Sabtu, 17 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: : “Ilmiah=?ISO-8859-1?B?lCBzZXN1YWkgcGVzYQ==?=nan anda ?!

He he he, rupa-rupanya Anda pengikutnya Dawkins, Denet, Pinker, dan Tooby &
Cosmides :) Buat saya, paling banter kegunaan orang-orang itu dalam merevisi
metode-metode dan asumsi-asumsi ilmu sosial adalah sebagai sarana cross-check:
suatu asumsi atau teori ilmu sosial baru bisa dikatakan seratus persen valid
jika dia tidak berkontradiksi dengan temuan-temuan dalam ilmu-ilmu dasar
seperti biologi evolusioner, neurologi dan psikologi kognitif. Ini khususnya
berlaku untuk teori konstruktivisme sosial yang memandang segala-galanya
pastilah konstruksi sosial. Misalnya, paham konstruktivisme sosial bilang bahwa
homoseksualitas adalah suatu fenomen sosial. Sementara neurologi sudah
menemukan bahwa kecenderungan homoseksual ini disebabkan oleh perbedaan ukuran
dari bagian tertentu otak yang mengatur orientasi seksual seseorang. Dalam hal
ini, asumsi ilmu sosial itu tidak klop dengan temuan pada level yang lebih
dasar, sehingga patut diragukan validitasnya.

Lebih reliabel? Mungkin iya,kalo liat contoh di atas. Tapi, bisa jadi masih
perlu diragukan juga. Berapa sampel yang diteliti untuk menyimpulkan bahwa--
secara universal--yang namanya homoseksualitas memang merupakan potensi
genetik? Kita baru bisa bilang prediksi ini sepenuhnya reliabel dan tidak
spekulatif jika semua gay di dunia diteliti dengan prosedur yang sama. Selama
masih pakai sampling, masih problematik.

Selain itu, hard science juga masih enggan mengakui keterbatasannya dalam
memahami hal-hal yang tak kasat mata atau immaterial. Akibatnya, bagi para
ilmuwan alam, semua yang berada di luar kategori material atau kasat mata
diasumsikan sebagai tidak ada. Padahal, ilmu alam sendiri selalu berevolusi.
Apa yang 100 tahun lalu dianggap tak ada karena teknologinya belum menjangkau
fenomen itu, kini sudah diterima sebagai ada. Tapi, masih banyak lagi fenomen
di luar sana yang belum terjangkau tangan-tangan ilmu. Maka, menganggap mereka
tak ada merupakan sebentuk arogansi ilmiah.

manneke

Quoting Alexander <alexanderkhoe@yahoo.com>:

> Dear Pak Manneke
>
> Psikometri menjadi populer karena bersifat praktis (karena hanya
> berupa prosedur saja), tetapi saya yakin di Indon jarang ditemui
> ilmuwan yang menguasai prinsip-prinsip dibalik psikometri sehingga
> dapat membuat metriks sendiri yang sesuai untuk keadaan di Indon.
> Kebanyakan hanya pengetahuan import dari barat, walaupun seperti
> pendapat anda sains sosial sifatnya lokal, tidak universal.
>
> Sebenarnya dalam sains sosial, ada kemungkinan untuk menjadi
> universal jika dapat dibuat metode penelitian untuk melihat pengaruh
> konsep pada persepsi manusia (Konsep --> Persepsi), contohnya Selama
> ini yang menjadi pertanyaan dasar dalam Psikometri: apakah
> intelegensi dapat diukur dengan psikotest?. Dan belum dipikirkan:
> apakah hasil sebuah psikotest mempunyai pengaruh terhadap intelegensi
> objek yang ditest bila diketahui oleh objek itu sendiri?
>
> Pandangan saya memang berlainan dengan anda dalam hal sains sosial
> ini. Saya percaya sains sosial ini akan menjadi hard-science seperti
> halnya sains alam. Kuncinya adalah pada alat penelitian yang sesuai
> dengan kondisi sains sosial itu sendiri, yang selama ini masih
> mengadaptasi alat penelitian sains alam. Keyakinan saya ini muncul
> ketika melihat perkembangan ilmu biologi dengan evolusinya yang telah
> berkembang dari sekedar taksonomi menjadi biologi molekuler yang
> bersifat kuantitatif. Ditambah dengan melihat perkembangan sains
> kognitif (yang belum sepenuhnya berhasil) tetapi sangat pesat
> didukung oleh perkembangan teknologi komputer untuk mensimulasi
> jaringan syaraf tiruan di otak manusia.
>
> Sekarang pertanyaannya mengapa manusia begitu ingin mendapatkan hard-
> science? jawabnya adalah kemampuan prediksinya yang reliabel, tidak
> sekedar tebakan/spekulasi saja.
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, pradita@... wrote:
> >
> > Makasih Alex atas tambahannya. Saya setuju dengan point Anda soal
> kelatahan
> > ilmuwan sosial itu. Gara-gara ngebet ingin diakui kelimuannya, lalu
> memaksa dri
> > mengadopsi stadar-standar keilmiahan ilmu alam. Sebagai orang luar,
> saya kok
> > agak cemas memperhatikan perkembangan ilmu psikologi mutakhir, yang
> makin lama
> > makin meng-IPA. Semuanya dibuatkan meterannya (psikometrik), seolah
> manusia
> > bisa diklasifikasi dan diukur secara eksak, lalu disimpulkan siapa
> dia.
> > Sementara psikolog-psikolog yang tak terlalu ketagihan meteran,
> seperti Jung
> > dan Freud, yang berusaha menyelam lebih jauh ke dalam "jiwa"
> manusia yang tak
> > terukur secara kuantitaif, malah nggak laku.
> >
> > Saya mungkin salah menilai psikologi, berhubung saya orang awam
> dalam bidang
> > ini. Jadi, jika ada rekan-rekan dari psikologi yang bersedia
> meluruskan atau
> > mengisahkan lebih lanjut soal ini, saya amat berterima kasih.
> Dengan harapan,
> > semoga tak ada yang tersinggung. Ini dimaksudkan untuk saling
> belajar, bukan
> > mengkritik ilmu psikologi. Kalau saya keliru, itu karena
> ketidaktahuan, bukan
> > niat jelek.
> >
> > manneke
> >
> > Quoting Alexander <alexanderkhoe@...>:
> >
> > >
> > > Pak, indigo ini memang tidak tahu apa yang telah ditulisnya...
> paling
> > > itu uraian dari ci... jadi tidak usah dikomentari saja.
> > >
> > > Tetapi perbedaan pokok antara sains sosial dan alam memang ada,
> yaitu
> > > perbedaan relasi antara dunia konseptual dan dunia nyata yang
> diamati.
> > > Karena dalam sains alam yang dominan adalah: dunia nyata akan
> > > mempengaruhi dunia konseptual (Persepsi-->Konsep) dan ini
> dituangkan
> > > dalam metode ilmiah yang baku beserta alat matematika yang
> digunakan.
> > > Sedangkan dalam sains sosial ada proses terbalik yang signifikan
> yaitu
> > > pengaruh dunia konseptual yang diciptakan ke dalam dunia nyata
> yang
> > > diamati (Konsep --> Konsepsi). Contohnya adalah penerapan Konsep
> > > Marxisme yang kemudian mau tidak mau akan mempengaruhi realitas
> ekonomi
> > > dan psikologis. Sayangnya Sains sosial masih mengadaptasi metode
> ilmiah
> > > dari sains alam berikut filosofi alat matematikanya. Hal ini
> merupakan
> > > kelemahan utama Sains sosial, sehingga sampai saat ini belum dapat
> > > menghasilkan teori dan konsep yang konvergen. Akibatnya dalam
> sains
> > > sosial, kemampuan prediksinya masih lemah sampai saat ini.
> > >
> > > [Btw definisi dari istilah sains=science itu sendiri sebenarnya
> hanya
> > > sesuai untuk sains alam saja. Karena dalam Sains sosial seperti
> ekonomi
> > > dan psikologi, fenomena yang teramati tidak benar-benar bersifat
> > > berulang (kalimat dalam bold perlu dipertanyakan)]
> > >
> > > ----------------------------------------
> > >
> > > Science (from the Latin scientia, 'knowledge'), in the broadest
> sense,
> > > refers to any systematic knowledge or practice.[1] In a more
> restricted
> > > sense, science refers to a system of acquiring knowledge based on
> the
> > > scientific method, as well as to the organized body of knowledge
> gained
> > > through such research.[2][3] This article focuses on the more
> restricted
> > > use of the word.
> > >
> > > Fields of science are commonly classified along two major lines:
> > >
> > > Natural sciences, which study natural phenomena (including
> biological
> > > life), and
> > > Social sciences, which study human behavior and societies.
> > > These groupings are empirical sciences, which means the knowledge
> must
> > > be based on observable phenomena and capable of being
> experimented for
> > > its validity by other researchers working under the same
> conditions
> > >
> > > -------------------------------------------------
> > >
> > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, pradita@ wrote:
> > > >
> > > > Vincent, mau menyatu atau terpisah, itu pilihan posisi yang
> sepenuhnya
> > > terletak
> > > > di tangan peneliti, bukan didikte oleh metodenya. Pernyataanmu
> di
> > > bawah ini
> > > > kian menunjukkan bahwa pemahamanmu tentang ilmu sosial sudah
> sangat
> > > ketinggalan
> > > > zaman. Makanya, itulah pentingnya belajar. Biar pengetahuannya
> tidak
> > > mandeg.
> > > >
> > > > Kalo Anda liat, apakah para aktivis berlatar belakang ilmu
> sosial yang
> > > getol
> > > > bergerak melawan ketidakadilan, pelanggaran HAM, penindasan,
> > > peminggiran, dan
> > > > kesewenang-wenangan kekuasaan itu terpisah antara teori dan
> praksis?
> > > > Bahkan,istilah "praksis" pun mula-mula dipakai para ilmuwan
> sosial
> > > yang
> > > > berwawasan Marxis, untuk menekankan pentingnya realitas di luar
> sana
> > > daripada
> > > > teori.
> > > >
> > > > Sori, Vincent, tapi "teori"-mu tentang evolusi ilmu dari
> > > kedokteran-teknik-
> > > > sosial itu tak bisa dibuktikan keabsahannya. Kau bilang, ilmu
> teknik
> > > menyatu
> > > > antara teori dan praktik? He he he, dari mana lagi nemu
> pandangan kaya
> > > begini?
> > > > Kalo betul begitu halnya, Vincent, tak akan ada dampak buruk
> teknologi
> > > terhadap
> > > > lingkungan, tatanan kehidupan sosial, dan pendidikan. Lalu,
> siapa
> > > menurutmu
> > > > yang selalu rajin mengingatkan orang tentang dampak-dampak
> negatif
> > > itu? Para
> > > > insinyurkah? Kalo saya amati sejauh ini di pelbagai media massa,
> > > kebanyakan
> > > > orang dari latar belakang ilmu sosial tuh?
> > > >
> > > > Kalapun ada sejenis persatuan antara teori dan praktik dalam
> ilmu
> > > teknik, itu
> > > > adalah keharusan untuk betul-betul menerapkan apa yang sudah
> digambar
> > > dan
> > > > dihitung secara matematis di atas kertas ke dalam struktur yang
> > > dibangunnya.
> > > > Bagaimana dampak kehadiran struktur itu pada hidup manusia? Who
> cares?
> > > Gitu
> > > > kan? Dan inikah yang kamu unggul-unggulkan itu? Wah, sedihnya
> > > hatiku...
> > > >
> > > > manneke
> > > >
> > > > Quoting vincentliong vincentliong@:
> > > >
> > > > >
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/34862
> > > > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, pradita@
> wrote:
> > > > >
> > > > > Ini kan cara pikir yang mencampur-adukkan antara metode
> penelitian
> > > > > ilmiah dengan integritas pribadi penggunanya. Kalo
> penggunanya gak
> > > > > betul jangan kambing hitamkan alatnya. Sama aja dengan
> Kompatiologi
> > > > > kan? Kalo kompatiolognya bejat, Vincent kan juga gak rela
> > > > > Kompatiologinya yang diobok-obok? Yang penting, Vincent,
> belajarlah
> > > > > untuk berpikir tanpa bias. Pemikiran Anda di bawah ini kan
> > > dipengaruhi
> > > > > oleh pengalaman negatif Anda dengan sekolahan. Maka, bunyinya
> ya
> > > jadi
> > > > > kaya gini. Tapi, tidakkah dengan demikian Anda bisa lihat
> sendiri
> > > pada
> > > > > diri Anda bagaimana "kepentingan" bisa menyelusup masuk ke
> logika
> > > > > pemikiran? Nah, yang beginianlah yang mesti dicegah, bukan
> metodenya
> > > > > yang disalahin.
> > > > >
> > > > > manneke
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Vincent Liong answer:
> > > > >
> > > > > Sdr Manneke, ini tidak ada hubungannya dengan kompatiologi
> atau
> > > > > kekecewaan saya pada dunia pendidikan resmi.
> > > > >
> > > > > Pointnya adalah:
> > > > > Metodologi penelitian ilmiah mengalami perubahan dari ilmu
> tekhnik
> > > ke
> > > > > ilmu kedokteran lalu ke ilmu sosial. Pada ilmu tekhnik posisi
> > > praktisi
> > > > > dan teoritisi lebih menyatu, lalu bergerak ke kedokteran
> hingga ke
> > > > > ilmu sosial posisi praktisi dan teoritisi semakin terpisah.
> > > > >
> > > > >
> > > > > Silahkan baca email di bawah ini:
> > > > >
> > > > > ==========
> > > > > Subject: Re: Yuk kita rame2 menghancurkan Vincent Liong
> (Asumsi =
> > > > > Sintesis)
> > > > > From: Vincent Liong
> > > > > DDT: Wed Oct 24, 2007 3:05 am
> > > > > e-link:
> > > http://tech.groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2775
> > > > >
> > > > >
> > > > > Note: Email saya kali ini ditujukan untuk melanjutkan
> pembahasan
> > > > > Ilmiah sesuai pesanan anda sekaligus menjawab email B.
> Sudjanto
> > > > > sebagai sebuah contoh kasus yang berhubungan dengan hal tsb.
> Email
> > > ini
> > > > > juga diharapkan memberikan reasoning atas segala usaha "Kill
> and
> > > > > Destroy Kim Il Sen" yang berlangsung di maillist
> > > > > psikologi_transformatif dengan segala usaha dan pengorbanan
> secara
> > > > > radikal, fanatik, bahkan rela berjibaku sampai habis-habisan
> tanpa
> > > > > reasoning yang jelas.
> > > > >
> > > > >
> > > > > Sebelum membahas secara lebih mendetail dengan contoh kasus
> mengenai
> > > > > masalah "Ilmiah sesuai pesanan anda" pertama-tama saya
> membahas dulu
> > > > > secara urut proses metodologi penelitian ilmiah yang sekaligus
> > > empiris
> > > > > (kwantitative) yang perlahan-lahan contoh praktikalnya
> bergerak ke
> > > > > semakin subjective / costumize (kwalitative), dan
> konsekwensinya
> > > > > terhadap ketepatan dan kejernihan kerja metodologi penelitian
> ilmiah
> > > > > di setiap jenis penerapan metodologi penelitian.
> > > > >
> > > > > Metodologi Penelitian Ilmiah pada awalnya lahir dari dunia
> ilmu
> > > > > tekhnik yang memiliki object penderita berupa mesin atau alat
> yang
> > > > > bersifat benda mati. Sifat dari benda mati adalah keterbatasan
> > > pilihan
> > > > > sebab-akibat atau bisa dikatakan tidak memiliki kehendak
> bebas bila
> > > > > dibandingkan dengan kegiatan pemerosesan informasi (berpikir)
> pada
> > > > > manusia dan hewan (sebagai subject yang individual) sehingga
> > > bersifat
> > > > > sangat empiris.
> > > > >
> > > > > Selanjutnya metodologi penelitian ilmiah juga masih bisa
> dilebarkan
> > > > > lagi ke dunia kedokteran dimana kerja hubungan sebab-akibat
> pada
> > > tubuh
> > > > > fisik manusia, hewan dan tumbuhan bersifat tekhnis dan
> mekanis.
> > > > > Keterbatasan pilihan sebab-akibat atau bisa dikatakan tidak
> memiliki
> > > > > kehendak bebas bila dibandingkan dengan kegiatan pemerosesan
> > > informasi
> > > > > (berpikir) pada manusia dan hewan (sebagai subject yang
> individual)
> > > > > sehingga bersifat cukup empiris, tetapi tidak se-empiris pada
> > > > > penerapan ilmiah di benda mati sebab pada manusia, hewan dan
> > > tumbuhan
> > > > > masih terjadi evolusi dan adaptasi secara non-sadar.
> > > > >
> > > > > Selanjutnya metodologi penelitian diterapkan kembali ke
> bidang yang
> > > > > jauh lebih subjective lagi yaitu pemerosesan infromasi atau
> kegiatan
> > > > > berpikir manusia dan hewan. Dalam penerapan di kegiatan
> berpikir
> > > > > manusia dan hewan khususnya ilmupengetahuan sosial masalah
> timbul
> > > > > karena pada pemikiran manusia dan hewan kegiatan evolusi
> adaptasi
> > > > > secara sadar terjadi pada kegiatan berpikir manusia sehingga
> ada
> > > > > kehendak bebas yang sifatnya sangat individual; ada asumsi,
> > > > > kepentingan, sudutpandang, keyakinan, dlsb yang membuat
> hubungan
> > > > > sebab-akibat tidak terbatasi bersifat tekhnis saja; Tetapi
> menjadi
> > > > > lebih tidak empiris karena adanya kondisi terhipnotis oleh
> argumen,
> > > > > teori, asumsi, kepentingan, sudutpandang. Metodologi
> penelitian
> > > ilmiah
> > > > > berubah fungsi sebagai alat bantu yang dapat bekerja bersamaan
> > > dengan
> > > > > metodologi penelitian empiris menjadi sekedar alat untuk
> > > menghipnotis
> > > > > diri sendiri lebih dalam pada asumsi, kepentingan,
> sudutpandang,
> > > > > keyakinan, dlsb yang sudah ada sebelum bahkan sebelum kegiatan
> > > > > penelitian direncanakan.
> > > > >
> > > > >
> > > > > Oleh karena itu radikalisme, fanatisme, fundamentalisme yang
> tidak
> > > > > memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas runtutan-nya datang
> dari
> > > > > kaum berpendidikan ilmiah sosial bukan dari oknum-oknum tidak
> > > > > berpendidikan. Apapun input yang disugestikan secara sadar
> tidak
> > > sadar
> > > > > menjadi ilmiah. Tidak ada bedanya lagi antara ilmu sosial
> ilmiah
> > > > > dengan agama, metafisika dan spiritual yang murni bersifat
> keyakinan
> > > > > tanpa perlu ada bukti kongkrit.
> > > > >
> > > > > Ketika seseorang mengatakan sesuatu adalah baik atau buruk
> maka hal
> > > > > itu tidak perlu terjadi dan tidak perlu ada bukti di masa
> lalu masa
> > > > > kini dan masa yang akan datang, yang penting pengkondisian
> saat
> > > > > menghipnotisnya cukup dramatis; misalnya Leonardo Rimba
> mengatakan
> > > hal
> > > > > tsb dengan membawa hal-hal yang bersifat ketuhanan, spiritual
> yang
> > > > > tinggi, dlsb maka sudah masuk dalam logika ilmiah.
> > > > >
> > > > > Jadi ada dua hal yang penting di sini dalam melakukan
> penghipnotisan
> > > > > atas suatu keyakinan adalah sbb:
> > > > > *Yang berinisiatif pertama kali menanamkan asumsi secara
> dramatis
> > > akan
> > > > > menjadi keyakinan bahkan akan dikuatkan dengan dianggap ilmiah
> > > setelah
> > > > > si individu diajak berpetualang dengan pola jalan cerita
> logika
> > > sesuai
> > > > > penghipnotis di ranah pikiran tanpa perlu bukti fisikal / di
> dunia
> > > > > nyata, atau bukti palsu bisa dibuat belakangan sesuai
> kebutuhan
> > > saja.
> > > > > * Yang paling dramatis, paling heboh, paling tinggi, paling
> benar
> > > > > bahasanya seperti misalnya dengan membawa hal-hal ketuhanan,
> > > intuisi,
> > > > > dlsb akan dianggap secara ilmiah benar adanya.
> > > > >
> > > > > "Asumsi = Sintesis" karena ada jalan cerita yang jelas dari
> asumsi
> > > > > sampai ke sintesis yang mampu membuat pikiran anda meyakini
> tanpa
> > > > > perlu ada bukti kongkrit di dunia nyata atas hal tsb, bahkan
> bisa
> > > > > tampak seperti jalan cerita yang sangat ilmiah.
> > > > >
> > > > > Nah pada kasus B.Sudjanto, terjadi loncatan yang tidak
> disadari dari
> > > > > penelitian ilmiah pada latarbelakang pendidikan tekhnologi
> industri
> > > > > yang berkaitan dengan mesin yang adalah benda mati, lalu
> > > diasosiasikan
> > > > > secara linear ke penelitian ilmiah ala ilmupengetahuan
> sosial. Ini
> > > > > adalah hal umum yang terjadi pada jaman ini dimana radikalisme
> > > sesaat
> > > > > tanpa disadari bisa dipancing dengan mudah untuk timbul di
> kalangan
> > > > > orang berpendidikan entah itu ilmu yang bersifat tekhnis
> > > (berhubungan
> > > > > dengan benda mati), ilmu kedokteran dan ilmu social, tetapi
> sulit
> > > > > dilakukan kepada kalangan pedagang dan orang-orang yang
> berada di
> > > > > lingkungan praktikal sehari-hari tanpa embel-embel kasta
> keyakinan
> > > > > jabatan, ijasah, ilmiah, dlsb.
> > > > >
> > > > > Efek sampingnya misalnya dalam kasus B.Sudjanto adalah timbul
> suatu
> > > > > radikalisme, fundamentalisme dan fanatisme untuk melihat
> pribadi
> > > > > seorang Vincent Liong dari sisi yang diperkenalkan oleh
> Leonardo
> > > Rimba
> > > > > saja. Jadi seperti seseorang yang sedang menyukai Honda Jazz
> Biru
> > > akan
> > > > > terbawa untuk melihat begitu banyak Honda Jazz Biru di jalan
> > > dibanding
> > > > > mobil yang lain yang tidak terlalu diperhatikan. Sugesti
> dengan
> > > model
> > > > > dramatisasi membuat orang menjadi berkacamata kuda atau
> bahkan buta.
> > > > >
> > > > > Vincent Liong sebagai praktisi kompatiologi mengalami
> kesulitan
> > > untuk
> > > > > membela diri, karena bila Vincent Liong membela diri dengan
> cara
> > > yang
> > > > > sama dengan Leonardo Rimba, yaitu dengan mendramatisasi
> cerita yang
> > > > > tidak kalah heboh dan ideal-nya misalnya dengan menjanjikan
> hal-hal
> > > > > yang amat ideal atau bersifat keTuhanan, maka Vincent Liong
> > > melanggar
> > > > > komitment dasar kompatiologi yaitu tidak menjanjikan sesuatu
> yang
> > > > > bersifat ketuhanan, serba tinggi, serba ideal, dlsb. Pengajar
> > > > > kompatiologi selalu berusaha menjawab pertanyaan dengan
> bersifat
> > > > > tekhnis karena hasil dari sesuatu yang sifatnya ilmu sosial
> sangat
> > > > > tergantung dari pilihan bebas pelaku atau pengguna-nya
> sendiri. Bagi
> > > > > Vincent Liong ini masalah moral kejujuran sebagai ilmuan saja.
> > > > >
> > > > >
> > > > > "Pengalaman sehari-hari menghasilkan peta hubungan sebab-
> akibat,
> > > > > Peta hubungan sebab-akibat dikonsepkan polanya maka
> menghasilkan
> > > teori,
> > > > > Teori di-tarikat-kan atau dilakonkan,
> > > > > Menghasilkan perjalanan menuju kebenaran mutlak (Tuhan)."
> > > > >
> > > > > Perjalanan spiritual yang dimulai dari teori tentang
> kebenaran yang
> > > > > sangat amat ideal beresiko terjadinya kepecahan mental pada si
> > > pelaku,
> > > > > karena tidak adanya relasi antara pengalaman pribadi dengan
> teori
> > > yang
> > > > > dianggap benar. Pada banyak kasus menghasilkan dua sisi sifat
> yang
> > > > > amat berbeda antara yang diucapkan dengan yang dilakonkan.
> > > > > Keterpecahan ini membuat murid tidak akan pernah mencapai
> gurunya,
> > > > > karena teori yang ditanamkan sekedar sugesti atau hipnotis
> pada
> > > > > pikiran saja atas titik ekstrim yang satu terhadap titik
> ekstrim
> > > yang
> > > > > berlawanan yang dianggap ideal tetapi tidak akan pernah
> tercapai.
> > > Dari
> > > > > situ tercipta ketergantungan yang terus-menerus kepada guru
> atas
> > > dasar
> > > > > perasaan tidak aman. Maka dari itu antara satu aliran ilmu
> jenis ini
> > > > > dengan aliran ilmu jenis ini yang lain saling bertengkar untuk
> > > berebut
> > > > > massa yang bisa dibodohi untuk percaya dan terkunci atas dasar
> > > > > perasaan tidak aman tsb.
> > > > >
> > > > > Perjalanan spiritual yang dimulai dari kegiatan menghargai
> > > pengalaman
> > > > > sehari-hari, dilanjutkan secara mandiri dan independent
> memetakan
> > > > > hubungan sebab akibatnya, tanpa perlu diarahkan, diceramahi
> teorinya
> > > > > akan menemukan teori yang cocok sendiri. Teori ini begitu
> jelas
> > > > > hubungannya dengan diri sendiri hingga tanpa perlu ada yang
> > > membimbing
> > > > > dan mengajari akan terarahkan di jalurnya hingga menemukan
> kebenaran
> > > > > mutlak yang cocok dengan dirinya sendiri, sehingga tidak ada
> lagi
> > > > > ketergantungan akan peran sang guru. Tugas seorang guru hanya
> > > > > mempersiapkan dasarnya, urusan masing-masing individu untuk
> > > menjalani
> > > > > perjalanannya sendiri untuk mencapai kesempurnaan yang cocok
> dengan
> > > > > dirinya sendiri. Maka dari itu kompatiologi tidak pernah
> mengarahkan
> > > > > orang ke kebenaran yang bukanlah hasil temuannya sendiri,
> biarlah
> > > > > mereka membuat teori dan menjalaninya hingga puas
> menemukannya,
> > > > > kompatiologi hanya mempersiapkan dasar yaitu kemampuan
> pengukuran
> > > > > subjective untuk membaca data.
> > > > >
> > > > >
> > > > > Nah sdr B.Sudjanto silahkan diperhatikan kembali nasehat
> sahabat
> > > anda
> > > > > Margaret Widyanti yang telah beberapa kali berpesan pada anda
> untuk
> > > > > tidak terbawa oleh orang-orang yang berkepentingan sehingga
> > > > > berpura-pura di depan anda dengan membuat dramatisasi jarak
> guru
> > > murid
> > > > > yang terlalu jelas, menjadi orang yang terlalu ideal
> dibanding diri
> > > > > anda yang terlalu kurang ideal dalam konsep non-egaliter
> mereka.
> > > > > Memangnya ada manusia dewa hidup di dunia ini?!
> > > > >
> > > > > Semoga beruntung…
> > > > >
> > > > >
> > > > > Ttd,
> > > > > Vincent Liong
> > > > > Jakarta, Rabu, 24 Oktober 2007
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Email sebelumnya...
> > > > > e-link:
> > > > >
> > >
> http://groups.google.com/group/Komunikasi_Empati/msg/24a552c702c63732
> > > > > Benediktus Sudjanto wrote:
> > > > >
> > > > > Vincent,
> > > > >
> > > > > Saya ngajak kamu dan mas Leo itu sebagai pribadi, tidak ada
> > > > > hubungannya dengan pekerjaan saya.
> > > > >
> > > > > Soal uang dalam perjalanan kita tempo hari juga bukan masalah
> bagi
> > > > > saya, kan saya yang menanggung hampir semua biaya termasuk
> kamu naik
> > > > > kuda di Tawangmangu.
> > > > >
> > > > > Saya tak bingung dan tak perlu bertanya soal kompatiologi, kan
> > > sebagai
> > > > > pengamat saya juga mengikuti sambil lalu. Kan kamu yang
> menerangkan
> > > > > sendiri dan minta bantuan mas Leo menerangkan. Kamu minta
> masukan,
> > > > > yang kamu Kamu dan mas Leo malah berkomentar kesaya, kalau
> kamu
> > > bagian
> > > > > urusan instinct (bawah) dan mas Leo intuition (atas) dan
> mendaulat
> > > > > saya di bagian "tengah-2" bagian balancing.
> > > > >
> > > > > Saya kok dikatakan "membentak-bentak seminggu penuh", apa itu
> benar
> > > > > dalam kenyataan? Saya memang pernah dengan keras mengatakan
> ke kamu,
> > > > > kalau kamu itu menjalankan kejahatan karena menjual sesuatu
> yang tak
> > > > > jelas manfaatnya dan mendapatkan uang. Kamu promosi sesuatu
> ke saya
> > > > > yang saya tahu tak ada manfaatnya, secara terus menerus,
> menerangkan
> > > > > secara berulang-ulang tanpa diminta, menafikan masukan orang
> dan
> > > > > merasa terpojok sendiri walau tak ada yang memojokkan. Kalau
> saya
> > > > > sampai marah itu berarti saya simpati ke kamu, karena merasa
> bahwa
> > > > > kamu masih muda, kekeliruan yang sudah dialami, bisa
> diperbaiki
> > > dengan
> > > > > rendah hati, eh malah sekarang lebih sombong dari yang mampu
> saya
> > > > > bayangkan untuk seorang manusia. Kalau tak perduli, kan kamu
> bisa
> > > saya
> > > > > usir, atau saya diam saja, meninggalkan pembicaraan yang
> > > > > "percumtakbergun" alias percuma tak berguna. Paling tidak
> kamu itu
> > > > > harusnya memiliki sopan santu manusia biasa dalam
> berkomunikasi,
> > > saya
> > > > > rasa sudah cukup. Sebagai penyandang sendiri "penemu"
> kompatiologi,
> > > > > yang ada kata "empati" nya, saya hanya bisa bilang "wah-wah
> kok
> > > begitu".
> > > > > Bayangkan, orang yang kamu dekon dan membayar, kamu katakan
> beberapa
> > > > > kali lewat mulutmu sendiri bahwa kamu ingin menjadikan mereka
> > > "seperti
> > > > > blackie, anjing gua di rumah". Paling tidak kamu berbelas
> kasihlah
> > > > > dengan mereka yang mau menjadi kelinci/anjing cobaanmu dengan
> > > membayar
> > > > > uang dan waktu dengan segala keluguan, kesopanan, pengharapan,
> > > > > keperluan mereka yang entah apa jenis persisnya. Entah, harus
> > > > > bagaimana lagi saya mesti berkomentar, apa ya ada gunanya
> secara
> > > > > positif kalau saya berkomentar lagi, kalau waktu lebih
> seminggu kita
> > > > > bersama kamu katakan bahwa saya membentak-bentak kamu?
> > > > > Setelah sharing berdua dengan saya di penghujung malam masuk
> pagi
> > > > > waktu di Solo, dengan kejujuranmu dan hampir tangismu dan
> empatiku
> > > > > kekamu serta rencana baikmu untuk dengan rendah hati
> memperbaiki
> > > untuk
> > > > > dirimu sendiri, lalu kamu menafsirkan bahwa aku hanya
> dituliskan
> > > > > sebagai yang membentak-bentakmu selama seminggu. So what gitu
> loh!
> > > > > Yah, bagiku tak apa-2, karena aku tak punya kepentingan apa-2
> > > > > denganmu, hanya empatiku bagi sesama yang kebetulan salah
> satunya
> > > kamu
> > > > > yang sempat lewat dalam sebagian waktu hidupku, dan kalau itu
> > > membuat
> > > > > kamu bahagia dengan gaya dan kata-2 mu, ya teruskan saja apa
> yang
> > > kamu
> > > > > anggap baik bagimu. Begitu saja ya, sudah cukup.
> > > > >
> > > > > B Sudjanto
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Email sebelumnya...
> > > > > http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22917
> > > > > --- In vincentliong@yahoogroups.com, "vincentliong"
> > > > > vincentliong@ wrote:
> > > > >
> > > > > Mas Leo, inget ngak mas Leo saat elo ngajak gw ke Solo bersama
> > > > > B.Sudjanto yang direkturnya pabrik lensa Policore anak
> perusahaan
> > > > > Djarum di Karawang. Saat itu gw bilang kalau gw lagi tidak
> siap uang
> > > > > dan mas Leo aturkan agar dalam 5-6 jam kita dijemput di rumah
> gw,
> > > kata
> > > > > mas Leo tidak perlu bawa uang.
> > > > >
> > > > > Ketika awal mas Leo memperkenalkan ulang saya ke B. Sudjanto
> yang
> > > dulu
> > > > > juga murid kundalini saya dan pak Ngurah Ardika cuma sungkan
> karena
> > > > > bingung sama perkembangan penelitian saya yang terlalu cepat,
> maka
> > > > > nanya ke mas Leo.
> > > > >
> > > > > Mas Leo ngomong persis sama dengan kalimat-kalimat mas Leo di
> bawah
> > > > > ini. Ini yang membuat gw dibentak-bentak seminggu penuh oleh
> > > > > B.Sudjanto gara-gara kalau gw bilang ya maka mas Leo tekankan
> > > artinya
> > > > > tidak lalu kalau gw bilang tidak kata mas leo ya lama-lama gw
> > > bingung
> > > > > sendiri. Lalu mas Leo juga bilang tentang saya yang binatang
> banget.
> > > > >
> > > > > Saat itu belum sekalipun saya tegur mas Leo dengan halus
> maupun
> > > kasar
> > > > > dan kalau ditegur secara halus tambah jadi dan menambah
> penjelasan
> > > > > membingungkan semacam ini dengan dihubungkan dengan intuisi
> dan
> > > > > hal-hal keTuhanan dimana saya yang dikatakan jadi setannya.
> > > > >
> > > > > Mas Leo masih ingat tidak ?
> > > > > Tulisan di bawah ini hanya mengulang kalimat yang dulu khan ?
> Sama
> > > lho
> > > > > kalimat-kalimatnya, hanya dulu mas ngomong ini ke B. Sudjanto
> di
> > > depan
> > > > > saya, dan saat ini mas Leo ngomong ke maillist, hanya itu
> bedanya...
> > > > >
> > > > > Saat itu saya setress jadi kalau makan sampai beol-beol
> sebagai
> > > > > pelarian, karena saya tidak bisa kontrol. B. Sudjantomas Leo
> panasi
> > > > > bahwa Jin saya yang makan dan juga soal keburukan prilaku
> saya.
> > > Depan
> > > > > mata saya lho mas Leo, saat itu.
> > > > >
> > > > > Lalu siapa yang berani menemani mas Leo sekarang ? Serem atuh
> resiko
> > > > > dijadikan umpan ikan :) Saya seumur-umur tidak jadikan mas
> Leo umpan
> > > > > ikan lho, inget itu mas Leo.
> > > > >
> > > > > Ditemani itu mahal mas Leo... Ya jadi umpan buat mancing
> ikan ?!
> > > > >
> > > > >
> > > > > Ttd,
> > > > > Vincent Liong
> > > > > Jakarta, Senin 22 Oktober 2007
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > > Email sebelumnya...
> > > > >
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33111
> > > > > --- In
> psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "leonardo_rimba"
> > > > > leonardo_rimba@ wrote:
> > > > >
> > > > > --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Timbangan
> Balance
> > > > > <timbang.balance@> wrote:
> > > > > > Karena Audifax dan Leonardo Rimba adalah mantan
> > > > > > pendukung Kompatiologi dan teman dari Vincent Liong
> > > > >
> > > > > Hmmm,... perlu saya LURUSKAN disini bahwa saya adalah seorang
> > > PRAKTISI
> > > > > KOMUNIKASI EMPATI. Komunikasi yang EMPATIK adalah
> SPESIALISASI saya.
> > > I
> > > > > am VERY MUCH EMPATHETIC, saya bisa langsung baca apa yang ada
> di
> > > diri
> > > > > rekan komunikasi saya.
> > > > >
> > > > > Kompatiologi seperti dipraktekkan oleh Vincent Liong adalah
> suatu
> > > > > PARODI dari Komunikasi yang empatik. SUATU PARODI. Suatu
> BANYOLAN,
> > > > > suatu LAWAKAN. Komunikasi yang dipraktekkan oleh Vincent
> Liong itu
> > > > > adalah KEBALIKAN DARI KOMUNIKASI YANG EMPATIK. Total
> kebalikannya ?
> > > > > Kok bisa ? Ya bisa saja, namanya kan banyolan. Lawakan.
> Parodi.
> > > > >
> > > > > Jadi, kalau anda memiliki PENGERTIAN tentang KOMUNIKASI YANG
> > > EMPATIK,
> > > > > anda akan otomatis mengerti tentang KOMPATIOLOGI.
> Kompatiologi itu
> > > > > adalah KEBALIKAN DARI KOMUNIKASI YANG EMPATIK walaupun
> sesumbar
> > > > > sebagai ILMU PEMECAH RAHASIA ALAM SEMESTA dalam komunikasi
> > > menggunakan
> > > > > empati. Hmmm hmmm hmmm.... Astagfirullah
> > > > > alazzim Astagfirullah alazzim (nyebut 100 x dianjurkan)...
> > > > >
> > > > > Itu komentar saya. Saya _bukan_ pendukung Kompatiologi. Nama
> saya
> > > > > dicantumkan dalam IKLAN2 Kompatiologi _tanpa_ ijin saya. Saya
> > > biarkan
> > > > > saja. Kan saya ini BAIK HATI. Hmmm hmmm hmmm...
> > > > >
> > > > > Hasil dari Kompatiologi Vincent Liong itu apa ? Aduh, liat
> aja ndiri
> > > > > deh. Malu komentarinnya,... aku udah cukup banyak comment.
> Kalo aku
> > > > > bukain RAHASIA yang SEMUA ORANG SUDAH TAHU itu, ntar jadinya
> gak
> > > lucu
> > > > > lagi. Sedangkan, bukankah kelucuan itu yang selama ini
> dicari, hmmm
> > > > > hmmm hmmm...
> > > > >
> > > > > Kompatiologi kan cuma nama saja. Bisa dinamakan GULALOLOGI.
> Bisa
> > > > > dinamakan TIPATIPULOGI... Intinya, dengan nama itu Vincent
> Liong
> > > INGIN
> > > > > BELAJAR bagaimana caranya berkomunikasi dengan empati. Tetapi
> > > caranya
> > > > > kan SERBA TERBALIK. Wong dia yang mao belajar kok nulisnya
> > > > > en ngomongnya DIA YANG MAO NGAJARIN ?
> > > > >
> > > > > Segalanya itu SERBA TERBALIK.
> > > > >
> > > > > Untuk mengerti Vincent Liong, SEGALANYA ITU HARUS DIBALIK.
> Kalau dia
> > > > > bilang dia TAHU RAHASIA ALAM SEMESTA, artinya itu
> KEBALIKANNYA.
> > > > >
> > > > > Kalau dia bilang dia "diinjak-injak", arti sebenarnya ya
> > > KEBALIKANNYA.
> > > > >
> > > > > Kalo dia bilang dia punya "nurani", artinya ya kebalikannya.
> > > > >
> > > > > Kalo dia bilang dia itu "ilmiah", ya artinya kebalikannya.
> > > > >
> > > > > SEMUA SERBA KEBALIKAN.
> > > > >
> > > > > Untuk mengerti Vincent Liong, segala ucapan dia itu HARUS
> DIBALIK.
> > > Itu
> > > > > kunci dari THE PUZZLE.
> > > > >
> > > > > Vincent itu main TEKA-TEKI. Kunci pemecahannya cuma satu saja,
> > > DIBALIK
> > > > > SAJA. Kalau anda balik apa yang dituliskannya, maka ANDA AKAN
> > > MENGERTI
> > > > > APA YANG DIMAKSUDNYA.
> > > > >
> > > > > Itu saja komentar saya saat ini. Hmmm hmmm hmmm. Udah ya,
> jangan
> > > > > tanya2 lagi ya, TANYA LANGSUNG SAMA ORANGNYA AJA.
> > > > >
> > > > > Kalo dijawab, jawabannya DIBALIK AJA. That's THE REAL ANSWER.
> > > > >
> > > > > Leo
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > > >
> > > >
> > >
> > >
> > >
> >
>
>
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Be a career mentor

for undergrads.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Official Samsung

Yahoo! Group for

supporting your

HDTVs and devices.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: