Rabu, 02 Januari 2008

Bls: [psikologi_transformatif] Psikologi 'amoral' dan Psikologi moral

Pandangan saya dikuatkan juga oleh pengalaman praktis juga :
Suatu hari saya pergi ke bank swasta asing dan seperti biasanya saya bertemu dengan bagian customer relation dulu yang sudah lama saya kenal. Karena menunggu waktu cukup lama, saya iseng2 bertanya : ' Anda lulusan dari PT mana ? '.
Saya surprise ternyata dari Akademi Perhotelan.
Bagaimana bisa dia bersaing dengan lulusan dari jurusan yang berkaitan dengan perbankan ?
Dia sendiri tidak tahu, tapi sejauh yang saya kenal, dia mempunyai kepribadian yang menarik, terbuka, trampil berkomunikasi, mau belajar......sehingga akhirnya saya mengambil kesimpulan :
bagi perbankan yang pasti sdh punya sistem training yang mantap, adalah lbh mudah mengupgrade orang baik supaya memahami hal teknis yang berkaitan dengan pekerjaannya, daripada mengkoreksi orang dengan IQ dan IP tinggi tapi kepribadiannya mentah yang sdh bisa diramalkan akan menjadi part of the problem dalam Tim Work.
Jadi tidak ada kaitannya dengan moral dalam arti yang kita mengerti sehari-hari.
Bahwa segala sesuatu di alam semesta ini merupakan jejaring, itu adalah fakta.
Lihatlah bagaimana galaxies yang saling terkait dan bersama menari ; lihatlah dunia sub-atomic, ecological cluster dsb.

Di Yunani zaman pre-Socratic juga ada dua cara pandang :
Promotheus (semuanya berubah terus menerus yang kemudian ternyata paralel dengan globalisasi yang sekarang terjadi) dan Parmenides (ada sesuatu yang tetap dan tak berubah) yang kemudian diikuti oleh Democritus dengan konsep atom (artinya a-tomos, tidak bisa dipecah lagi).
Pada era Pencerahan abad 18, memang Parmenides yang tampil, tapi sekarang Promotheus mulai unjuk gigi !
Buddha, Konfusius, Lao Tzu, Mpu Tantular sudah melenggang tanpa masalah jauh sebelum Pencerahan abad 18
 
Salam,
JS

----- Pesan Asli ----
Dari: Woli Kertajiwa <wolikertajiwa@yahoo.com>
Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Terkirim: Rabu, 2 Januari, 2008 4:12:25
Topik: [psikologi_transformatif] Psikologi 'amoral' dan Psikologi moral

Sudah sejak lama psikologi dicurigai oleh kaum 'moralis' / agamawan dan sebagai ilmu yang kurang bermoral dan kurang ajar pada agama. Sebagai misal, Freud sebagai tokoh terkemuka Psikologi tidak beragama bahkan cenderung mengejek.
 
Selanjutnya ada yang berusaha memadukan agama dengan Psikologi: (a) ada yang dalam tataran praktis-terapan, misalnya Psikoterapi Pastoral, (b) ada yang berusaha meruntuhkan bangunan atau mengganti fondasi Psikologi mainstream dalam tataran Psychology as a Science dengan mengajukan Psikologi baru yang 'relijius, bermoral, beretika' .
 
Di milis ini, teman saya Pak Jusuf Sutanto, mencoba menawarkan 'paradigma baru' dalam psikologi yang berlandaskan moral interkoneksi umat manusia dalam jejaring semesta. Paradigma yang bermula dari pandangan hidup timur (khususnya Cina-Jepang- India) yang kemudian disofistikasi oleh Fritjof Capra dalm 'the web of life'. Sederhananya : psikologi jangan dimulai dengan bicara soal ego dan kepuasan diri, tapi  harus dimulai dengan kesadaran universal interkoneksi antar umat manusia termasuk alam. 
 
Klik URLs berikut dan anda akan lihat beberapa kisah mengenai hal-hal yang  dikemukakan diatas :
 
Sementara itu Psikologi mainstream sudah hidup dalam jurnal-jurnal ilmiah psikologi, dalam penelitian-peneliti an ilmiah kuantitatif dan kualitatif bidang psikologi, dalam Fakultas-fakultas Psikologi seluruh dunia yang terus menerus meningkatkan mutu (termasuk daya jualnya). Dan juga dalam kode etik dan lembaran negara (hukum-hukum) yang mengatur Psikologi, Ahli Psikologi, dan Psikolog.
 
Ilmiah sendiri sudah punya standar yang diakui secara internasional, dengan metodologi keilmuan yang terstruktur.   
 
Apakah Psikologi sebagai ilmu bebas nilai ? Psikologi mainstream mengusahakan hal itu. Patokannya adalah semata-mata standar ilmiah, bukan moral atau nilai-nilai tertentu.
 
Apakah benar-benar bebas nilai ? tentu akan ada yang 'arguing' gak mungkin Psikologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya benar-benar bebas nilai. Kalaupun argumentasi ini benar, bukan berarti akan boleh-boleh saja 'memasukkan aspek moral / nilai-nilai  / ideologi tertentu'  sesuai pesanan moral pihak tertentu...komunita s ilmuwan Psikologi tentunya akan mempertanyakan , ya kan ? Jangan-jangan nanti psikologi jadi ilmu yang amat provinsialisme, bahkan primordial.. .
 
Mana yang akan jadi paradigma :  Psikologi 'amoral' atau Psikologi 'moral' ?
Silahkan member milis ini menjawab.
  
Happy New Year 2008.
WK

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger .yahoo.com




Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Find great recruits

for your company.

Real Food Group

on Yahoo! Groups

What does real food

mean to you?

Health & Fitness

on Yahoo! Groups

Useful info for the

health conscious.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: