. Sebuah lembaga yang memiliki
> > concern pada riset dan pengembangan psikologi yang mengajarkan
> > pluralitas sejak usia dini. Informasi lebih lanjut, hubungi: SMART
> > Human Re-Search & Psychological Development, Jl. Taman Gapura G-20
> > (kompleks G-Walk) Citraland – Surabaya. Telp. (031) 7410121, Fax
> > (031) 7452572, e-mail: smart.hrpd@
> > >
> > >
> > > Audifax mengundang anda untuk mendiskusikan esei ini di milis
> > Psikologi Transformatif. Jika anda memiliki concern terhadap tema
> > yang ada pada esei ini, mari bergabung dengan kita yang ada di
> milis
> > Psikologi Transformatif
> > >
> > >
> > > Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
> > > Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang
> > didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung
> > dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas
> > Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat
> > sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total
> member
> > telah melebihi 2000, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di
> > milis inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang
> > sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk
> atau
> > keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai
> wacana
> > muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi "Di
> mana
> > ada manusia, di situ psikologi bisa diterapkan" di sinilah jargon
> itu
> > tak sekedar jargon melainkan menemukan konteksnya. Ada berbagai
> sudut
> > pandang dalam membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di
> Fakultas
> > Psikologi Indonesia.
> > >
> > >
> > > Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja
> yang
> > berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai
> upaya
> > untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini
> > yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak harus
> > berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung
> sebagai
> > member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak
> > lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing
> list
> > ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi
> psikologi
> > dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis
> ini
> > antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi
> > Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono,
> Abdul
> > Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang
> > aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Nuruddin
> > Asyhadie, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Ratih Ibrahim, Sinaga
> > Harez Posma, Prastowo, Prof Soehartono Taat Putra,
> > > Bagus Takwin, Amalia "Lia" Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo,
> > Felix Lengkong, Hudoyo Hupudio, Kartono Muhammad, Helga Noviari,
> > Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan,
> Arie
> > Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar
> Holid,
> > Elisa Koorag, Lan Fang, Lulu Syahputri, Kidyoti, Alexnader
> Gunawan,
> > Priatna Ahmad, J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana,
> Yunis
> > Kartika dan masih banyak lagi
> > >
> > >
> > > Perhatian: Milis ini tak ada moderator yang mengatur keluar
> masuk
> > member. Setiap member diharap bisa masuk atau keluar atas
> keputusan
> > dan kemampuan sendiri.
> > >
> > >
> > > Jika anda berminat untuk bergabung dengan milis Psikologi
> > Transformatif, klik:
> > >
> > >
> > > www.groups.yahoo. com/group/ psikologi_ transformatif
> > >
> > >
> > > ------------ --------- --------- ---
> > > Looking for last minute shopping deals? Find them fast with
> Yahoo!
> > Search.
> > >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > ------------ --------- --------- ---
> > Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.
> Try it now.
> >
>
>
>

________________________________________________________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Y! Messenger

Send pics quick

Share photos while

you IM friends.

Featured Y! Groups

and category pages.

There is something

for everyone.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: