Senin, 27 Agustus 2007

Re:Re: [psikologi_transformatif] perempuan dalam perspektif agama samawi...

Setuju mas!waktu terus berjalan,terjadi banyak
perubahan,kemajuan dan perke?
mbangan disana-sini lantas buat apa mengikuti
peraturan n prinsip2 hidup 20?
00 taun ato 1400 taun yang lalu,kecuali yah mungking
peraturan tsb msh seja?
lan dgn masa dmana kita berada.tapi toh jelas2
peraturan baru telah dibuat ?
sesuai jaman,waktu dan tempat yg kita diami...
_____________________________
Sent from my phone using flurry - Get free mobile
email and news at: http:/?
/www.flurry.com

--- Original Message ---
Date: Mon Aug 27 16:40:57 PDT 2007
From: as as <as2004as_as@yahoo.com>
To: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Subject: Re: [psikologi_transformatif] perempuan dalam
perspektif agama sam?
awi...
---

Hen, manusia itu pemikirannya berevolosi secara
progresif. Jadi tak perlu p?
emikiran sekarang harus sama dengan pemikiran 2000
tahun yang lalu atau 140?
0 tahun yang lalu.
Wahyu itu akan selalu datang setiap waktu itu maju.
Jadi, wahyu itu bukan 2000 tahun lalu saja atau 1400
tahun yang lalu saja.
Kitab suci sekarang adalah Hukum dan per-undang2an
tiap negara dan norma ya?
ng dianut pada waktu itu. Tak perlu harus yang 1400
tahun yang lalu

hendrik bakrie <henrik12syiah@yahoo.com> wrote:
?
dari salah satu web site islam..

Perempuan dalam Perspektif Agama Samawi Tuesday,
August 09 2005 @ 05:24 PM ?
WIT
Ditampilkan 128
Oleh: Sekha al-Idrus

Prolog

Pandangan dunia dan ideologi manusia berkaitan erat
dengan pandangan dunia?
dan ideologi yang disodorkan oleh agama yang
dipeluknya. Dalam berbagai h?
akikat wujud dan substansi yang dimilikinya, pemeluk
suatu agama mempunyai?
perspektif terhadap agama berupa serapan pikiran
atas apa yang dibaca ata?
u didengarnya. Ketika proses penerimaan kebenaran
terhadap konsep agama ti?
dak dibarengi dengan koreksi dan kritik maka
kemungkinan kesalahan mempers?
pektifkan berbagai subtansi wujud akan semakin
melebar. Di saat konsep ya?
ng sudah menjadi keyakinan atau masih dalam proses
berpikir tidak sesuai d?
engan kenyataan dan kejadian (alam misdaq) maka,
sudah pasti manusia akan ?
tergiring jauh dari hakekat wujud dan terjerumuslah
ia dalam dunia khayal,?
kehampaan dan berbagai kesalahan. Dan akar kesalahan
dalam keyakinan terh?
adap idealitas wujud adalah kesalahan dalam
memperspektifkannya.

Kesalahan perspektif terhadap konsep di dalam Islam
telah sampai pada pemb?
ahasan perempuan, yang oleh sebagian kalangan masih
dianggap tabu. Walaupu?
n pembahasan perspektif gender dalam Islam telah
muncul sejak kelahirannya?
, namun ketika terjadi benturan dengan tuntutan sosial
misalnya, diskursus?
ini ramai dibicarakan kembali. Banyak hal yang harus
diluruskan dalam per?
sepsi masyarakat tentang perempuan terutama anggapan
kaum laki-laki lebih ?
utama daripada kaum perempuan. Banyak kalangan yang
berbicara tentang keti?
mpangan sosial berdasarkan jenis kelamin. Islam tidak
sejalan dengan paham?
patriarki yang tidak memberikan peluang bagi
perempuan untuk berkarya le?
bih besar di dalam atau di luar rumah. Al-QurÂÂ'an
tidak mengenalk?
an konsep dosa warisan dari ibu-bapak umat manusia
(Hawa dan Adam) dalam s?
kandal buah terlarang, melainkan itu tanggung jawab
bersama keduanya. Perb?
edaan anatomi fisik dan biologis antara laki–laki
dan perempuan?
tidak mengharuskan adanya perbedaan status dan
kedudukan.

Salah satu langkah membersihkan pikiran dari
kesalahan berperspektif terha?
dap suatu substansi wujud—yang dikenalkan oleh
agama atau agama?
berperan dalam menjelaskan eksistensi
wujudnya—dengan mengadak?
an kajian perbandingan antara berbagai argumentasi
agama dalam suatu topik?
bahasan. Langkah ini mesti didahului oleh penjelasan
ukuran kebenaran dan ?
kesalahan suatu argumentasi, supaya mudah bagi kita
menentukan mana dalil ?
yang tepat dan memuat perspektif yang benar di antara
agama samawi tersebu?
t.

Ilmu Logika menjelaskan standar kebenaran suatu
argumentasi, ditandai ole?
h kesesuaiannya dengan fakta kejadian di alam misdaq.
Dengan membandingkan ?
korelasi mafhum maudhu dan mahmul suatu premis dengan
misdaq-nya, kita dap?
at mengecek kebenaran sebuah argumentasi. Dalam
artikel ini, dipaparkan be?
berapa topik pilihan dengan argumentasi dari agama
Yahudi, Nasrani (Kriste?
n) dan Islam mengenai perempuan, disertai koreksi
atas muatan kebenarannya?
.. Diharapkan pembaca lebih mudah mempresepsikan mana
unsur keyakinan yang ?
benar.

Urgensi sebuah keyakinan tidak dapat dipungkiri oleh
siapapun. Bahkan Tuha?
n Yang Maha Kuasa, melihat dan menilai kredibilitas
amal manusia berdasarka?
n keyakinan dan niatnya dalam beramal.

"Ilahi bukakan mata hati kami untuk mengenal lebih
terperinci kebenaran ag?
ama-Mu, sehingga dengan itu kami dapat menuju kepada
kedekatan diri kepada?
-Mu sebagai esensi penghambaan kami terhadap-Mu ....
âm�
®n yâ Rabbal Alamîn ".

Wanita dalam Pandangan Agama

Sebelum menganalisa lebih jauh tentang tentang
kedudukan wanita dalam Isl?
am, dalam makalah ini akan dijelaskan secara sekilas
pandangan dari berbag?
ai agama sebagai bahan studi komperatif. Sumber yang
dijadikan pijakan per?
tama adalah posted mailist yang memang keakuratannya
masih patut dipertany?
akan. Akan tetapi pendapat yang muncul dalam mailist
disertai juga dengan ?
sumber yang disepakati sebagai rujukan. Ini bukan
hanya sekedar untuk meng?
obati kekahawatiran, tetapi merupakan tuntutan dalam
diskusi.

Dari berbagai pandangan yang muncul tersebut kemudian
penulis mencari lite?
ratur Islam yang berkaitan dan mencoba menganalisanya
dengan pendekatan al?
-QurÂÂ'an berdasarkan kitab-kitab tafsir yang ada.

Yang mencolok di sini adalah kutipan terhadap sub
topik wanita dalam panda?
ngan Agama Katolik dan Yahudi, menstrual taboo dan
perspektif gender dalam?
Islam yang kami ambil dari Jurnal Paramadina. Akan
tetapi kutipan tersebu?
t semata-mata hanya dijadikan acuan dalam studi
perbandingan sekaligus me?
lengkapi berbagai sudut pandang.

Wanita dalam Pandangan Agama Katholik dan Gereja

Pertanyaan dan jawaban dari sebuah mailist[1]

Mohon penjelasan pada Romo atau saudara-saudara seiman
tentang hal-hal ber?
ikut ini. Karena terus terang saya melihat kedudukan
dan posisi perempuan ?
tidak sebaik posisi dan kedudukan pria. Apalagi dari
buku-buku yang saya b?
aca hal tersebut dilanggengkan oleh mitos "Hawa
Penyebab Dosa". Benarkah p?
endapat-pendapat tersebut? Bagaimanakah sebenarnya
kedudukan wanita dan pr?
ia dalam pandangan Katholik dan Gereja (Mohon
penjelasan dan tanggapan sec?
epatnya).

Ini adalah jawaban dari al-Kitab (Saya sadur dari
komentarnya Mas Yudhi).

1. "Tidaklah Adam yang tertipu tapi Hawalah yang
tertipu, sehingga ia term?
asuk dalam kesalahan".( I Timotius 2 : 4 ).

Inilah tuduhan abadi Injil terhadap perempuan.
Bukankah mereka berdua sama?
-sama memakan buah terlarang itu? Padahal menurut
al-QurÂÂ'an ked?
uanya sama-sama bersalah, kemudian tobat dan diampuni
oleh Allah.

2. "Adapun perempuan itu belajar dengan senyapnya dan
bersungguh-sungguh m?
erendahkan dirinya, tetapi Aku tidak mengijinkan
seorang perempuan mengaja?
r dan memerintah atas laki-laki, melainkan hendaklah
ia berdiam diri ".( I?
Timotius 2: 11-12 )

Masih adakah orang Kristen yang mau melaksanakan
perintah Injil tersebut? ?
Coba bayangkan kalau sekiranya orang-orang Kristen
benar-benar melaksanaka?
n dogma itu, tentu wanita Kristen itu akan sangat
terbelakang. Benarlah ka?
ta orang Barat yang mengatakan Kristen maju karena
meninggalkan ajaran Inj?
ilnya, sedang Islam mundur karena tidak melaksanakan
ajaran al-QurÂ?
Â'an.

3. "...demikianpun hendaknya segala istri tunduk
kepada suaminya dalam tia?
p-tiap perkara".( I Ep. Esus 22-24 ).

Benarkah seorang istri harus mengikuti segala
perintah suaminya, walaupun ?
dalam hal kejahatan? Silakan renungkan sendiri.

4. "Tidaklah laki-laki itu diciptakan untuk
perempuan tetapi perempuan it?
ulah yang diciptakan untuk laki-laki ".( Injil
Korintus 11:9 ).

Inilah biang tidak adanya kesetaraan gender itu.
Bukankah laki-laki dan pe?
rempuan sama-sama membutuhkan?

5. "Keluaran 21:7. Anda akan mendapat informasi bahwa
seorang laki-laki da?
pat menjual anak perempuannyaÂÂ" .

Apakah anda sekalian sebagai orang Kristen akan
sependapat dengan dogma al?
-Kitab tersebut ?

6. Injil ulangan 25: 11-12 yang memerintahkan kita
untuk memotong tangan p?
erempuan yang menolong suaminya.

Akankah kita melaksanakannya?

7. Bukankah seorang wanita tidak boleh berbicara atau
mengeluarkan kata-ka?
ta dalam pertemuan jemaat? Bukankah hal itu merupakan
ketidak sopanan? Dem?
ikianlah kata Injil 1 Korintus 14 : 34-35. Tapi
apakah Injil 1 Korintus 14?
: 34-35 itu masih punya kekuatan hukum? Bukankah
orang-orang yang mengaku ?
fanatik al-Kitab dengan enteng sekali melanggar
larangan al-Kitab sendiri??
Berapa banyak penginjil, pengkhotbah dan evangelis
perempuan saat ini? D?
i luar hitungan jari. Bukankah mereka selalu
melanggar al-Kitab tanpa meny?
adarinya? Bukankah para dombanya juga ikut andil
dalam melanggar al-Kitab?

8. (Tambahan) Perempuan tidak boleh bekerja (kalau
tidak salah dalam Matiu?
s ).

Bukankah pemimpin seorang perempuan adalah seorang
laki-laki? Tapi mengapa?
para pengikut setia al-Kitab suka sekali memilih
pemimpinnya seorang pere?
mpuan. Bukankah al-Kitab menegaskan dalam Injil
Korintus 11 : 3 bahwa pemi?
mpin perempuan adalah laki-laki?

Itulah ayat-ayat al-Kitab yang menyebabkan wanita
terhina dan terkutuk di ?
dunia Barat selama berabad-abad. Mari kita dengar
komentar para cendekiawa?
n Barat:

Grigory The Great berkata,"Perempuan itu mempunyai
bisa seperti jelatang j?
ahat, seperti singaÂÂ". Bernhard
berkata,ÂÂ"Perempuan itu?
anggota dari syetanÂÂ". Jerome dan Tartahan
berkata,ÂÂ"?
Perempuan itu pintu gerbang syetanÂÂ". Paus Jeraum
mengatakan,?
ÂÂ"Perempuan itu pokok kejahatan dan sumber
perdayaanÂÂ".?


Marthin Luther pendiri Mazhab Protestan berpesan agar
menjauhkan perempuan?
dari tempat pelajaran, sebab tidak ada gunanya
mendidik perempuan. Akhirn?
ya Paus Cregorius VII memberi keputusan,ÂÂ"Para padri
Kristen dila?
rang keras beristri, karena meraba tubuh perempan itu
najisÂÂ".

Wanita dalam Pandangan Yahudi[2]

Dalam ajaran Yahudi, martabat wanita sama dengan
pembantu. Ayah berhak men?
jual anak perempuan kalau ia tidak mempunyai saudara
laki-laki. Ajaran mer?
eka menganggap wanita sebagai sumber laknat karena
dialah yang membuat Adam?
terusir dari Surga.

Dalam pandangan pemuka/pengamat Nasrani ditemukan
bahwa wanita adalah senj?
ata iblis untuk menyesatkan manusia. Pada abad ke-5
Masehi diselenggarakan?
suatu konsili yang membicarakan apakah wanita
mempunyai ruh atau tidak, a?
khirnya disimpulkan bahwa wanita tidak mempunyai ruh
yang suci. Bahkan pad?
a abad ke-6 Masehi diselenggarakan suatu pertemuan
untuk membahas apakah ?
wanita manusia atau tidak. Dari pembahasan itu
disimpulkan bahwa wanita ad?
alah manusia yang diciptakan semata-mata untuk
melayani laki-laki. Sepanjan?
g abad pertengahan, nasib wanita tetap sangat
memprihatinkan, bahkan sampa?
i tahun 1805 Undang-Undang Inggris mengakui hak suami
untuk menjual istrin?
ya, dan sampai tahun 1882 wanita Inggris belum juga
memiliki hak pemilikan?
harta benda secara penuh, dan hak menuntut ke
pengadilan.

Ketika Elizabeth Blackwill, dokter wanita pertama di
dunia, menyelesaikan ?
studinya di Geneve University pada tahun 1849,
teman-temannya yang satu te?
mpat tinggal dengannya melakukan pemboikotan dengan
dalih bahwa wanita tid?
ak wajar memperoleh pelajaran. Bahkan ketika dokter
Elizabeth bermaksud me?
ndirikan Institut Kedokteran untuk wanita di
Philadelphia Amerika Serikat,?
ikatan dokter setempat mengancam akan memboikot semua
dokter yang bersedi?
a mengajar di sana.

Demikian selayang pandang kedudukan wanita dalam
al-Kitab dan pandangan p?
enganut agama Yahudi dan Nasrani. Di sisi lain,
sedikit atau banyak pandan?
gan demikian juga mempengaruhi pemahaman sebagian
pakar umat Islam terhada?
p redaksi petunjuk–petunjuk al-QurÂÂ'an
sebagaimana ak?
an disinggung berikut ini.

Asal Penciptaan Perempuan dalam Pandangan Islam

Berbicara mengenai kedudukan wanita dalam Islam,
mengantarkan kita untuk t?
erlebih dahulu melihat pandangan al-QurÂÂ'an tentang
asal kejadia?
n perempuan. Dalam hal ini, salah satu ayat yang dapat
diangkat adalah fir?
man Allah:

"Wahai seluruh manusia, sesungguhnya kami telah
menciptakan kamu (terdiri)?
dari laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan b?
ersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di a?
ntara kamu adalah yang paling bertakwa". (Al-Hujurat
ayat 13)

Ayat ini berbicara tentang asal kejadian manusia dari
seorang laki-laki da?
n perempuan, sekaligus berbicara tentang kemuliaan
manusia baik laki-laki?
maupun perempuan yang dasar kemuliaannya bukan
keturunan, suku, atau jeni?
s kelamin, tetapi ketakwaan kepada Allah swt. Memang,
secara tegas dapat d?
ikatakan bahwa perempuan dalam pandangan al-QurÂÂ'an
mempunyai ked?
udukan terhormat.

Dalam hal ini Mahmud Syaltut, mantan Syeikh al-Azhar,
menulis dalam bukuny?
a Min Tawjihat al-Islam bahwa:

"Tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan
hampir dapat dikatakan ?
sama. Allah telah menganugerahkan kepada perempuan
sebagaimana menganugera?
hkan kepada laki-laki potensi dan kemampuan yang
cukup untuk memikul tangg?
ung jawab, dan menjadikan kedua jenis kelamin ini
dapat melaksanakan aktiv?
itas-aktivitas yang bersifat umum maupun khusus.
Karena itu hukum-hukum sy?
ariat pun meletakan keduanya dalam satu kerangka.
Yang ini (laki-laki) men?
jual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar
dan dihukum, menuntut d?
an menyaksikan, dan yang itu (perempuan) juga
demikian dapat menjual dan ?
membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan
dihukum, serta menuntut dan ?
menyaksikan".[3]

Ayat al-QurÂÂ'an yang populer dijadikan rujukan
dalam pembicaraan?
tentang asal kejadian perempuan adalah firman Allah
dalam surat An-Nisa a?
yat 1 :

"Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhanmu yang
telah menciptakan ka?
mu dari nafs yang satu (sama). Dan darinya Allah
menciptakan pasangannya, ?
dan dari keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki
dan perempuan yang b?
anyak."

Banyak sekali pakar tafsir yang memahami kata nafs
dengan Adam, seperti Ja?
laluddin as-Suyuthi, Ibnu Katsir, al-Qurthubi,
al-Biqa'i, Abu as-Su'ud, da?
n lain-lain. Bahkan at-Tabarsi (abad ke-6 Hijriah)
mengemukakan dalam tafs?
irnya bahwa seluruh ulama tafsir sepakat mengartikan
kata tersebut dengan ?
Adam.

Beberapa pakar tafsir seperti Muhammad Abduh, dalam
tafsir al-Manar, tidak?
berpendapat demikian, begitu juga rekannya
al-Qosimi, mereka memahami art?
i nafs dalam arti "jenis". Namun demikian, paling
tidak pendapat yang dik?
emukakan pertama itu, seperti yang ditulis tim
penerjemah al-Qur�?
�an Depertemen Agama R.I, adalah sebagai pendapat
mayoritas ulama.

Dari pandangan yang berpendapat bahwa nafs adalah
Adam, dipahami pula bahw?
a kata zaujaha, yang arti harfiahnya adalah
(pasangannya) mengacu kepada i?
stri Adam, yaitu Hawa. Karena ayat di atas
menerangkan bahwa pasangan ters?
ebut diciptakan dari nafs yang berarti Adam, para
penafsir terdahulu memah?
ami bahwa istri Adam (perempuan) diciptakan dari Adam
sendiri. Pandangan i?
ni, kemudian melahirkan pandangan negatif terhadap
perempuan, dengan menga?
takan bahwa perempuan adalah bagian dari laki-laki,
tanpa laki-laki peremp?
uan tidak akan ada. Al-Qurthubi, misalnya, menekankan
bahwa istri Adam itu?
diciptakan dari tulang rusuk Adam sebelah kiri yang
bengkok, dan karena i?
tu wanita bersifat auja (bengkok atau tidak lurus).

Kitab-kitab tafsir terdahulu hampir sepakat
mengartikannya demikian. Pand?
angan ini agaknya bersumber dari sebuah hadis yang
mengatakan: "Saling pes?
an-memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan,
karena mereka diciptaka?
n dari tulang rusuk yang bengkok". (H.R at-Tirmidzi
dari Abu Hurairah ).

Hadis di atas dipahami oleh ulama-ulama terdahulu
secara harfiah namun beb?
erapa ulama kontemporer memahaminya secara metafora,
bahkan ada yang menol?
ak keshahihan (kebenaran) hadis tersebut. Yang
memahami secara metafora be?
rpendapat bahwa hadis di atas memperingatkan para
laki-laki agar menghadap?
ai perempuan dengan bijaksana, karena ada sifat,
karakter dan kecenderunga?
n mereka yang tidak sama dengan laki-laki. Bila tidak
disadari akan mengan?
tarkan kaum laki-laki bersikap tidak wajar, mereka
juga tidak akan mampu m?
engubah karakter dan sifat bawaan perempuan, kalau
pun mereka berusaha aki?
batnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan
tulang rusuk yang bengk?
ok.

Ide ini, seperti ditulis Rasyid Ridha dalam tafsir
al-Manarnya, timbul da?
ri apa yang termaktub dalam Perjanjian Lama (Kejadian
II: 21-22) yang meng?
atakan bahwa ketika Adam tidur lelap, maka diambil
oleh Allah sebilah tula?
ng rusuknya, lalu ditutupkan pula tempat itu dengan
daging. Maka dari tula?
ng yang telah dikeluarkan dari Adam itu, dibuat oleh
Tuhan seorang perempu?
an.

"Seandainya tidak tercantum kisah kejadian Adam dan
Hawa dalam kitab perja?
njian lama seperti redaksi di atas, niscaya pendapat
yang menyatakan bahwa?
wanita diciptakan dari tulang rusuk Adam tidak
pernah akan terlintas dala?
m benak seorang muslim". [4]

Alamah ThabathabaÂÂ'i (ra) dalam tafsirnya al-Mizan
menulis, bahw?
a ayat di atas menegaskan bahwa:

"Perempuan (istri Adam) diciptakan dari jenis yang
sama dengan Adam, dan a?
yat tersebut sedikitpun tidak mendukung paham
sementara mufasir yang beran?
ggapan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk
Adam. Kita dapat berka?
ta, bahwa tidak ada satu petunjuk yang pasti dari ayat
al-QurÂÂ'a?
n yang dapat mengantarkan kita untuk mengatakan bahwa
perempuan diciptakan?
dari tulang rusuk, atau bahwa unsur penciptaannya
berbeda dengan laki-la?
kiÂÂ".[5]

Bahkan kita dapat berkata bahwa banyak teks keagamaan
mendukung pendapat y?
ang menekankan persamaan unsur kejadian Adam dan Hawa,
dan persamaan kedud?
ukannya, antara lain surat al-Isra' ayat 70,

"Sesungguhnya kami telah memuliakan anak--anak Adam,
kami angkut mereka di?
daratan dan di lautan (untuk memudahkan mereka
mencari kehidupan). Kami b?
eri mereka rezki yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan ?
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami
ciptakan ".

Tentu kalimat anak-anak Adam mencakup laki-laki dan
perempuan, demikian pu?
la penghormatan Tuhan yang diberikan itu mencakup
anak-anak Adam seluruhny?
a, baik perempuan maupun laki-laki. Pemahaman ini
dipertegas oleh surat al?
-Imran ayat 195 yang menyatakan :"Sebagian kamu
adalah bagian dari sebagia?
n yang lain.".

Ini juga berarti bahwa sebagian kamu (hai umat
manusia yang berjenis laki-?
laki) berasal dari pertemuan ovum perempuan dan
sperma laki-laki dan sebag?
ian yang lain (hai umat manusia yang berjenis
perempuan) demikian juga hal?
nya. Kedua jenis kalimat ini sama-sama manusia, dan
tidak ada perbedaaan d?
i antara mereka dari segi asal kejadian serta
kemanusiaannya.

Menstrual Taboo[6] dan Perspektif Gender dalam Islam

Di antara kutukan terhadap perempuan yang paling
monumental ialah menstrua?
si. Teologi menstruasi ini kemudian menyatu dengan
berbagai mitos yang ber?
kembang dari mulut ke mulut di berbagai belahan bumi.
Teologi menstruasi d?
ianggap berkaitan dengan pandangan kosmopolitan
terhadap tubuh wanita yang ?
sedang menstruasi. Prilaku perempuan di alam
mikrokosmos diyakini mempunya?
i hubungan kausalitas dengan alam makrokosmos.
Peristiwa-peristiwa alam se?
perti bencana alam, kemarau panjang dan berkembangnya
hama penyebab gagaln?
ya panen petani, dihubungkan dengan adanya yang
salah dalam diri perempua?
n.

Darah menstruasi dianggap darah tabu dan perempuan
yang sedang menstruasi,?
menurut kepercayaan agama Yahudi, harus hidup dalam
gubuk khusus atau men?
gasingkan diri dalam goa-goa, tidak boleh bercampur
dengan keluarga, tidak?
boleh berhubungan seks, dan tidak boleh menyentuh
jenis makanan tertentu.?
Yang lebih penting ialah tatapan mata dari mata
wanita sedang menstruasi ?
yang biasa disebut dengan ÂÂ"mata iblisÂÂ", harus
diwasp?
adai karena diyakini bisa menimbulkan berbagai
bencana.

Perempuan harus mengenakan identitas diri sebagai
isyarat tanda bahaya man?
akala sedang menstruasi, supaya tidak terjadi
pelanggaran terhadap menstru?
al taboo.[7]

Adapun kata kosmetik berasal dari bahasa Greek,
cosmetikos yang arti dan k?
onotasinya berhubungan erat dengan kata cosmos yaitu
perihal keteraturan b?
umi. Istilah kosmetik yang sekarang ini dipakai untuk
alat kecantikan wani?
ta, lebih dekat kepada kata cosmetikos itu, yang
berarti sesuatu yang har?
us diletakkan pada anggota tubuh wanita untuk menjaga
terpeliharanya keutu?
han lingkungan alam.[8]

Dari sinilah asal usul penggunaan kosmetik yang
semula hanya diperuntukkan?
kepada perempuan yang sedang menstruasi.
Barang-barang perhiasan seperti ?
cincin, gelang, kalung, giwang, anting-anting,
sandal, lipstik, shadow, ce?
lak termasuk cadar/jilbab ternyata adalah Menstrual
Creations.[9]

Kalangan antropolog berpendapat menstrual taboo inilah
yang menjadi asal u?
sul penggunaan kerudung atau cadar atau semacamnya,
bukan seperti yang dik?
enalkan oleh agama Islam melalui ayat-ayat jilbab dan
hadis-hadis tentang ?
aurat.

Jauh sebelumnya sudah ada konsep kerudung/cadar yang
diperkenalkan dalam a?
gama Yahudi dan selanjutnya dalam Kristen. Dua agama
besar sebelum Islam i?
ni telah mewajibkan penggunaan kerudung bagi kaum
perempuan. Yang jelas tr?
adisi penggunaan kerudung, jilbab dan cadar sudah ada
jauh sebelum ayat-a?
yat jilbab diturunkan. Islam men-ta'yid-kannya dalam
rangka menyempurnakan ?
cara penutupan atau hijab syar'i perempuan Islam.
Diskursus mengenai jilba?
b dalam agama Yahudi pernah lebih seru daripada yang
belum lama ini diribu?
tkan dalam dunia Islam. Dalam agama Yahudi pernah
ditetapkan bahwa membuka?
jilbab dianggap sebagai suatu pelanggaran yang dapat
berakibat jatuhnya t?
alak karena hal tersebut dianggap suatu
ketidaksetiaan terhadap suami (...?
the women going aut in public places with uncovered
constituted legitimat?
e cause for divorce...).

Asal-usul penggunaan cadar atau kerudung dan berbagai
macam kosmetik lainn?
ya, menurut kalangan antropolog, berawal dari mitos
menstrual taboo, yaitu?
untuk mencegah si ÂÂ"mata iblisÂÂ" dalam melakukan
aksi?
nya.

Penggunaan cadar/kerudung pertama kali dikenal sebagai
pakaian perempuan m?
enstrual. Kerudung dan semacamnya juga bertujuan untuk
menutupi mata dari ?
cahaya matahari dan sinar bulan, karena hal-hal itu
dianggap tabu dan dapa?
t menimbulkan bencana di dalam masyarakat dan
lingkungan alam.

Kerudung dan semacamnya juga dimaksudkan sebagai
pengganti gubuk pengasing?
an bagi keluarga raja atau bangsawan. Keluarga
bangsawan tidak perlu lagi ?
mengasingkan diri di dalam gubuk pengasingan tetapi
cukup menggunakan paka?
ian khusus yang menutupi anggota badan yang dianggap
sensitif. Dahulu kala?
perempuan yang menggunakan cadar hanya dari keluarga
bangsawan atau orang?
-orang terhormat, kemudian diikuti oleh perempuan non
bangsawan.

Peralihan dan modifikasi dari gubuk pengasingan
menstrual huts menjadi cad?
ar juga dilakukan di New Guinea, British, Colombia,
Asia dan Afrika bagian?
tengah, Amerika bagian tengah dan lain-lain, bentuk
dan bahan cadar juga ?
berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang
lain.

Selain menggunakan cadar wanita haid juga menggunakan
cat pewarna hitam (c?
illa') di daerah sekitar mata guna mengurangi
ketajaman pandangan matanya.?
Ada lagi yang menambahkan dengan memakai kalung dari
bahan-bahan tertent?
u seperti dari logam, manik-manik dan bahan dari
tengkorak kapala manusia.

Haid dalam Islam

Istilah menstruasi dalam literatur Islam disebut
haid. Kata haid adalah is?
tilah khusus dalam al-QurÂÂ'an yang tidak ditemukan
dalam teks Ta?
urat dan Injil. Dalam Munjid fi al-Lughah kata haid,
tanpa menjelaskan asa?
l-usul dan padanannya, dari kata hâdha-haydhan yang
diartikan d?
engan darah yang keluar dari rahim wanita dalam waktu
dan jenis tertentu.[?
10]

Dalam al-QurÂÂ'an ia hanya disebutkan sekali dalam
bentuk fi'il m?
udhori'/present and future (yahidh) dan tiga kali
dalam bentuk isim masdha?
r (al-Mahidh), yaitu di dalam surat at-Thalak ayat 4
dan al-Baqarah ayat 2?
22.

Dari segi penamaannya, kata haid sudah lepas dari
konotasi teologis sepert?
i dalam agama-agama dan kepercayaan sebelumnya.
Al-QurÂÂ'an surat ?
al-Baqarah ayat 222 menjelaskan masalah haid sebagai
berikut:

"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang haid,
katakanlah: Haid adala?
h kotoran, oleh karena itu hendaklah kamu menjauhkan
diri dari wanita di w?
aktu haid, dan janganlah kamu mendekati mereka
sebelum mereka suci: apabil?
a mereka telah suci, maka campurilah mereka di tempat
yang diperintahkan A?
llah kepadamu. sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan men?
yukai orang-orang yang mensucikan diri" .

Sebab turunnya ayat itu dijelaskan dalam hadis riwayat
Ahmad dari Anas, ba?
hwa salah seorang sahabat menanyakan kepada Nabi
perihal perempuan Yahudi y?
ang apabila sedang haid, masakannya tidak dimakan dan
ia tidak boleh berku?
mpul bersama keluarga di rumahnya. Nabi diam sebentar
dan turunlah ayat te?
rsebut. Setelah ayat itu turun, Rasulullah bersabda:
"Lakukanlah segala se?
suatu (kepada istri yang sedang haid) kecuali
bersetubuh". Pernyataan Rasu?
lullah ini sampai kepada orang-orang Yahudi,
akibatnya orang-orang Yahudi ?
dan mantan penganut Yahudi shock mendengarkan
pernyataan tersebut. Apa ya?
ng selama ini dianggap tabu, tiba-tiba dianggap
sebagai hal yang alami.

Rasulullah saww dalam banyak kesempatan menegaskan
kebolehan melakukan kon?
tak sosial dengan wanita haid."Segala sesuatu
dibolehkan untuknya kecuali ?
kemaluannya (faraj)". Rasulullah dalam riwayat lain
bersabda: "Segala sesu?
atu boleh untuknya kecuali bersetubuh (al-jima' )".
Bahkan Rasul seringkal?
i mengamalkan kebolehan itu dalam bentuk praktek.
Riwayat lain yang disamp?
aikan A'isyah, antara lain A'isyah pernah minum dalam
satu bejana yang sam?
a dengan Rasulullah sedang ia dalam keadaan haid. Ia
juga pernah mencerita?
kan Rasul melakukan segala sesuatu selain bersetubuh
(jima') sementara dir?
inya dalam keadaan haid, Rasul juga sama sekali tidak
memperlihatkan perla?
kuan taboo terhadap darah haid dan bekasnya yang ada
di pakaian A'isyah. [?
11]

Demikian beberapa cuplikan masalah perempuan yang
sempat dimuat dalam tuli?
san ini yang dianggap kontroversi dalam ketiga agama
besar dunia tersebut?
.. Tetapi pandangan terbaik yang menempatkan perempuan
pada posisinya dan m?
enghargai nilai kemanusiaannya, dapat kita lihat dari
apa yang diutarakan ?
secara gamblang oleh agama Islam. Tentu saja setelah
mengadakan pengkajian?
, mengingat informasi Islam sejak berangkat dari
sumber aslinya, telah mel?
intasi perjalanan panjang sejarah sehingga ketika
sampai ke tangan kita nil?
ai keasliannya mungkin saja telah terbungkus berbagai
pengaruh teologi lai?
n dan pandangan metafora umat.[]

----------------------------------------------------------?
-----

[1] Re: wanita dalam pandangan Al-kitab.htm, posted
by Neta on October 24,?
2001.

[2] Koleksi Diskusi Internet Desember ÂÂ'97, Quraish
Shihab Peremp?
uan (1 – 4 ).htm.

[3] Syaltut, Muhammad, Min Tawjihat al-Islam.

[4] Ridha, Rasyid, Tafsir Al-Manar, IV : 330.

[5] ThabatabaÂÂ'i, Muhammad Husein, Tafsir Mizan.

[6] Menstrual Taboo, Jurnal Pemikiran Islam
Paramadina. HTML Document.

[7] Thomas Buckley.

[8] Judi Grahn, Blood, Bread and Roses.

[9] Ibid, hal: 89-95.

[10] Lonis MaÂÂ'luf, al-Munjid, Beirut.

[11] Tafsir al-QurÂÂ'an al-Azhim, juz I, hal. 258.

---------------------------------
Luggage? GPS? Comic books?
Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search.



---------------------------------
Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives
answers, not web links?
..

__________________________________________________________
Choose the right car based on your needs. Check out Yahoo! Autos new Car Finder tool.
http://autos.yahoo.com/carfinder/

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Featured Y! Groups

and category pages.

There is something

for everyone.

Yahoo! Groups

Going Green

Share your passion

for the planet.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: