Jumat, 21 Desember 2007

[psikologi_transformatif] Re: Baik & Buruk, Boleh & Tidak Boleh ... dst.

Dari: "Sjahrazad Alamsjah" <sjahrazad@...>

>HUDOYO:
>Baik dan buruk, boleh dan tidak boleh, positif dan negatif, kiri dan kanan, yin & yang, semua itu ciptaan pikiran manusia. Pikiran manusia selalu membanding-banding, memilah-milah dan memilih-milih.
----------------------
Apakah pikiran mampu mencipta atau menyadari?

Seorang balita tidak menciptakan baik, buruk saat memegang lilin yang
menyala. Dia merasakan hal yang 'buruk' saat itu. Hal buruk itu kita
namakan panas, agar bisa diekspresikan.

Jadi menurut si Doel segala sesuatu itu telah eksis, sebelum fikiran
itu sendiri menyadarinya.

Disaat detik menyentuh panas, barulah fikiran memilah diantara enak
dan tidak enak, dingin dan panas.

***

>"Di mata Tuhan"--artinya secara mutlak--dari tiap pasangan itu, kedua
>sisinya tidak berbeda sama sekali.
-----------------------
Bisa iya bisa pula tidak. Selama kita belum pernah menjadi kang tuhan, maka tampaknya tak akan ada satupun rumusan yang baku dalam hal kemutlakan.

Ini justru ciptaan fikiran, untuk memperkuat apa yang diolah secara
fikir atau apa yang dialami secara batin.

Fikiran tidak akan pernah mengerti sisi mata tuhan.

***

>"Kebenaran Sejati tidak bisa dicari, baik secara bersungguh-sungguh,
>apalagi secara santai (tidak bersungguh-sungguh). Hanya di dalam DIAM,
>Kebenaran Sejati itu muncul."
>
>DIAM itu mudah mengatakannya, tapi sangat sedikit orang yang sampai
>kepadanya, karena tidak ada jalan ke situ.
>
>Salam,
>Hudoyo
------------------------

Kalau kita berbicara mengenai Kebenaran Sejati, hal hal yang mutlak absolut, ini tidak akan pernah lepas dari ciptaan fikiran itu kembali.
Karena fikiran mencoba merumuskan, membuat kesimpulan terhadap sesuatu yang mutlak tersebut. Apapun, walaupun itu berasal dari pengalaman batin yang terdalam.

Kebenaran Sejati tanpa rumusan. Sekali dirumuskan maka akan masuk kepada olah fikir kembali. Diam yang tanpa bandingan, diam yang mutlak juga tanpa rumusan.

Jadi betul, tidak bisa dicari, tetapi juga tidak bisa dirumuskan.

Tao yang dikatakan itu bukanlah Tao itu sendiri..

nuwun,
si Doel

====================================
HUDOYO:

>Apakah pikiran mampu mencipta atau menyadari?
>Seorang balita tidak menciptakan baik, buruk saat memegang lilin yang
>menyala. Dia merasakan hal yang 'buruk' saat itu. Hal buruk itu kita
>namakan panas, agar bisa diekspresikan.
>Jadi menurut si Doel segala sesuatu itu telah eksis, sebelum fikiran
>itu sendiri menyadarinya.
>Disaat detik menyentuh panas, barulah fikiran memilah diantara enak
>dan tidak enak, dingin dan panas.
------------------------
'Panas', 'dingin' adalah sifat-sifat fisik. Tanpa makna, tanpa nilai.
Yang memberi nilai adalah pikiran/si aku: "baik", "buruk", yang adanya hanya di dalam pikiran, muncul di dalam pikiran: "baik" kalau dianggap bermanfaat bagi si aku, "buruk" kalau dianggap tidak bermanfaat bagi si aku.
Jadi, nilai/makna itu baru muncul ketika pikiran/si aku bergerak.
Selama pikiran/si aku tidak bergerak, tidak ada nilai, tidak ada makna. Yang ada hanyalah 'apa adanya'.

***

>Bisa iya bisa pula tidak. Selama kita belum pernah menjadi kang tuhan, maka tampaknya tak akan ada satupun rumusan yang baku dalam hal kemutlakan.
>Ini justru ciptaan fikiran, untuk memperkuat apa yang diolah secara
>fikir atau apa yang dialami secara batin.
>Fikiran tidak akan pernah mengerti sisi mata tuhan.
-----------------------
"Tuhan", "Kebenaran Sejati", "Yang Mutlak", dsb, semua itu cuma 'telunjuk', 'penunjuk'. Jangan terpaku pada 'telunjuk', jangan menggeluti 'telunjuk' dengan pikiran.

'Telunjuk' itu perlu; orang-orang yang telah bebas menggunakan 'telunjuk' itu untuk mengacu kepada suatu taraf kesadaran yang lain, di mana pikiran yang kita kenal ini tidak berfungsi lagi, di mana si aku tidak ada lagi.
Taraf kesadaran itu oleh Bernadette Roberts dinamakan "The Unknown", oleh J Krishnamurti dinamakan "It" atau "The Otherness", oleh Buddha dinamakan "Yang tak dilahirkan, tak terbentuk, tak tercipta, tak tersusun", "Tanpa Aku". Tapi, sekali lagi, semua itu sekadar 'telunjuk'.
Pertanyaannya sekarang: alih-alih menggeluti 'telunjuk' dengan pikiran, sudahkah kita masuk ke dalamnya?

***

>Kalau kita berbicara mengenai Kebenaran Sejati, hal hal yang mutlak absolut, ini tidak akan pernah lepas dari ciptaan fikiran itu kembali.
>Karena fikiran mencoba merumuskan, membuat kesimpulan terhadap sesuatu yang mutlak tersebut. Apapun, walaupun itu berasal dari pengalaman batin yang terdalam.
>Kebenaran Sejati tanpa rumusan. Sekali dirumuskan maka akan masuk kepada olah fikir kembali. Diam yang tanpa bandingan, diam yang mutlak juga tanpa rumusan.
>Jadi betul, tidak bisa dicari, tetapi juga tidak bisa dirumuskan.
>Tao yang dikatakan itu bukanlah Tao itu sendiri..
------------------------
Sudah dikatakan di atas, "Kebenaran Sejati" itu sekadar 'telunjuk' menunjuk kepada suatu keadaan kesadaran yang lain sekali dari kesadaran pikiran/si aku sehari-hari. Jadi, janganlah 'telunjuk' itu dicoba rumuskan, melainkan masuklah ke situ, di mana pikiran/si aku ini berhenti.

Salam,
Hudoyo

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Yahoo! Groups

Get info and support

on Samsung HDTVs

and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: