Minggu, 02 September 2007

Re: [psikologi_transformatif] Re: Tomy T: Lompat2 (+ salam tempel buat Nala & Mas As As)

T : hi Mbak...duh lama baru balas, maklum mbak baru pulang weekend...
dilanjut ya mbak, ok deh...yang ijo dan miring ya tulisannya
mungkin kemaren kalimat saya yang mengatakan mbak enggak mengerti maksud saya terlalu berat tuk mbak....tapi gimana ya, memang begitu lah kenyataan dalam tulisan kita berbeda....
kata guru, memberi banyak contoh mungkin akan lebih membuat mengerti...tetapi contoh adalah contoh bukan isi dari teori....dalam berdikusi juga kayeknya begitu....cuma memang enaknya kalau diskusi itu bisa mengerti apa yang kita omongkan dan mengerti apa yang di omongkan oleh lawan diskusi kita...baru enak....iya kan mbak?
so...sebuah contoh lain mbak....banyak orang berteori (mengatakan) "matahari itu terbit di sebelah timur". nah apakah memang matahari itu terbit sebelah timur???? kenyataannya matahari itu tidak terbit sebelah timur!!! itulah kebenaran! tapi kalau lawan diskusi kita selalu bilang...ah memang terbit sebelah timur matahari...lihat aja kalau enggak pecaya....dan dia bertahan dengan pendapatnya karena memang kalau dilihat oleh manusia matahari itu terbit (muncul) di sebelah timur...akhirnya kita mau bilang apa lagi??? kalau dia berkeras matahari terbit sebelah timur.....(matahari kok terbit!  matahari enggak berputar.....dia diam di situ aja, dia enggak pernah terbit .....)
so...kebenaran itu itu tidak tergantung kepada siapa yang menilai (walaupun diterima dalam nilai, moral, bahasa puisi, syair dst....)
kita lompat ke membunuh.....membunuh itu juga adalah membunuh! jangan kita mereduksi kebenaran membunuh dengan nilai, moral dst...dalam dirinya sendiri membunuh adalah membunuh.
so...begitu juga dengan racun walaupun bernilai kadangkala ( antibiotik, racun hama, dst...) tapi dalam dirinya adalah racun....
kebenaran dan kesalahan di atas tidak tergantung kepada si penilai (manusia) entah itu pakai teknik prejudice atau enggak atau teknik lain...
inilah pendapat saya yang saya ulang ulang.........mengomentari dari awal pendapat mbak soal prejudice...
ini saja poin saya.
saya enggak membahas dari awal soal persolan mbak-pendapat orang lain ttg email hendrik atau soal bagaimana manusia menilai...
yang saya kemukakan dari awal...kebenaran dan kesalahan itu tergantung pada dirinya sendiri reaksi atas yang mbak katakan tentang tidak ada yang seluruhnya benar atau salah....dalam hubungan dengan prejudice.
makanya ketika mbak membawa dan menyeret masalah contoh kasus mbak..saya berkesimpulan (sementara) memang mbak ga ngerti maksud tulisan saya...atau mau lari dengan berputar-putar....:)
komentar saya berlanjut sampai kebawah ya mbak.....
 
----- Original Message ----
From: swastinika <swastinika@yahoo.com>
To: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Sent: Friday, August 31, 2007 5:44:41 AM
Subject: [psikologi_transformatif] Re: Tomy T: Lompat2 (+ salam tempel buat Nala & Mas As As)

Mas Tomy yang baik,

> mbak soal telepon itu bisnis wong lanang....:) jadi karena mbak bukan lanang ya.....saya ga mungkin kasi tahu...ahahaha

Ya nggak papa nggak dikasih tahu. Cuma karena tulisan tentang telepon itu tercantum di email yang menjawab saya, ya saya kemarin bertanya :)

T: iya mbak, telp itu hanya bahasa "guyon" saja dengan mas G...jadi kebawa jadi gada arti apa apa... :)

> asli Lol aq baca tulisan mbak....
> kesimpulan sementara saya, mbak enggak mengerti tentang apa yang saya tulis (maksud). tanggapan mbak kadang iya kadang tidak. but...no problem. karena saya tidak sedang memeriksa sebuah karya ilmiah, so...lompat lompat dan enggak nyambung di banyak hal gapapa.
> contoh: mbak membawa perasaan mbak dalam berdiskusi.. ..bukan berdasarkan tulisn yang mbak buat ("...walaupun saya nggak merasa lompat2...." ).

Saya ikut senang jika Mas Tomy bisa laugh out loud membaca tulisan saya :) Buat saya, bisa membuat orang tertawa adalah sebuah kebaikan :) Daripada bikin orang ngomel atau maki2.. iya kan ;)

T: setuju mbak....tanks dah buat aq ketawa

Tentang kesimpulan sementara Mas Tomy bahwa saya nggak mengerti apa yang Mas Tomy tulis.. well, sah2 saja jika Mas Tomy berpikir begitu. Mungkin memang saya nggak mengerti apa yang mau Mas Tomy tulis :). Dan pada dasarnya apa yang saya jelaskan pada Mas Tomy kemarin adalah apa penjelasan ulang terhadap pendapat saya; terhadap tulisan yang saya buat dan kemudian Anda komentari. Tulisan yang menurut Anda lompat dari si pengamat ke logika :). Ya kalau nggak nyambung pada pertanyaan Mas Tomy, well, sebabnya bisa macam2 :)

T: masalah kesimpulan sementara saya itu, saya sudah sebutkan di atas :), tapi apa ya sebabnya?

Mengenai membawa perasaan... darimana Mas Tomy mendapat kesan itu? Hanya dari sekedar mengatakan "walaupun saya nggak merasa lompat2" ;)? Waah.. Anda mudah terkecoh dengan kata2 "merasa" ya.. :) Mosok hanya dengan kata "merasa" lalu Anda mengklasifikasikan bahwa dalam tulisan itu saya membawa perasaan :)

T: saya melihat apa yang mbak tulis, soal tulisan mbak yang mengecoh (lain yang tertulis lain maksud mbak)...saya kira bukan mengecoh saya tapi terlebih dahulu mengecoh mbak. sama seperti orang berbohong...di pikir membohongi orang lain  tapi sebenarnya dia membohongi dirinya.

> - lompat lagi, apa hubungan - logika -manusia - intregasi dengan pendapat Mbak? pendapat mbak itu integrasi yang berlogika yang dilihat oleh mausia? nah ini lah yang saya tidak lihat! makanya kemaren saya balas...(lompatnya mbak merasa tulisan mbak itu integrasi-berhubung an-berlogika yang di lihat oleh manusia). mbak...lompat itu berarti tidak ada intregasi yang baik, kurang berlogika dst....(yang ada sekaligus yang tiada....? )

Komentar awal Anda adalah "yup...setuju banget di sini memang letak beda pendapat kita....kalau Mbak perhatikan tulisan mbak, mbak menekankan si pemandang (manusia) dan mbak lompat ke logika.....Mmmmm. ratusan tahun lalu pendapat (yang ekstrim lho) ini di sebut dengan relativisme."

Tulisan awal saya yang Anda komentari mempertanyakan apakah komentar Mas As As & Mas Wendi dibuat berdasarkan apa yang mereka baca di email terkait, atau lebih ke arah bahwa penulisnya Hendrik Bakrie (sisi pemandang), dan lantas saya jelaskan dengan apa yang kemudian dikatakan oleh Nala sebagai "logika", bahwa membaca itu perlu melihat isinya, jangan melihat siapa yang bicara :) Sampai sini sama atau enggak pemahamannya? Kalau nggak sama yaaaa.. maaf :)

T: mbak benar...tapi lawan diskusi mbak sekarang adalah Tomy, yang di sanggah Tomy itu bukan soal diskusi mbak dengan as as, wendi, nala atas tulisan hendrik (walau berawal dari situ), tapi soal kata kata mbak...tidak ada seluruhnya benar dan salah.....salah satu kesimpulan mengapa saya katakan mbak tidak mengerti apa yang saya tulis sebelum belumnya.

Yang ingin saya jelaskan kemarin adalah: dalam berpendapat, saya tidak pernah murni menggunakan logika. Antara logika & conscience itu terintegrasi sedemikian rupa. Makanya kalau untuk orang2 yang menekankan logika, pendapat saya bisa dikatakan [meminjam kata2 Mas Tomy] "tidak ada integrasi yang baik, kurang berlogika" :) Dan saya nggak bawa perasaan kok, saya maklum sekali kalau orang2 melihat saya demikian. Wong kenyataannya memang demikian ;)

T: kalau mbak membaca kalimat mbak yang di atas, kadang mbak bilang iya kadang tidak :) well. enggak murni logika tapi bukan bawa perasaan, apa artinya? lucu ya....

yang menekankan logika siapa? benar adalah benar, salah adalah salah...apakah karena terlalu ekstrimis menggunakan logika? kan enggak nyambung? karena kebenran dan kesalahan itu tergantung dalam dirinya sendiri bukan logikanya (kalimat ini berulang-ulang saya ulangi tapi mbak kelihatanya sampai disini belum ngertos:) )

 

> - satu lagi mbak membuat contoh soal membunuh! mbak kembali ke pernyataan saya semula (relativisme) , padahal mbak tidak mengakuinya. ..
> membunuh adalah membunuh! satu contoh memperjelas pernyataan mbak. apakah racun itu baik atau buruk? racun kadang di gunakan untuk obat, (imunisasi, inseksida dst.....), tapi mbak harus ingat racun adalah racun karena dalam dirinya adalah racun!
> ............ ......... .
> gini aja mbak, kalau mbak merasa bingung dengan tulisan saya (kesan saya).
> saya hanya mau bilang: yang salah adalah salah! yang benar adalah benar! manusia dan logika hanya sebagai pengungkap bukan "penentu".

Membunuh adalah membunuh. Racun adalah racun. Itu saya setuju. Tapi Anda yang tampaknya kurang memahami apa yang saya tuliskan: apakah dua orang yang membunuh dapat dikatakan sebagai sama atau setara? Saya setuju bahwa yang salah adalah salah, dan yang benar adalah benar. Tapi... kesalahan dan kebenaran itu ada pada tingkatan yang hakiki, bukan pada tingkatan perilaku sehari2 :) Pada perilaku sehari2 lebih banyak merupakan kasus interpretasi :)

T: saya sudah jelaskan soal matahari di atas...kalau lawan diskusi berkeras matahari itu terbit di timur...ya mau bilang gimana lagi! memang kemampuan berpikir mudah di pengaruhi oleh kultur, nilai, bahasa,...yang kadang kala menghambat mata melihat kenyataan itu yan sesungguhnya. 

Betul, manusia dan logika hanya pengungkap, bukan penentu. Penentunya (in my opinion) adalah Tuhan. Manusia & logika itu hanya bisa menginterpretasikan . Makanya, karena hanya bisa interpretasi, bias kita besar sekali :)

T: satu contoh lagi kadang mbak bilang iya kadang tidak, kalau dalam diskusi diatas mbak "lari" kearah diskusi mbak dengan as as, wedi, nala hendrik...sekarang mbak coba membawa satu lagi yakni TUHAN :). padahal dalam duskusi saya tidak melibatkan mereka....

Hehehe.. sebenarnya, from my point of view, sebenarnya pendapat kita tidak berseberangan. Hanya belum menemukan kecocokan titik pangkal :) CMIIW :)

T: tidak bersebrangan tapi titik pangkal yang berbeda? mbak ini bikin aku ketawa aja....serius pa enggak mbak ngucapinya (baca =negerti pa engak). kalau ada yang baca kalimat mbak ini pasti lucu....

> maka kebenaran dan kesalahan juga tidak tergantung PREJUDICE. prejudice itu kan cuma "cara" manusia.
> kata mbak: tidak begitu!
> nah itu lah beda kita.....iya kan?
> kalau mau di perpanjang juga boleh....tapi makasih atas diskusinnya

Seperti yang saya katakan dalam paragraf di atas, kalau kita bicara pada level HAKIKI, saya setuju sepenuhnya pada Mas Tomy. Kebenaran dan kesalahan adalah milik-Nya, tidak tergantung prejudice atau apa pun alat yang digunakan manusia :)

T: nah sekarang lari ke hakiki tapi bawa nama Nya... :) lagi lagi kadang iya kadang tidak...berarti dari tadi kita bukan bicara level hakiki? tapi level kumur kumur kah? :)

Tapi.. seperti saya katakan juga di atas, kebenaran yang hakiki itu tidak pada level perilaku sehari2. Perilaku manusia sehari2 bisa tampak salah, tapi benar secara hakiki; atau sebaliknya kelihatan benar, tapi salah secara hakiki :) Dan kita sebagai manusia terlalu sering terjebak pada interpretasi kita sendiri, pada prejudice kita sendiri, sehingga mengatakan sesuatu salah atau sesuatu benar, padahal secara hakiki mungkin sekali belum begitu :)

T: no coment...karena memang belum saya komentari. diskusi biar jangan lompat lompat dan lari, satu satu dulu dibahas... :)

Gituuu.. Mas Tomy. Perbedaan kita adalah pada titik tolaknya :) But I have the feeling that we're on the same side.. hehehe...

T: memang apa titik tolaknya?

Salam,

salam juga....:)

tomy



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Yahoo! Groups HD

The official Samsung

Y! Group for HDTVs

and devices.

Cat Groups

on Yahoo! Groups

Share pictures &

stories about cats.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: