Minggu, 02 September 2007

[psikologi_transformatif] Re: MUTIARA KEHIDUPAN (08/30): ... Saya akhiri sampai di sini saja!

Dari: Yao Sugiar yao sugiar <yao_sugiar@yahoo.com>

>>>PELIHARALAH KETIDAKPUASAN
>>>
>>>Bukankah ketidakpuasan [discontent] itu penting dalam hidup kita, penting bagi setiap pertanyaan, bagi setiap penyelidikan, bagi penelusuran, untuk menemukan apa yang nyata, apa itu kebenaran, apa yang penting dalam hidup? Saya mungkin memiliki ketidakpuasan yang menyala-nyala ini di perguruan tinggi; lalu saya mendapat pekerjaan yang baik, dan ketidakpuasan itu lenyap. Saya puas, saya berjuang untuk menyokong keluarga saya, saya harus memperoleh nafkah, dan dengan demikian ketidakpuasan saya reda, musnah, dan saya berubah menjadi manusia remeh yang puas dengan hal-hal sehari-hari, dan saya bukan lagi tidak puas. Tetapi nyala api itu harus tetap dipelihara dari awal sampai akhir, sehingga terdapat penyelidikan sejati, penelusuran sejati menyelami masalah apa itu ketidakpuasan. Oleh karena batin mudah sekali mencari obat untuk membuatnya puas dengan sifat-sifat baik, dengan kualitas-kualitas, dengan ide-ide, dengan tindakan-tindakan; ia menegakkan suatu rutinitas dan terperangkap di dalamnya. Kita kenal sekali dengan itu, tetapi masalah kita bukan bagaimana meredakan ketidakpuasan, melainkan bagaimana memeliharanya supaya tetap membara, hidup, vital. Semua kitab-kitab suci kita, semua guru-guru spiritual kita, semua sistem politik mendamaikan batin, meredakan batin, mempengaruhi batin supaya surut, mengesampingkan ketidakpuasan dan berkubang di dalam salah satu bentuk kepuasan ... Bukankah penting untuk tidak puas agar dapat menemukan apa yang benar?
>>>
>>>Dari: J. Krishnamurti, "The Book of Life"
>>>
>>>HUDOYO:
>>>Lagi-lagi tampak di sini perbedaan yang bertolak-belakang antara meditasi sejati dan ajaran-ajaran keagamaan. Ajaran-ajaran keagamaan pada umumnya membuat orang merasa saleh, merasa kekal abadi, merasa puas diri, padahal sebetulnya tidak ada perubahan apa pun dalam batin.
>>-----------------
>>YAO SUGIAR:
>>Sejak dahulu yang menyejukan hati adalah dapat mengerti hal baru,
>>Orang-orang seperti ini bolehlah menjadi "Guru Sejati".
>>
>>Berteman dengan Damai akan terasa Indah,
>>Memilih tidak memelihara Damai, Tidak mungkin bisa mengerti.
>>
>>Kebiasaannya tidak memelihara Damai,
>>Tidak mungkin selamanya memelihara janji,
>>Tidak mungkin selamanya memelihara cinta kasih.
>>Tidak mungkin selamanya memelihara kebahagiaan,
>>Kebiasaannya memelihara Damai,
>>Kebodohan meninggalkan dirinya.
>>Tajam Pikiran, Ucapan, Tindakannya.
>>Hidupnya selalu Tenang, Aman, Tenteram, Sejahtera.
>>Dapat menjadi orang baik, dapat menjadi orang jahat pula.
>>Tanpa memikirkan terlebih dahulu perbuatannya ditujukan untuk Damai.
>---------------------
>HUDOYO:
>Pikiran Anda kental sekali dengan dualitas: memilih "damai" & menolak "tidak damai". Itu ajaran agama, bukan meditasi sejati.
-----------------------
YAO SUGIAR:
Boleh dikata setiap agama memiliki metode meditasinya masing-masing,
Akan tetapi suatu metode meditasi tidak terikat pada ajaran agama,
Selama metode meditasi yang digunakan dapat membantu mencapai emosi nol boleh dikata metode meditasi tersebut adalah meditasi sejati.
Disadari maupun tidak disadari, memeluk salah satu kepercayaan maupun tidak memeluk salah satu kepercayaan, orang yang hidupnya tidak memiliki maksud jahat, hidupnya akan Tenang. Kalau diperluas pedoman hidupnya adalah atas dasar Damai, Amal, Karya.

===================
HUDOYO:

Tidak ada yang baru dalam posting Anda ini; lagi-lagi kental nuansa dualitas: "memiliki maksud jahat" vs "tidak memiliki maksud jahat", "tenang" vs "tidak tenang", dst. Semua itu produk pikiran/aku: "damai", "amal", "karya" hanyalah konsep pikiran (ide) untuk dipertentangkan dengan lawannya.

Meditasi sejati adalah mengamati secara pasif gerak pikiran sebagai konsep, ide, dualitas, yang adalah si aku ... sampai pikiran/aku itu runtuh dengan sendirinya, bukan karena ditolak, bukan karena mencari ini-itu. Itu diajarkan oleh para mistikus dari semua tradisi, tapi tidak diajarkan dalam agama-agama terorganisir.

Tampaknya diskusi ini sudah menjurus kepada perdebatan, yang pasti tidak akan ada akhirnya, karena Anda & saya menggunakan titik tolak yang berbeda sama sekali: yang satu berangkat dari dualitas, yang lain mengamati dualitas itu. Silakan Anda berjalan dengan pikiran & dualitas Anda. Saya akhiri sampai di sini saja.

Salam,
Hudoyo

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Beauty & Fashion

on Yahoo! Groups

Share style tips

and advice.

Featured Y! Groups

and category pages.

There is something

for everyone.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: