Selasa, 14 Agustus 2007

[psikologi_transformatif] Guratan (Anne Frank) dalam Lembar Kehidupan

Guratan (Anne Frank) dalam Lembar Kehidupan
 
Oleh:
Audifax
Penulis buku "Imagining Lara Croft" (2006, Jalasutra) dan "Semiotika Tuhan" (2007, Pinus)
 
"Kertas memiliki kesabaran yang lebih ketimbang manusia". Kalimat itu sempat menjadi perenungan Anne Frank. Kertas memang kemudian menjadi sahabat bagi Anne. Kepada lembar demi lembar buku hariannyalah, Anne bercerita tentang banyak hal seputar hidupnya. Hidup seorang Yahudi yang menderita di bawah hukum Anti-Yahudi yang diterapkan Hitler. "Kitty", demikian Anne memberi nama buku hariannya, adalah tempat Anne menuliskan kisah-kisah hidupnya.
 
Kitty memang memiliki kesabaran lebih ketimbang manusia, karena ia bukan hanya 'menampung' semua cerita Anne, melainkan juga menjaga agar kisah itu tak lenyap di saat banyak orang ingin menghapus memori kelam Perang Dunia II. Seorang romo berkebangsaan Jerman pernah menuturkan bahwa sampai belasan tahun setelah holocaust, tak ada satupun mata pelajaran di sekolah Jerman yang mengajarkan peristiwa pembantaian Yahudi itu. Romo itu tahu peristiwa itu ada bukan dari pengetahuan yang diajarkan di sekolah, melainkan dari buku harian Anne Frank.
 
Lembar demi lembar "Catatan Harian Anne Frank" memang seolah menceritakan (ulang) pada pembacanya mengenai apa yang pernah diungkapkan Anne pada Kitty. Anne Frank memang telah meninggal di tahun 1945, menjelang ulang tahunnya yang keenambelas, tetapi melalui Kitty, sosok Anne Frank hidup terus. Dengan kesabaran yang melampaui manusia, Kitty menuturkan terus-menerus kisah hidup Anne, melampaui ruang dan waktu.
 
Sebuah Catatan yang Abadi
Semenjak terbit di tahun 1947, "Catatan Harian Anne Frank" telah dibaca oleh lebih dari sepuluh juta orang di seluruh dunia. Kisah hidup Anne menjadi wasiat berharga bagi kehidupan itu sendiri. Buku ini merupakan salah satu auto-biografi yang paling disukai sepanjang masa. Barangkali, hal itu justru karena buku ini bukan berisi kisah pahlawan di medan perang, melainkan tentang gadis remaja biasa.
 
Buku harian Anne berisikan kisah-kisah yang juga dialami gadis remaja pada umumnya. Anne bukan simbol tanpa cacat yang tak terpahami keterbatasan pikiran manusia. Sebaliknya, Anne juga mengalami perkembangan psikis yang serupa dengan remaja lain, misalnya dia rewel dan mencoba menanggulangi kemunculan seksualitasnya. Ia juga kerap berselisih dengan ibunya, serta memiliki watak berubah-ubah antara riangnya anak-anak dan kesedihan orang dewasa. Sebuah gambaran psikis yang khas remaja.
 
Anne tampil manusiawi, jujur dan memiliki kerapuhan yang menyentuh. Ia bukan tampil sebagai pahlawan atau sosok kuat yang berkemampuan menyelamatkan, melainkan tampil layaknya 'seseorang di antara kita'. Anne dan keluarganya, melarikan diri dari horor pendudukan Nazi. Selama 2 tahun ia bersembunyi di belakang sebuah gudang di Amsterdam. Anne berusia tiga belas ketika keluarganya bersembunyi di Secret Annex, dan halaman demi halaman catatan hariannya, adalah saksi pertumbuhannya menjadi perempuan muda yang mencoba mengamati watak manusia secara bijak.
 
Dengan wawasannya, Anne menyingkapkan hubungan antara delapan orang yang hidup di bawah kondisi luar biasa, menghadapi kelaparan, ancaman ketahuan dan dibunuh, yang senantiasa membayangi. Inilah sebuah kehidupan dari orang-orang yang terasingkan. Kebosanan, kesalahpahaman karena hal remeh, serta frustrasi, merupakan implikasi dari situasi hidup di bawah ketegangan tak tertahankan dan tempat tinggal yang dibatasi.
 
Kisah dan Keabadian
Friedrich Nietzche pernah mengemukakan sebuah pemikiran kontroversial. Konon, menurutnya waktu tak berjalan linier melainkan melingkar. Dalam waktu yang melingkar, peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, akan terjadi lagi. Di sela-sela membaca kisah Anne Frank, barangkali pendapa Nietzche ini menemukan konteksnya ketika kita juga teringat hal-hal yang terjadi di sekeliling kita. Kisah orang-orang yang dipinggirkan, diburu, dibunuh, memang tak hanya terjadi di masa Nazi berkuasa, melainkan berulang di berbagai sudut kehidupan saat ini.
 
Sinkronisitas antara jaman di mana Anne hidup dan masa sekarang, membuat kisah-kisah dalam Catatan Harian Anne Frank menjadi kisah abadi yang bisa dirasakan juga oleh setiap generasi. Di saat inipun, masih banyak orang-orang yang dipinggirkan, diburu dan dibunuh. Baik bagi pembaca muda maupun tua, catatan-catatan Anne merupakan pengingat akan sisi kelam yang pernah ada dalam kehidupan. Kekejaman yang bisa membawa pembaca untuk merefleksikan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan manusia. Mahkluk bernama 'manusia' ternyata tak selalu bisa menampilkan kejernihan berpikir seperti diungkapkan Rene Descartes dalam cogito ergo sum (Aku berpikir maka aku ada). Dalam konteks-konteks tertentu, ungkapan terkenal Thomas Hobbes: "Homo homini lupus" (Manusia yang satu menjadi serigala bagi manusia lainnya) lebih menggambarkan keberadaan manusia.
 
Di sinilah kita bisa belajar sesuatu dari Anne perihal memandang realita. Anne tak setuju pendapat ibunya yang berkata: "Pikirkan tentang semua penderitaan di dunia, lalu bersyukurlah karena kamu bukan bagian dari itu". Anne justru berpendapat: "Keluar, jelajahi seluruh pelosok negeri, nikmati matahari, dan semua yang telah diberikan alam. Keluar dan coba tangkap kembali kebahagiaan dari dalam dirimu sendiri, pikirkan semua keindahan yang bersemayam dalam diri dan sekitarmu, berbahagialah". Dalam keindahan yang masih tersisa, bahkan dalam kungkungan nasib buruk sekalipun, bila kamu benar-benar menggalinya, kamu akan temukan kembali kebahagiaan demi kebahagiaan dan mencapai keseimbangan.
 
Ketika waktu melingkar, selain kisah-kisah berulang, ketakpastian juga meningkat. Tak ada awal dan akhir yang bisa membuat manusia memperoleh kepastian. Ketakpastian inilah yang dirasakan oleh orang-orang yang mengalami nasib seperti kaum Yahudi yang dipinggirkan, diburu dan dibunuh ketika Perang Dunia II. Dalam situasi ini, apa yang disarankan Anne untuk mencari keindahan yang tersisa terletak pada bagaimana melampaui dikotomi biner kepastian-ketakpastian (juga hidup-mati, tawa-tangis, susah-senang).  Layaknya Nietzche yang mengajarkan amor fati, mencintai kehidupan dan berkata "Ya" pada ketakpastian, sehingga manusia bisa melampaui kefanaan manusianya, seperti itulah Anne mencoba melampaui situasi hidupnya dengan cara menjalaninya dan menjalinnya dalam untaian kata di catatan hariannya. Catatan itupun kemudian melampaui segala ketakpastian, membuat sosok Anne Frank hidup terus dari generasi ke generasi, melampaui ruang dan waktu, melampaui manusia itu sendiri.


 
 
Kesadaran bahwa kita tak pernah sendiri inilah yang coba kita bangun di milis Psikologi Transformatif. Ada perbedaan, pertengkaran, persahabatan, ketidakcocokan, namun di balik itu semua ada satu hal penting bahwa kita tak pernah sendiri. Melampaui segala hal itu kita tetap bisa merasa sebagai sesama warga milis Psikologi Transformatif.
 
Bagi mereka yang ingin bergabung dengan milis Psikologi Transformatif, ketik:
 
www.groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif
 
 
Sekilas Mailing List Psikologi Transformatif
Mailing List Psikologi Transformatif adalah ruang diskusi yang didirikan oleh Audifax dan beberapa rekan yang dulunya tergabung dalam Komunitas Psikologi Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Saat ini milis ini telah berkembang sedemikian pesat sehingga menjadi milis psikologi terbesar di Indonesia. Total member telah melebihi 1900, sehingga wacana-wacana yang didiskusikan di milis inipun memiliki kekuatan diseminasi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tak ada moderasi di milis ini dan anda bebas masuk atau keluar sekehendak anda. Arus posting sangat deras dan berbagai wacana muncul di sini. Seperti sebuah jargon terkenal di psikologi "Di mana ada manusia,  di situ psikologi bisa diterapkan" di sinilah jargon itu tak sekedar jargon melainkan menemukan konteksnya. Ada berbagai sudut pandang dalam membahas manusia, bahkan yang tak diajarkan di Fakultas Psikologi Indonesia.
 
Mailing List ini merupakan ajang berdiskusi bagi siapa saja yang berminat mendalami psikologi. Mailing list ini dibuka sebagai upaya untuk mentransformasi pemahaman psikologi dari sifatnya selama ini yang tekstual menuju ke sifat yang kontekstual. Anda tidak harus berasal dari kalangan disiplin ilmu psikologi untuk bergabung sebagai member dalam mailing list ini. Mailing List ini merupakan tindak lanjut dari simposium psikologi transformatif, melalui mailing list ini, diharapkan diskusi dan gagasan mengenai transformasi psikologi dapat terus dilanjutkan. Anggota yang telah terdaftar dalam milis ini antara lain adalah para pembicara dari simposium Psikologi Transformatif : Edy Suhardono, Cahyo Suryanto, Herry Tjahjono, Abdul Malik, Oka Rusmini, Jangkung Karyantoro,. Beberapa rekan lain yang aktif dalam milis ini adalah: Audifax, Leonardo Rimba, Mang Ucup, Goenardjoadi Goenawan, Prastowo, Prof Soehartono Taat Putra, Bagus Takwin, Amalia "Lia" Ramananda, Himawijaya, Rudi Murtomo, Felix Lengkong, Kartono Muhammad, Ridwan Handoyo, Dewi Sartika, Jeni Sudarwati, FX Rudy Gunawan, Arie Saptaji, Radityo Djajoeri, Tengku Muhammad Dhani Iqbal, Anwar Holid, Elisa Koorag, Kidyoti, Priatna Ahmad,  J. Sumardianta, Jusuf Sutanto, Stephanie Iriana, Yunis Kartika, Ratih Ibrahim, Sartono Mukadis.
 


Boardwalk for $500? In 2007? Ha!
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Yahoo! Avatars

Express Yourself

Show your face in

Messenger & more.

Yahoo! Mail

You're invited!

Try the all-new

Yahoo! Mail Beta

Featured Y! Groups

and category pages.

There is something

for everyone.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: