Kamis, 11 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Re: APAKAH VINCENT LIONG TIDAK PERNAH MINTA DUKUNGAN DANA ?

Vinvcent pernah mengaku-aku dapat donasi buku $100 per bulan dari
Mr. G [he he he eh he he, bukan saya].

saya yakin itu halusinasinya vincent seolah-olah saya ingin nyumbang
dia. wong edun, disumbang.

salam,'
goen

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "sinagahp"
<sinagahp@...> wrote:
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Vincent Liong
> <vincentliong@> wrote:
>
> > Tetapi urusan di luar sekolah saya selalu sukses tanpa
> > minta dukungan dana dan tanpa bimbingan orangtua
> > karena bidangnya tidak cocok, hanya dukungan sebagai
> > keluarga saja.
>
> harez:
>
> Apakah Vincent Liong tidak pernah minta dukungan dana dari orang
tua ?
> vcl:
> Biaya penelitian saya selama ini minta orangtua dan patungan dengan
> object/subject penelitian saya jadi nga modal gitu. Kalau mau
> sumbang-sumbang, jangan sungkan:
> Sumber:
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/2005
>
> Untuk mendidik saya orangtua saya ketika saya di
> Australia pernah membiarkan saya menghabiskan uang
> sekitar Rp.200.000.000,- dalam 8 bulan, saya habiskan
> berfoya-foya. <--- urusan di luar sekolah ?
>
> Sumber:
> http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/9699
>
> Apakah Vincent Liong mau berbohong lagi ?
>
>
> salam,
> harez
>
>
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, Vincent Liong
> <vincentliong@> wrote:
> >
> > Wawancara Tabloid Mom&Kiddie tentang Anak Indigo via
> > email
> >
> > Pewawancara: Fransisca Pardede / Sisca
> > (Reporter Tabloid Mom&Kiddie)
> >
> >
> >
> >
> > 1. Setelah membaca beberapa profil yang saya temui di
> > internet, Anda merasa "kelebihan" yang Anda miliki
> > malah terekspos dengan media, padahal sebelumnya Anda
> > merasa biasa-biasa saja. Lalu, bisa tolong diceritakan
> > sedikit latar belakang keluarga, keseharian dan
> > pendidikan Anda? Dan "kelebihan" apa saja yang Anda
> > miliki?
> >
> >
> > Vincent Liong answer:
> >
> > Mama saya berbackground IT dan Matematik lulusan
> > Belanda, ayah saya berbackground IT dan Elaktro
> > lulusan Jerman. Sejak TK Tirta Martha, SD & SLTP
> > Pangudi Luhur, SMU di St Laurencia (hanya ½ tahun),
> > highschool (setingkat SMU) di The Meridian
> > International School, Sydney AUS dan The Gandhi
> > Memorial International School, sampai universitas
> > hingga mengundurkan diri di semester 4 saya tidak
> > pernah beres dalam hal sekolah resmi. Saya beberapa
> > kali tidak baik kelas, ketika kelas 4 SD Pangudi
> > Luhur, 1x ketika SLTP Pangudi Luhur (saya lupa kelas
> > berapanya) dan 1x ketika SMU di The Gandhi Memorial
> > International School.
> >
> > Tetapi urusan di luar sekolah saya selalu sukses tanpa
> > minta dukungan dana dan tanpa bimbingan orangtua
> > karena bidangnya tidak cocok, hanya dukungan sebagai
> > keluarga saja. Ketika kelas 3 SLTP Pangudi Luhur saya
> > sempat menjual karya tulis untuk tugas akhir yang saya
> > jual untuk yang malas membuat, di kelas 3 SLTP ini
> > saya juga menterbitkan buku pertama saya Berlindung di
> > Bawah Payung (Penerbit Grasindo 2001), ketika di The
> > Meridian International School, Sydney AUS menulis buku
> > yang sifatnya otobiografi yang berjudul Menjadi Diri
> > Sendiri (tidak diterbitkan), menulis kumpulan tulisan
> > pendek yang diberi judul Saat Kiamat dalam ruang
> > Individu (tidak diterbitkan), sempat juara lomba
> > menulis untuk tulisan Tentang Manusia dalam Bumi
> > Manusia saat highschool di The Gandhi Memorial
> > International School, sempat menjadi pengajar
> > kundalini di bulan Juni tahun 2004 hingga akhir tahun
> > 2004, dan mulai tahun 2005 awal memulai proses
> > penelitian hingga akhirnya membikin ilmu yang
> > sekarang dinamakan kompatiologi.
> >
> > Sejak buku pertama saya hingga ilmu kompatiologi tema
> > yang saya kerjakan selalu tidak jauh dari tema `diri
> > sendiri'. saya seorang peneliti seumur hidup, jadi
> > penelitian saya hanya satu tema dan dijalankan seumur
> > hidup dengan segala proses yang dialaminya. Saya mampu
> > melakukan semuanya sampai hari ini karena kebiasaan
> > saya mengumpulkan massa sejak saya SMU / highschool di
> > tiap tempat saya tinggal dan juga di maillist, selalu
> > ada pembaca tetap tulisan saya yang menunggu tulisan
> > saya atau perkembangan penelitian saya berikutnya yang
> > setia hingga bertahun-tahun sehingga tahu benar proses
> > saya. Maka dari itu ketika saya memulai penelitian
> > kompatiologi dengan biaya gratis saya mendapat banyak
> > sukarelawan dari pengamat setia saya untuk dijadikan
> > kelinci percobaan eksperimen dengan kerelaan dan
> > kepasrahan untuk menanggung resiko bisa menjadi korban
> > (dirugikan) dari eksperimen tsb tanpa ada komplain
> > tertulis hingga hari ini. Tanpa dukungan dari pengamat
> > setia ini saya tidak mampu melakukan eksperimen hingga
> > menghasilkan ilmu kompatiologi yang tentunya tidak
> > bisa diteliti dari nol menggunakan model penelitian
> > konfensional yang tidak memiliki ketersediaan
> > sukarelawan kelinci percobaan manusia yang rela
> > berkorban dalam penelitian ini.
> >
> > Keseharian saya sekarang adalah nongkrong di rumah dan
> > fitness 1x sehari, kadang-kadang ada tamu sahabat saya
> > datang untuk ngobrol, bekerja rata-rata seminggu
> > sekali saja. Saya anak rumahan…
> >
> >
> >
> >
> > 2. Anak indigo disebut-sebut dapat meramal atau
> > melihat kejadian yang akan datang, bagaimana Anda
> > menanggapi hal tersebut? Tolong jelaskan!
> >
> >
> > Vincent Liong answer:
> >
> > Proses dari binatang hingga berefolusi menjadi manusia
> > yang berbudaya itu adalah proses dari system berpikir
> > yang lebih animisme (menghargai berbagai hal di
> > sekitar manusia sebagai data mentah, hanya
> > memperhitungkan hubungan satu dengan yang lain untuk
> > kepentingan diri sendiri, tanpa membuat konsep baku
> > tentang data tsb) menuju sistem berpikir monotheisme
> > (membatasi pada keyakinan yang dianggap penting saja
> > dan membakukan sesuatu yang dianggap kebenaran).
> >
> > Ketika seorang anak belum sekolah system berpikirnya
> > masih tidak jauh berbeda dengan binatang dimana anak
> > tsb masih mengamati hal-hal di sekitarnya dengan
> > belajar dari tiap pengalamannya, bukan meyakini apa
> > yang diwariskan melalui system pembelajaran ceramah
> > dan menghafalkan. Ketika belum bersekolah anak tsb
> > masih mampu melakukan pengukuran yang sifatnya
> > subjective (tentang posisi dirinya sendiri terhadap
> > posisi berbagai hal; manusia, hewan, tanaman & benda
> > mati di luar dirinya, dalam hubungan dengan
> > kepentingannya sendiri tanpa mendefiniskannya menjadi
> > kebenaran yang bersifat mutlak), ketika bersekolah
> > anak tsb diajarkan untuk mengabaikan pengukuran yang
> > sifatnya subjective dan belajar mementingkan
> > pengukuran yang sifatnya objective (pengukuran
> > terhadap hal di luar diri saja yang selalu
> > memposisikan diri menjaga jarak dengan object) seperti
> > penambahan dan pengurangan, lalu berefolusi semakin
> > detail ke perkalian dan pembagian lalu ke
> > pengkwadratan dlsb semakin lama semakin kompleks. Anak
> > itu juga diajarkan untuk mengabaikan pengalaman
> > subjective dan digantikan dengan belajar meyakini
> > konsep kebenaran mutlak (believe system) hal-hal yang
> > tidak berkaitan langsung dengan dirinya seperti
> > pelajaran di sekolah yang menggunakan budaya ceramah
> > dan menghafalkan, agama dan konsep spiritual yang
> > tidak dikenal sebagai sesuatu yang dekat bagi dirinya.
> >
> >
> > Yang terjadi pada anak yang disebut indigo adalah: dua
> > hal jenis pengukuran yang subjective dan objective ini
> > tetap ada secara pararel, tanpa keberhasilan proses
> > penghilangan paksa kemampuan pengukuran subjective
> > yang pada kebanyakan anak hal ini telah hilang dan
> > didominasi oleh budaya pengukuran objective dan
> > meyakini suatu konsep kebenaran mutlak (believe
> > system).
> >
> > Anak tsb tetap membaca menghargai pengalaman atas
> > berbagai hal di sekitarnya sebagai data mentah, hanya
> > memperhitungkan hubungan satu dengan yang lain untuk
> > kepentingan diri sendiri, tanpa membuat konsep baku
> > tentang data tsb ; Tetapi di sisi lain konsep
> > kebenaran mutlak dan pengukuran objective dianggap
> > sebagai suatu konstruksi aturan main yang berlaku di
> > kondisi tertentu yang tetap bisa diakali, dicari
> > celahnya untuk memajukan kepentingan diri sendiri.
> > Jadi sifat si anak ini seperti seorang ahli hukum yang
> > bisa mengakali celah-celah hukum untuk memainkan suatu
> > kebenaran yang relatif. Seperti seorang yang menyetir
> > mobil dan dibekali pengetahuan tentang peta kota tsb,
> > tidak terbatasi oleh beberapa jalan utama yang umum
> > digunakan orang dalam bepergian dari satu tujuan ke
> > tujuan lain di kota tsb. Selalu ada jalan yang lain
> > diantara jalan yang umum semi kepentingan diri
> > sendiri, its our own free choice to choose. Jadi kalau
> > anda ajak anak indigo ke bahasa metafisika maka dia
> > akan dapat membaca posisi dari dirinya dan posisi dari
> > konstruksi aturan main tsb dan berusaha menyesuaikan
> > bahasa dengan bahasa metafisika, begitu juga
> > sebaliknya kalau anda bawa ke bahasa yang logis, anak
> > indigo mampu mentranslate berbagai asosiasi bahsa
> > kontekstual ini.
> >
> > Kerja system berpikir anak indigo itu seperti kerja
> > sampler dan translater pada hardware komputer dan
> > berbagai alat indrawi. Mata misalnya melihat dengan
> > mengukur tiap sample gradasi jarak (jauh-dekat) dan
> > intensitas cahaya(terang-gelap), telinga mengukur tiap
> > sample gradasi frekwensi getaran (tinggi-rendah) dan
> > keras-lemahnya suara, tiap alat sampling merekam
> > sample setiap saat dengan berbagai pengalamannya yang
> > terus berubah. Data-data tsb lalu ditranslate menjadi
> > berbagai informasi yang lebih kongkrit yang berguna
> > bagi si manusia misalnya anak indigo bisa mengukur
> > gradasi hirarki, kepentingan, perasaan, kedekatan,
> > dlsb yang data ini bisa diperkirakan bentuk past &
> > future nya, juga hubungannya dengan berbagai pohon
> > factor pilihan-pilihan yang bisa diambil dengan
> > konsekwensi (bayar & beli)nya masing-masing.
> >
> >
> > Yang menjadi masalah adalah pihak-pihak yang mengaku
> > ahli mengenai anak indigo entah yang berlatarbelakang
> > pendidikan ilmiah, agama, spiritual dan metafisika
> > lebih senang membawa masalah indigo ke ranah keyakinan
> > daripada ke ranah tekhnis-mekanistik system berpikir
> > anak indigo itu sendiri. Memang membuat penelitian
> > jauh lebih sulit daripada sekedar melahirkan keyakinan
> > dan sensasi baru di tengah masyarakat yang bingung dan
> > mudah dibodohi.
> >
> > Maka bermunculan anak indigo yang dikaitkan dengan
> > cakra nila (indigo) mekipun pada kenyataannya foto
> > aura hanya mampu membaca kondisi emosi yang berubah
> > setiap saat. Saya pernah mencoba foto aura dan
> > mendapat hasil warna indigo lalu di harp berbeda foto
> > aura dan mendapat hasil dominant cakra hijau, jadi
> > foto aura ini tidak bisa dijadikan patokan mutlak.
> > Muncul juga teori tentang reinkarnasi yang
> > menggambarkan anak indigo setengah dewa, dlsb.
> > Masalahnya tidak ada tanggungjawab moral dari
> > pihak-pihak yang mengaku ahli mengenai anak indigo ini
> > yang telah membatasi kebebasan pilihan masadepan si
> > anak dari anak biasa yang bebas memilih jalan hidupnya
> > tanpa prejudgement dari masyarakat menjadi, dianggap
> > setengah nabi sebelum mampu melakukan apa-apa. Nabi
> > saja harus membuat tindakan dengan konsekwensi nyata
> > dan besar dulu baru setelah meninggal dianggap nabi
> > oleh orang yang tidak mengenal dirinya.
> >
> >
> >
> >
> > 3. Sepengetahuan saya, Anda sedang menekuni "Dekon
> > Kompatalogi", boleh tolong dijelaskan sedikit mengenai
> > hal tersebut?
> >
> >
> > Vincent Liong answer:
> >
> > Bagi saya indigo itu hanyalah satu kondisi system
> > berpikir (seperti yang sudah saya ceritakan di atas)
> > yang kebetulan cukup lengkap fasilitas softwarenya
> > dimana kondisi fisikal kelengkapan anggota badan
> > manusia pada umumnya hampir sama saja. Jadi menurut
> > sudutpandang saya tidak ada istilah pintar dan bodo,
> > genius dan ideot, indigo dan tidak indigo, sakti dan
> > tidak sakti, bakat atau tidak bakat, sehat atau sakit
> > yang bisa membuat kondisi non egaliter pada manusia.
> > Asal hardware dan softwarenya sama maka kemampuannya
> > juga sama.
> >
> > Untuk itu saya sejak tahun 2005 hingga 2006
> > pertengahan merintis penelitian berbentuk
> > eksperimen-eksperimen empiris fisikal (menggunakan
> > sample minuman) tanpa hubungan dengan lembaga
> > pendidikan apapun yang terlanjur menggunakan pola
> > pikir meyakini kebenaran (believe system), teori
> > bakat/tidak bakat, juga tanpa hubungan dengan
> > pihak-pihak metafisika, agama, metafisika, spiritual,
> > dlsb dalam penelitiannya ; Meskipun pada akhirnya
> > banyak pihak yang berusaha mengkaitkan entah ke
> > ilmupengetahuan ilmiah, metafisika, dan spiritual
> > setelah eksperimen untuk merancang SOP nya selesai
> > dilakukan. Setelah Juni 2006 banyak paper mengenai
> > kompatiologi bermunculan dari berbagai latarbelakang
> > pengguna yang menggunakannya.
> >
> > Yang dilakukan kompatiologi adalah mengembalikan
> > fungsi pengukuran subjective yang hilang sejak
> > seseorang masuk ke sekolah. Sehingga para pengguna
> > kompatiologi memiliki fungsi tekhnis-mekanistik
> > pengukuran subjective, pengukuran objective dan system
> > keyakinan (ilmupengetahuan ilmiah, agama, spiritual
> > dan metafisika) secara lengkap. Kompatiologi diajarkan
> > ke orang-orang yang berumur 25 tahun ke atas, kalau ke
> > yang masih sekolah dikahwatirkan akan menjadi terlalu
> > lihai untuk mencari celah sehingga sulit diatur dan
> > bandel seperti anak indigo.
> >
> > Maka dari itu hal-hal yang bisa dilakukan oleh anak
> > indigo juga adalah standart kemampuan tiap user
> > kompatiologi tanpa terkecuali. Bedanya dengan fenomena
> > anak indigo, komatiologi ada untuk digunakan langsung
> > pada lapangan pekerjaan masing-masing penggunannya di
> > bidang masing-masing bukan untuk meresmikan seseorang
> > menjadi indigo atau tidak indigo dalam keyakinan
> > masyarakat.
> >
> > Mindset praktisi kompatiologi menganggap ilmu apapun
> > juga (ilmupengetahuan ilmiah, agama, spiritual dan
> > metafisika) hanyalah suatu posisi diantara penggaris
> > ukur (range & scale) dan bidang konteksual yang begitu
> > luas. Buat apa membangga-banggakan telah menghafalkan
> > suatu posisi pada alat ukur dan meresmikannya, pada
> > akhirnya limu itu hanya satu posisi bukan kemampuan.
> > Ilmu hanyalah suatu konstruksi aturan main yang
> > berlaku di tempat tertentu.
> >
> > Kemarin ketika salahsatu user kompatiologi membuat
> > satu campuran minuman lalu sama-sama diminum, saya
> > sempat nyeletuk kok seperti kundalini (posisi gradasi
> > minuman yang dihasilkan bila diasosiasikan ke tubuh
> > fisik mirip posisi ilmu kundalini yang dimana saya
> > sempat jadi pengajar kundalini di tahun 2004). Bagi
> > pengamat yang kebetulan datang misalnya bapak Kanto
> > Darmono hal ini sangat membingungkan, tetapi bagi
> > praktisi kompatiologi memang ilmu apapun dianggap
> > hanya satu posisi, ya tidak ada yang spesial. Kalau
> > kita bisa posisikan diri di posisi ilmu tertentu ya
> > bisa kita buat diri kita mampu ilmu tertentu, buat apa
> > mendalami bertahun-tahun; tahu aturan mainnya maka
> > kita sudah mampu bermain.
> >
> > Orang perantau jaman dulu bisa datang merantau hanya
> > bermodal badan dan pakaian yang dipakai tetapi bisa
> > berkembang, membuka usaha hingga menjadi pengusaha
> > kaya di tanah perantauan, mereka ini tidak bersekolah
> > juga tidak tahu teori apa-apa. Yang dia miliki adalah
> > kemampuan membaca posisi dirinya sendiri, hal-hal di
> > luar dirinya sendiri dan bagaimana celah-celah untuk
> > mencapai tujuan yaitu keuntungan secara materi dan
> > penerimaan masyarakat setempat demi untuk dapat tetap
> > hidup. Sedangkan penduduk lokal yang sudah terlalu
> > melekat pada keyakinan yang dianggap mutlak benarnya
> > lebih sulit untuk membaca posisi dirinya dan di luar
> > dirinya sehingga hanya tetap pada kondisi ekonomi yang
> > sama atau malah diperbudak oleh si perantau.
> >
> >
> >
> >
> > 4. Apa yang ingin Anda sampaikan kepada para orang
> > tua, jika memang mereka memiliki anak yang termasuk
> > kategori anak indigo?
> >
> >
> > Vincent Liong answer:
> >
> > Pertanyaan: Anak itu hidup untuk orangtua atau
> > orangtua hidup untuk anak. Pada kenyataannya orangtua
> > yang suka melabel-labelkan anaknya adalah orangtua
> > yang melakukan hal tsb untuk kepuasan dirinya sendiri
> > karena memiliki anak yang dilabel ajaib. Jadi kalau
> > anaknya kurang memuaskan ego si orangtua daripada
> > dianggap kurang lebih baik dianggap ajaib ; Genius dan
> > gila itu selalu tipis bedanya.
> >
> > Kalau punya anak yang termasuk kategori indigo saya
> > sarankan untuk dibiarkan saja menghadapi berbagai
> > kesulitan dalam berhadapan dengan masyarakat alamiah.
> > Anak indigo khan katanya adaptif, jadi biarkan mereka
> > belajar untuk survive di tengah perbedaan. Kalau
> > repot-repot diikutkan terapi, dilabelkan indigo atau
> > disekolahkan secara khusus malah membuat anak anda
> > yang konon indigo menjadi lemah gara-gara kehilangan
> > kemampuan utamanya yaitu kemampuan beradaptasi, dan
> > terbatasi hidupnya akibat label indigo itu. Kata orang
> > khan indigo itu suatu gift form the god, jadi tidak
> > perlu di apa-apakan karena bukan orang sakit, apalagi
> > mendapat toleransi khusus…
> >
> > Rata-rata anak yang diikutkan terapi khusus indigo
> > bukannya lebih normal tetapi lebih tertekan sehingga
> > lebih aneh, karena dia harus menghadapi kenyataan pada
> > orangtua yang lebih percaya orang lain dibanding
> > anaknya sendiri sehingga harus bersifat defensive pada
> > siapapun orang disekitarnya termasuk orangtuanya
> > sendiri yang turut membatasi kebebasan pilihan
> > hidupnya dengan melabelkan anak sendiri sebagai indigo
> > dengan harapan yang terlalu wah di masadepan si anak.
> >
> >
> > Ttd,
> > Vincent Liong
> > Jakarta, Senin, 1 Oktober 2007
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Email sebelumnya...
> > Fransisca Pardede fp_chika@ wrote:
> >
> >
> > Dear Vincent,
> > Sebelumnya terima kasih untuk kesediaannya, saya
> > ditugaskan untuk menulis tentang "anak indigo" (garis
> > besarnya secara umum), oleh karena itu saya memohon
> > sedikit komentar dari Anda seputar indigo.
> > Berikut yang akan saya tanyakan:
> > 1. Setelah membaca beberapa profil yang saya temui di
> > internet, Anda merasa "kelebihan" yang Anda miliki
> > malah terekspos dengan media, padahal sebelumnya Anda
> > merasa biasa-biasa saja. Lalu, bisa tolong diceritakan
> > sedikit latar belakang keluarga, keseharian dan
> > pendidikan Anda? Dan "kelebihan" apa saja yang Anda
> > miliki?
> > 2. Anak indigo disebut-sebut dapat meramal atau
> > melihat kejadian yang akan datang, bagaimana Anda
> > menanggapi hal tersebut? Tolong jelaskan!
> > 3. Sepengetahuan saya, Anda sedang menekuni "Dekon
> > Kompatalogi", boleh tolong dijelaskan sedikit mengenai
> > hal tersebut?
> > 4. Apa yang ingin Anda sampaikan kepada para orang
> > tua, jika memang mereka memiliki anak yang termasuk
> > kategori anak indigo?
> >
> > Itu saja pertanyaan saya, tolong dibalas paling telat
> > hari Rabu malam (3-10-07) yah. Terima kasih banyak,
> > mohon maaf karena tugas lain yang menunggu, kemarin
> > saya tidak bisa mengikuti kegiatan terapi yang Anda
> > berikan.
> >
> > Note: tolong sertakan foto Anda via email juga yah.
> >
> > Regards'
> >
> > Sisca (Reporter Tabloid Mom&Kiddie)
> >
> >
> > Send instant messages to your online friends
> http://au.messenger.yahoo.com
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
SPONSORED LINKS
Health & Fitness

on Yahoo! Groups

Useful info for the

health conscious.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Real Food Group

Share recipes

and favorite meals.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: