Kamis, 06 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Fwd: Re: Synesthesia

at: http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/3047

"hadizhan" <hadizhan@...> wrote:

Dear Vincent,

Baiklah, saya bisa memahami pandangan Vincent bahwa Kiranti merupakan
minuman kaya rasa karena berupa campuran dari beberapa herbal,
karenanya tak sesederhana dipetakan ke tangga nada yang telah
distandardisasi frekuensinya. Mungkin Kiranti lebih tepat
diterjemahkan menjadi lukisan, chord musik atau bahkan sebuah lagu,
atau bila menggunakan paradigma TCM, ke campuran lima elemen. Kemudian
saya paham bahwa penterjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain
bersifat individual alias subjektif. Jadi saya ambil kesimpulan,
tolong koreksi kalau salah, orang yg berbeda-beda bisa menterjemahkan
rasa Kiranti ke makna/campuran nada yg berbeda-beda sehingga pembakuan
secara objektif (yg berlaku bagi semua) tak banyak gunanya untuk
individu, ukuran bisa meleset. Pembakuan objektif yg berlaku universal
bukan yg saya cari pada saat ini. Saya lebih tertarik pada pembakuan
subjektif, selama subjektivitasnya (bisa dibuat) konstan untuk
seseorang dengan pemposisian tertentu sehingga bisa dimanfaatkan untuk
pattern recognition (mengenal pola).

Vincent Liong answer:

Bukan itu masalahnya. Misalkan rasa kiranti dalam penggaris ukur
dianggap pada posisi X, maka harus ada penggaris ukur itu sendiri yang
terdiri dari berbagai macam minuman lain sebagai alat pembanding.
Tangga nada pun ada harus ada titik pembanding sehingga nilai Do
misalnya harus punya standart tertentu baru bisa menentukan nilai Re,
Mi, Fa, Sol, dlsb.

Secara objective bisa saja manusia menyimpulkan seperti teori cakra,
teori tangga nada, teori rasa, dlsb tetapi dalam praktiknya
standarisasi yang dibuat telah mengabaikan banyak informasi tentang
rasa itu sendiri, dipilih salahsatu saja lalu digeneralisasi sebagai
kebenaran. Dalam ilmu apapun ada sifat kira-kira dimana ada tingkat
toleransi kesalahan yang tidak pernah bisa benar-benar 0%.

Tidak ada pembakuan subjective karena tidak ada kiranti yang
berhadapan dengan satu jenis kumpulan minuman lain saja, pembakuan
subjective hanya berlaku pada satu kondisi yang harus persis sama
saja, karena tidak bisa diempiriskan dengan diubah kondisinya maka
tidak bisa disebut pembakuan.

"hadizhan" <hadizhan@...> wrote:

Dari pertanyaan balik Vincent, saya melihat tujuan saya lebih ke point
2, menciptakan orang yg punya kemampuan synesthesia, yg peka terhadap
asosiasi nada ke hal lain seperti warna, perasaan, rasa
minuman/makanan. Contohnya orang yang begitu mendengar nada A, langung
"melihat" warna merah. Terlepas dari subjektivitas penglihatannya,
selama nada A (frekuensi = 440 gelombang/detik) selalu memunculkan
penglihatan warna merah yg sama, maka orang tersebut bisa langsung
mengenali nada A lewat asosiasi. Dengan demikian, orang tersebut
menjadi punya kemampuan perfect pitch, mengenal nada secara langsung.
Nah, khusus menterjemahkan nada ke warna, terlepas dari adanya
perbedaan ampitudo nada/intensitas cahaya, timbre/karakter nada
(piano, harmonika, cymbal dll), terlihat ada komponen yang sama yakni
frekuensi sehingga saya lihat bisa dipetakan satu nada ke satu warna,
tidak seperti pemetaan Kiranti.

Vincent Liong answer:

Saya melihat anda masih di point pertama karena anda masih mengabaikan
bahwa sebelum bicara asosiasi terhadap rasa dan frekwensi nada maka
dokterin frekwensi perlu dipelajari dulu oleh orang tsb sebelum mampu
mencocok-cocokkan / membandingkan.

Bisa saja seseorang peka terhadap warna, rasa, nada, dlsb tetapi kalau
tidak memiliki variable dokterin frekwensi sesuai standart yang
dipakai maka bagaimana bisa ia membuat perkiraan, masalahnya entah
rasa, nada warna, dlsb itu sangat relatif tingkat kepekatan,
konsentrasinya jadi tidak bisa dikatakan sekedar merah lalu dianggap
standart. Definisi merah, manis, do, dlsb pada tiap orang berbeda ya
berbeda karena beda pengalamannya.

"hadizhan" <hadizhan@...> wrote:

Jadi bila saya coba perjelas dan perinci, inti pertanyaan saya apakah
proses dekon bisa menginstall software kamus penterjemah bahasa nada
ke bahasa warna/perasaan dll dengan aturan penterjemahan subjektif
bagi masing-masing orang tergantung pemposisiannya.

Vincent Liong answer:

Jelas dekon tidak bisa menginstall kamus nada, kamus warna, kamus
perasaan, kamus rasa, dlsb. Harap membedakan proses penerjemahan
dengan kamusnya sendiri pada masing-masing bahasa tertentu.

"hadizhan" <hadizhan@...> wrote:

Bila instalasi software penterjemah nada ke warna lebih ke tujuan
mengembangkan hobbi musik, maka saya juga ingin bertanya soal
instalasi software pattern recognition lain khusus untuk instrumen
investasi. Sehubungan dengan tema kerugian dalam margin trading
instrumen futures hanseng/forex yg dialami Istiani, saya ingin
bertanya apakah kepada orang seperti Lulu, yg dalam hal ini saya
asumsikan berperan sebagai wakil pialang untuk Istiani, bisa diinstall
software untuk membaca tekanan jual atau tekanan beli pada saham atau
futures sehingga bisa memutuskan timing optimal untuk masuk (buy di
lembah saat harga rendah) dan timing optimal untuk keluar (sell di
puncak saat harga tinggi). Untuk hal ini, meski merupakan salah satu
sudut pandang yang wajar, mari kita lepas sementara pemposisian bahwa
permainan hanseng itu adalah judi minus sum game yang berbahaya.
Memang Hanseng index futures sangat tidak dianjurkan untuk pemula yang
belum mengerti bahayanya investasi di instrumen finansial. Artinya
pilihan Istiani yang sama sekali belum berpengalaman memang gegabah
sehingga menjadi pembelajaran yang agak mahal. Tapi bukan berarti
potensi yang dilihat Istiani itu tidak ada. Menyimpan uang di deposito
hasilnya jauh lebih kecil bila dibanding menginvestasikan dana ke
saham yang tepat pada saat yang tepat. Harga beberapa saham
pertambangan yang ada di bursa efek jakarta telah mengalami
pertumbuhan lebih dari 100% sejak Agustus tahun 2007 ini. Jadi
potensinya memang ada. Khusus untuk "judi" hanseng, memang agak
riskan, tetapi tidak sekecil probabilitas judi lain seperti roullette.
Hanseng atau harga saham hanya punya dua probabilitas, harga naik atau
harga turun. Dan probabilitasnya bukan random murni, sebab ada
kecenderungan selagi diminati (bullish), harga akan cenderung naik.
Tapi apabila kesan trader nilainya sudah lebih dari tingkat wajar
sehingga tidak diminati lagi atau malah perlu dihindari (bearish),
maka harga akan cenderung turun. Selama seseorang bisa membaca market
demand terhadap suatu saham, maka orang tersebut bisa memanfaatkan
trend naik atau trend turun untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu,
terutama untuk pemula, ilmu trading yg berdisiplin wajib dipelajari
untuk menghindari kerugian besar sampai modal habis. Salah satu
disiplin wajib (wajib bagi trader berpengalaman) yang saya perkirakan
tidak/belum dijalankan Lulu adalah memasang stop loss sehingga
kerugiannya tidak perlu sampai $4000 amblas malah minta setoran margin
lagi. Disamping itu, investasi ke saham atau future trading itu banyak
hubungannya dengan psikologi trading yang berkisar pada greed and
fear. Pengalaman akan mengajarkan kepada trader bahwa greed
(ketamakan, ingin untung cepat) dan fear (ketakutan, kuatir rugi) akan
menyebabkan banyak kerugian. Jadi bila dengan dekon bisa diinstall
program yang mampu mengendalikan greed and fear serta mampu membaca
market demand (buying pressure atau selling pressure) terhadap suatu
saham, maka dengan disiplin tinggi, uang yang diinvestasikan mampu
mengalami steady growth. Pertanyaannya adakah kemungkinan dekon
dipakai untuk hal ini, meningkatkan kepekaan bermain saham? Bila bisa
menginstall software untuk pilot membaca tekanan, kelembaban udara,
saya berpikir apakah tak mungkin diinstall software untuk membaca
tekanan beli/jual, toh hampir mirip. Yang satu membaca perubahan alam,
yang lain membaca perubahan greed and fear sekelompok manusia
(trader/investor).

"hadizhan" <hadizhan@...> wrote:

Untuk kasus Lulu dan Istiani tidak ada samasekali hal-hal bersifat
skill pengukuran di sana. Perusahaan Maxgain memang terkenal sebagai
perusahaan future bermasalah dimana bisa anda search sendiri di
internet kasus-kasusunya sejak sekian tahun lalu. Lulu sendiri sebagai
agen Maxgain dengan sadar bekerja di sebuah perusahaan penipuan memang
secara sadar untuk mendapatkan keuntungan dengan menipu nasabah, maka
dari itu tidak ada guilty feeling. Istiani sendiri sudah merasa tidak
enak sebelum bermain, sudah dinasehati oleh saya, Rio dan Andy, tetapi
karena dirayu dengan mimpi-mimpi indah, menganggap Lulu bisa dipercaya
maka faktor pengukuran bisa diabaikan. Istiani sendiri tidak tahu
apa-apa soal variabel permainan maxgain yang bisa untung dan bisa
rugi, informasi yang diperoleh hanya yang baiknya saja, lagipula
Istiani mentandatangani surat kuasa, mempercayakan Lulu untuk bisa
memainkan uangnya.

Jadi US$8000 ini adalah biaya yang harus dikeluarkan Istiani untuk
menguji kepercayaannya terhadap Lulu. Kepercayaan bukan pengukuran dan
pengukuran bukanlah kepercayaan.

Kalau mau bicara konteks pengukuran maka harus bicara dengan pemain
yang memang belajar variabel yang ada di dalam permainan, misalnya
Aryo juga harus belajar saham sebelum menerapkan kompatiologi untuk
bermain saham.

Ttd,
Vincent Liong
Jakarta, Kamis, 6 Desember 2007

--- End forwarded message ---

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Yahoo! Groups

Women of Curves

Discuss food, fitness

and weight loss.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: