Selasa, 25 Desember 2007

Bls: [psikologi_transformatif] Rasa cabe dan rasa-rasa lain



----- Pesan Asli ----
Dari: wolikertajiwa <wolikertajiwa@yahoo.com>
Kepada: psikologi_transformatif@yahoogroups.com
Terkirim: Selasa, 25 Desember, 2007 11:03:13
Topik: [psikologi_transformatif] Rasa cabe dan rasa-rasa lain

Bagaimana rasanya cabe ? Pedas. Kalau ditanya apa itu pedas, bisa
dideskripsikan melalui analogi 'panas' dsb atau simtom-simtomnya.
Mengikuti Sidney Hook, filsuf pragmatisme Amerika, serupa dengan
Filsafat Eksistensialisme Martin Heidegger bertanya "mengapa ada
ketiadaan, mengapa tidak ada ketiadaan ?". Nggak perlu dijawab, kata
Sidney Hook. Orang boleh menjawab pertanyaan kenapa Jam dinding
ditaruh disitu, tapi tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanya an
selanjutnya yang kurang penting / perlu untuk dijawab.

Komentar :

Ketika disebut 'panas' dengan segala simptom2nya, maka orang lain yang pernah merasakan akan berkata bahwa diskripsi itu tidak benar.

Ketika sang murid bertanya pada gurunya : ' apakah zen itu ', dijawab : ' kamu sdh sarapan ?'. Muridnya menjawab : ' sudah '. Lalu gurunya menyambung : ' apakah kamu sdh cuci piringmu ?'.
Intinya bukan memikirkan, membahas, tapi keterlibatan.
Sidney Hook nampaknya sdh mulai memahami zen.

Interaktif semacam ini sdh biasa saya lakukan ketika selama 5 tahun menjadi narasumber tunggal dalam talk show radio. Kita tidak bisa minta penanya menunggu minggu depan akan dijawab. Karena memang intinya adalah reaksi spontan dan akurat.

" kalau ada, tapi belum dibutuhkan, maka tidak ada gunanya ;

demikian juga kalau saat dibutuhkan, tidak ada  "

=====

Prof Frans Magnis Suseno, seorang filsuf dan romo Katolik Indonesia,
lahir dan besar di Jerman. Dalam suatu kuliahnya di Fakultas
Psikologi dia bercerita, bahwa setelah sekian tahun tinggal di
Indonesia dia tetap belum bisa 'merasakan' rasanya 'amis'
dan 'gurih'. Sampai sekarang. Apa artinya ini ? secara teori saya
nggak tahu jawabannya. Tapi kira-kira... rasa-rasa itu dipahami
melalui pembelajaran dari masa kecil, dan tidak bisa lagi dipelajari
pada saat orang sudah dewasa. Dan ada 'kata' yang sudah 'membadan'
melalui proses budaya.

Saya ingin mengatakan juga dalam hal ini, bahwa 'mengalami' sendiri
rasa 'gurih' dan rasa 'amis' tidak membuat Romo Magnis
dapat 'merasa' atau memahami gurih dan amis. Secara kognitif dia
bisa melakukan korelasi antara 'amis' dengan ikan mentah,
dan 'gurih' dengan lauk / makanan yang enak. Lumayanlah, bisa 'tahu'
walaupun tidak bisa merasakan.

Komentar :

Dengan kata lain dia mengatakan bahwa tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya. Ini kan menguatkan apa yang saya katakan.

Karena itu seperti setiap kali diminta menjadi narasumber tentang zen, selalu saya katakan ini kerjaan yang sulit seperti orang menggigit akar bergelantungan dan di bawahnya ada jurang. Lalu ditanya : ' apa itu zen '.

Kalau dia sok tahu spt Osho dan menjawab, maka dia akan segera jatuh ke jurang.

Karena itu doktrinya adalah : ' dia tidak bisa diuraikan dengan kata-kata, tapi juga tidak bisa tanpa kata-kata '

Salam,

JS




Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Reconnect with

college alumni.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Fitness Zone

on Yahoo! Groups

Find Groups all

about healthy living.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: