Minggu, 28 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Re: Maya Notodisurjo : Psikolog Spesialis Praktik Hukum Negative Reinforcement

HAHAHA...milis ini sudah memenuhi syarat atau belum ya unutk masuk
MURI?

--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "goenardjoadi"
<goenardjoadi@...> wrote:
>
> vincent, vincent....
>
> mbok belajar dulu bahasa Indonesia..
>
> sangsi = ragu
> sanksi = hukuman, penalti
>
> orang penyandang disleksia [apa ya yang gak bisa spelling benar?],
> kok mau ngajak ngomong psikolog asli, piye?
>
> mbok belajar sama papa Liong, apa itu budi pekerti? nanti saya
kasih
> sangsi, lho, sangsi nya banyak, ada sangsi ahli, ada mbak sangsi,
>
> salam,
> goen
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "intel.psitrans"
> <intel.psitrans@> wrote:
> >
> > Maya Notodisurjo : Psikolog Spesialis Praktik Hukum Negative
> Reinforcement
> > (Baca email terlampir: Data Swastinika = Maya Notodisurjo)
> >
> >
> >
> > Pengantar
> >
> > Negative Reinforcement (stimulus negatif) secara sah / legal /
> resmi /
> > boleh dilakukan siapa saja bertitel Psikolog terhadap siapapun
> orang
> > non-psikologi yang ingin dijadikan target korban. Sebagai
psikolog
> > maka memiliki hak untuk mengatur nasib psikologis orang lain,
> bilamana
> > tidak menurut hukum psikologi maka siapapun dapat diberi sangsi
> tegas
> > di dunia maya dan dunia nyata. Silahkan baca dialog-dialog dengan
> > Psikolog Maya Notodisurjo di bawah ini tentang sangsi yang boleh
> > secara tegas diberikan kepada pihak-pihak yang dianggap bersalah
> dalam
> > hukum Psikologi di Indonesia.
> >
> > Sangsi-sangsi ala Psikologi tsb diantaranya berupa:
> > * Teror kepada anggota keluarga dengan sita jaminan.
> > * Cacimaki dengan bahasa kotor ala Psikologi kepada subject dan
> > keluarga subject.
> > * Pemalsuan dan penyebarluasan data kepribadian korban.
> > * Pemalsuan bukti korban dan pemalsuan kuesioner.
> > * Usaha pemerasan, penangkapan dan pemenjaraan melalui jalur
hukum.
> >
> > Untuk mengamati penerapan hukum ala Psikologi yang berlaku di
> > Indonesia dengan contoh praktikalnya dapat diamati prilaku para
> > psikolog kondang kita seperti misalnya Audifax, Ratih Ibrahim
> (sering
> > muncul di televisi dan majalah), Sinaga Harez Posma, dan di Maya
> > Notodisurjo di:
> > http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/messages .
> >
> >
> >
> >
> >
> > Subject: Psikologi ala Pak Jusuf Sutanto (was Re: Yuk kita rame2)
> > From: "monde78100" <monde78100@>
> > D/D/T:Wed Oct 24, 2007 2:48 pm
> > e-link:
> >
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33233
> > "swastinika" <swastinika@> wrote:
> >
> >
> > Swastinika menulis :
> > Kenapa Negative Reinforcement ini muncul? Sejauh yang saya amati,
> > karena pendekatan dengan mazhab psikologi yang lebih positif
sudah
> > dilakukan,tapi tidak berhasil.
> >
> > Monde : Mbak Swas, dari mana muncul penilaian tidak berhasil?
> Bukankah
> > justru kita seharusnya terus berusaha untuk menggunakan mazhab
> > psikologi yang positif dibandingkan menyerah dengan Negative
> > Reinforcement? Sebaiknya tidak ada alasan untuk membenarkan
> munculnya
> > Negative Reinforcement. Mungkin saja Negative Reinforcemet
memiliki
> > daya supaya setiap pelakunya akhirnya dapat mengambil hikmahnya.
> Tapi
> > bukan sebagai saran atau toleransi untuk memicu/membenarkan
> Negative
> > Reinforcement tersebut. Justru kita harus mengambil sikap tidak
> > mendukungnya.
> >
> > Swastinika menulis :
> > Subyek tetap tidak menyadari bahwa dirinya bermasalah, dan..
> > significant others-nya juga tetap tidak mendukung subyek untuk
> > menyadari masalahnya.
> >
> > Monde : Ini adalah pengamatan sepihak mbak Swas. Bermasalah atau
> tidak
> > bermasalahnya seseorang tergantung dari sudut kepentingan para
> > pengamatnya. Kalau mau melihatnya dengan sungguh-sungguh inilah
> yang
> > terjadi pada fenomena kompatiologi. Vcl dianggap bermasalah atau
> tidak
> > tergantung dari kepentingan terhadap kompatiologi ataupun
> > pertemanannya dengan Vcl. Jadi itu sangat subyektif sifatnya.
Jadi
> > tetap tidak bisa dipukul-rata Vcl sudah pasti bermasalah untuk
> > membenarkan munculnya Negative Reinforcement karena teman-
temannya
> > sudah tidak sanggup. Mbak Swas jangan terburu-buru memberikan cap
> > penilaian kalau kenal dengan Vcl dan teman-temannya saja cuma
dari
> milis.
> >
> > Swastinika menulis :
> > Padahal, dalam psikologi, semua "remedy" itu asalnya dari diri
> sendiri
> > dan/atau dukungan lingkungan. Integrasi antara keduanya. Kalau
> subyek
> > tidak menyadari dirinya bermasalah, apalagi lingkungan mendukung
> > konsep diri seperti itu, setahu saya pendekatan psikologi yang
> paling
> > positif pun tidak akan membawa perubahan :)
> >
> > Monde : Sekali lagi apa yang dikatakan oleh mbak Swas sendiri
> justru
> > menunjukkan kerelatifan suatu perilaku seseorang. Bukankah
> bermasalah
> > atau tidaknya seseorang sangat tergantung dari penilaian
> > lingkungannya? Nah kalau lingkungannya sudah mendukung, apa
> masalahnya
> > kalau begitu? Vcl bermasalah bagi mbak Swas itu sih urusan
> kepentingan
> > mbak Swas. Sekali-lagi tidak bisa dipukul-rata kalau mbak Swas
> sudah
> > memberikan penilaian Vcl bermasalah maka dianggap bagi seluruh
> > lingkungan lainnya pasti menilai juga Vcl bermasalah sekaligus
> > menganggap lingkungan lain adalah buta jika tidak melihatnya. Vcl
> > memiliki kekurangan iya. Kita semua pun memiliki kekurangan. Tapi
> > apakah kekurangan (yang lagi-lagi relatif) itu bermasalah bagi
> > lingkungannya itu soal lain.
> >
> > Swastinika menulis:
> > Kembali ke konsep Mamamia: mau pakai pendekatan apa pun, kalau
> Ajeng,
> > Fiersha, dll tidak menyadari dirinya perlu menjadi lebih baik,
> tidak
> > akan pernah berhasil mereka berubah :)
> >
> > Monde : Setuju!
> >
> > Mbak Swas mau beli Mondenya? Pliiissss
> >
> >
> >
> >
> >
> > Email sebelumnya:
> > Subject: Psikologi ala Pak Jusuf Sutanto (was Re: Yuk kita rame2)
> > From: Swastinika / Maya Notodisurjo
> > D/D/T: Wed Oct 24, 2007 10:58 am
> > e-link:
> >
>
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/33216
> > "swastinika" <swastinika@> wrote:
> >
> >
> > Pak Jusuf yth,
> >
> > Sejak kemarin ingin mengomentari tulisan Bapak, namun baru sempat
> > memformulasikannya sekarang :) Moga2 tidak menyinggung Bapak :)
> >
> > Pembahasan Bapak mengenai Mamamia menarik, tapi.. menurut hemat
> saya,
> > Bapak justru melupakan satu faktor penting dalam perubahan yang
> > terjadi dalam acara tersebut :) Yang mengubah diri si anak
> jalanan, si
> > tuna netra, si ibu rumah tangga ADALAH mereka sendiri. Niat
mereka
> > sendiri, usaha mereka sendiri. Psikologi bisa membantu mengenali
> > kebutuhan mereka, memotivasi mereka untuk berubah, tapi.. yang
bisa
> > menentukan berubah atau tidak adalah diri mereka sendiri.
Psikologi
> > das Sollen bertujuan untuk membuat si penguasa ilmunya mampu
> mengenali
> > dan memediasi pencapaian kebutuhan orang. Psikologi das Sein,
> menurut
> > saya, sudah cukup melakukan hal itu walaupun tentu masih harus
> terus
> > berkembang. Salah satu perkembangan yang dibutuhkan agar
Psikologi
> das
> > Sein makin sesuai dengan khitahnya (Psikologi das Sollen) adalah:
> > penerimaan orang2 terhadap psikologi sebagai psikologi (baik
> > mainstream maupun perkembangannya yang sesuai).
> >
> > Apa yang terjadi sekarang? Psikologi kerap kali dirancukan dengan
> > "perkembangan" yang tidak sesuai. Apa yang sebenarnya masuk ke
> tataran
> > astrologi, kebatinan, dan entah apa lagi, semuanya "dirancukan"
> > sebagai bagian dari psikologi - dengan alasan bahwa semua adalah
> > mengenai manusia sebagai individu. Dengan kerancuan2 seperti ini,
> > makin sulit orang percaya pada psikologi, apalagi melibatkannya
> dalam
> > porsi yang tepat :). Siapa yang mau melibatkan ilmu psikologi
dalam
> > pembuatan program, jika baik/buruknya program dinilai dari
rating
> dan
> > jumlah keuntungan material (yang tidak ada sangkut pautnya dengan
> > psikologi)?
> >
> > Kesalahan siapakah hal ini? Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian
> > psikolog memang tidak perduli pada hal2 ini, kurang
memperjuangkan
> hal
> > ini. Tapi.. terus terang, menurut saya, hal ini juga diperparah
> oleh
> > "awam" yang memposisikan dirinya sebagai ahli psikologi.
Bayangkan,
> > sudah psikologinya sendiri belum jelas di mata awam, tiba2 ada
awam
> > yang memposisikan diri sebagai ahli.. bagaimana awam yang lain
bisa
> > membedakan mana yang psikologi beneran mana yang psikologi
> gadungan ;)?
> >
> > Akan halnya "debat (kusir?)" atau yang Bapak sebut "pepesan
kosong"
> > itu, menurut hemat saya, justru sedikit banyak menunjukkan ciri2
> > psikologi. Mungkin bukan mazhab Psikologi Positif, atau Psikologi
> > Humanistik, atau mazhab2 lain yang percaya pada kemampuan
manusia,
> > tapi.. saya melihatnya mencirikan salah satu mazhab klasik
> psikologi:
> > Behavioristik. Beberapa kasus mengingatkan saya pada percobaan
> tentang
> > Negative Reinforcement: dimana ketidakmunculan perilaku positif
> akan
> > mengakibatkan munculnya penguatan negatif. Memang tidak sempurna,
> > karena tidak ada fixed ratio, interval ratio, dll, tapi moga2
bisa
> > membantu shaping behavior.
> >
> > Kenapa Negative Reinforcement ini muncul? Sejauh yang saya amati,
> > karena pendekatan dengan mazhab psikologi yang lebih positif
sudah
> > dilakukan, tapi tidak berhasil. Subyek tetap tidak menyadari
bahwa
> > dirinya bermasalah, dan.. significant others-nya juga tetap tidak
> > mendukung subyek untuk menyadari masalahnya. Padahal, dalam
> psikologi,
> > semua "remedy" itu asalnya dari diri sendiri dan/atau dukungan
> > lingkungan. Integrasi antara keduanya. Kalau subyek tidak
menyadari
> > dirinya bermasalah, apalagi lingkungan mendukung konsep diri
> seperti
> > itu, setahu saya pendekatan psikologi yang paling positif pun
tidak
> > akan membawa perubahan :) Kembali ke konsep Mamamia: mau pakai
> > pendekatan apa pun, kalau Ajeng, Fiersha, dll tidak menyadari
> dirinya
> > perlu menjadi lebih baik, tidak akan pernah berhasil mereka
> berubah :)
> >
> > Jadi.. kalau sekarang Bapak bertanya: "Boro-boro ini yang
dibahas,
> > malahan urusan dekon mendekon, lalu ngapain dilayani ?
> > Tapi kalau yang muncul menjadi seperti itu, lalu masyarakat
> bertanya
> > dan mempertanyakan apakah anaknya akan didorong untuk belajar
> > psikologi", maka jawaban saya adalah demikian:
> >
> > Jika masyarakat masih melihat psikologi seperti Bapak melihat
> > psikologi, maka besar kemungkinan anaknya tidak akan didorong
untuk
> > belajar psikologi. Tapi.. jika masyarakat melihat psikologi
sebagai
> > psikologi, maka mungkin justru mereka akan mendorong anaknya
> belajar
> > psikologi.
> >
> > Mohon maaf, Pak Jusuf, saya menghargai Anda sebagai orang yang
> lebih
> > tua dan jelas sangat pandai serta arif. Saya juga pernah
mendengar
> > Bapak diminta mengajar di beberapa fakultas psikologi (kalau saya
> > tidak salah). Namun, mengenai psikologi ini, saya merasa Anda
> > mencampuradukkan psikologi dengan entah apa. Di satu sisi, hal
ini
> > mungkin memperkaya psikologi. Saya yakin pendapat2 Bapak
memperkaya
> > mazhab psikologi positif. Namun.. di sisi lain, seperti dalam
kasus
> > yang lebih dekat dengan mazhab klasik, membuat Bapak alpa
melihat
> apa
> > yang sebenarnya sangat psikologis :)
> >
> > Semoga tidak menyingung Bapak, ini hanya sekedar pendapat
seorang
> awam
> > yang tak berilmu :)
> >
> > Salam,
> >
> >
> >
> >
> >
> > LAMPIRAN fakta "Swastinika" = "Maya Notodisurjo"
> > Subject: 2 - Data: Swastinika = Maya Notodisurjo
> > From: "Audifax"<audifacx@>
> > D/D/T: Tue Nov 28, 2006 8:58 am
> >
>
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/12867
> >
>
http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/12862
> > <audifacx@> wrote:
> >
> >
> > 2 Data Swastinika = Maya Notodisurjo
> >
> > Pembaca yang kebetulan menjadi member milis Psikologi
Transformatif
> > mungkin menyaksikan perdebatan antara saya dan seseorang dengan
ID:
> > Swastinika. Salah satu poin yang diperdebatkan di situ adalah
> mengenai
> > DATA vs INTERPRETASI. Saya selalu menunjukkan bahwa sejumlah
klaim
> > yang dikemukakan Swastinika adalah INTERPRETASI-nya semata,
> sebaliknya
> > Swastinika juga berkali-kali mendebat saya dengan mengatakan
bahwa
> apa
> > yang saya sebut sebagai DATA tak lebih dari INTERPRETASI saya.
> >
> > Walau ini hanyalah perdebatan antara Audifax dan Swastinika,
tetapi
> > saya tertarik untuk mengangkat sebagai satu bab pembahasan
> tersendiri,
> > karena perdebatan semacam itu bukan barang baru dalam ilmu
> > pengetahuan, setidaknya itu saya lihat dengan jelas di psikologi,
> > sebuah ranah ilmu yang selain bermain dengan DATA juga bermain
> dengan
> > INTERPRETASI. Maka dari itu, menjadi menarik bagi saya untuk
> > mengangkat dan menelaah lebih dalam polemik DATA vs INTERPRETASI
> > sehingga kita bisa belajar membedakan mana yang DATA dan mana
yang
> > INTERPRETASI.
> >
> > DATA secara umum bisa didefinisikan suatu hal yang kita ambil
pada
> > moment tertentu. Suatu yang terjadi di suatu tempat, di suatu
> waktu,
> > sehingga untuk verifikasinya bisa dirunut kembali sesuatu tempat,
> > waktu atau sumbernya. Dengan demikian, seberapa sesuatu memiliki
> > kemerujukan terhadap realitas itulah yang bisa disebut `Data'.
Hal
> ini
> > jelas tidak tampak pada klaim Swastinika berikut (tambahan bold
> dari
> > saya untuk memperjelas siapa/apa yang dirujuk oleh kata ganti
yang
> > digunakan dalam kalimat tersebut]:
> >
> > Well, let's say I know your (Audifax) story with those mailing
> lists
> > (Milis Psikologi Transformatif) ;) Anda dkk cukup terkenal, Audi-
> boy,
> > dan bukan karena skripsi Anda (Audifax) yg dibukukan itu ;)
> >
> > Pertama, sudah jelas bahwa SKRIPSI SAYA [AUDIFAX] TIDAK PERNAH
> > DIBUKUKAN. Jadi pernyataan "skripsi saya [Audifax] yang
dibukukan"
> itu
> > tak lebih dari interpretasi seenak udel dari Swastinika. Jika
yang
> > dimaksud adalah buku "Mite Harry Potter", maka makin jelas bahwa
> apa
> > yang disebut skripsi disitu adalah INTERPRETASI yang diletakkan
> secara
> > sembarangan. Siapapun boleh melakukan cross-check DATA yang saya
> > berikan, yaitu: SKRIPSI SAYA [AUDIFAX] TIDAK PERNAH DIBUKUKAN
> dengan
> > merujuk:
> >
> > 1. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya atau perpustakaan
> > Universitas Surabaya. Atau siapapun yang kebetulan tahu
skripsinya
> > Audifax. Dari sini, anda akan dapat DATA bahwa skripsinya Audifax
> > bukan "Mite Harry Potter" sebagaimana diterbitkan oleh Jalasutra
> > melainkan "Konsep Perilaku Profesional [Profesionalisme] pada
> Tenaga
> > Kreatif di Biro Iklan – Studi Eksplanatif berdasar Teori
Grounded
> pada
> > Biro Iklan Surabaya"
> > 2. Di-cross-check ke pihak penerbit Jalasutra, apakah memang
> > Audifax pernah mempublikasikan atau mengabarkan bahwa naskah yang
> > ditawarkan dan kemudian terbit adalah skripsinya. Anda bisa
> melakukan
> > e-mail pada: redaksi_bdg@
> > 3. Cross check ke toko buku, jika ditemukan bahwa "Konsep
> Perilaku
> > Profesional [Profesionalisme] pada Tenaga Kreatif di Biro Iklan –
> > Studi Eksplanatif berdasar Teori Grounded pada Biro Iklan
Surabaya"
> > karya Audifax ternyata sudah terbit dalam bentuk buku, maka
klaim
> saya
> > bahwa SKRIPSI SAYA [AUDIFAX] TIDAK PERNAH DIBUKUKAN otomatis
gugur.
> >
> > Di sinilah baru kita bisa bicara data, setelah melihat dan
> > kemerujukannya pada tempat, waktu, peristiwa tertentu yang bisa
> > diakses untuk verifikasinya. Dan siapapun yang mengakses, akan
> > mendapat hasil yang sama.
> >
> > Kedua, perkataan Swastinika berikut: "let's say I know your
> (Audifax)
> > story with those mailing lists (Milis Psikologi
Transformatif) ;)"
> > juga adalah interpretasi, karena saya ketika mendirikan milis
> > Psikologi Transformatif, sama sekali tidak pernah mengenal atau
ada
> > orang di sekeliling saya bernama Swastinika [atau Maya
> Notodisurjo].
> > Jadi perkataan "I know your story with those mailing list" itu
sama
> > sekali bukan data, melainkan kesoktahuan yang diwujudkan dalam
> > interpretasi. Mungkin Swastinika ini anggota PERKEMI, "Persatuan
> > Kemeruh Indonesia" [Kemeruh= basa Jawa untuk Sok Tahu].
> >
> > Jadi kesoktahuan ini jelas sama sekali bukan data..lha wong tidak
> > pernah ketemu dan Cuma modal nggosip kok berani-beraninya
bilang "I
> > know"? Apa bukan takabur dan seenak udel namanya? Apalagi
dikaitkan
> > dengan ide awal membentuk mailing list ini, bukankah ini Cuma
> bentuk
> > perilaku TAK TAHU MALU DARI SEORANG MAYA NOTODISURJO DI HADAPAN
> > REALITAS YANG SAMA SEKALI TAK DIKETAHUINYA?
> >
> > Pada titik ini, saya akan mengutip kembali apa yang ditulis Maya
> > ketika saya mengatakan bahwa dia "Sok Tahu":
> >
> > Ah.. sebuah tuduhan baru: sok tahu ;). Mungkin sebentar lagi TV
> bisa
> > bikin acara baru: Gemar Menuduh asuhan Audifax. Seperti acara
Gemar
> > Menggambar asuhan Pak Tino Sidin dulu ;)
> >
> > Dengan paparan saya di atas, jelas bukan sebuah tuduhan, tetapi
> > sesuatu yang berdasarkan data. Apalagi yang lebih tepat untuk
> > menggambarkan orang yang merasa tahu apa yang sebenarnya tidak
> > diketahuinya, selain "Sok Tahu"? Justru yang paling pas
diusulkan
> pada
> > stasiun televisi di sini adalah acara "Gemar Sok Tahu" asuhan
Maya
> > Notodisurjo, lulusan Psikologi Universitas Indonesia dan
Peneliti
> di
> > PROMPT Research.
> >
> > Lalu, mari di sini kita praktekkan langsung apa itu data dan
> bagaimana
> > mencari data yang benar. Bukan itu saja, pada latihan kali ini,
> saya
> > akan tunjukkan sebuah data yang bisa diverifikasi dan dirujuk
siapa
> > saja yang kebetulan tengah membaca tulisan ini secara online.
> >
> > Ketika saya menanyakan: "Anda sendiri masuk kategori yang
> mana? "Yang
> > pernah belajar psikologi" atau "Yang belum pernah belajar
> psikologi?"
> >
> > Swastinika tidak mau menjawab pertanyaan saya tersebut melainkan
> > menjawab demikian:
> >
> > Menurut Anda ;)? It's for you to judge ;)
> >
> > Mari kita ikuti langkah-langkah berikut untuk melihat siapa yang
> > terbiasa melakukan judge.
> >
> > Langkah 1
> > Swastinika pernah menulis dengan menyebut-nyebut PSIINDONESIA,
> > terutama ketika ia membandingkan bahwa di sana milisnya bersifat
> > tertutup. Maka saya meletakkan `hipotesa' bahwa swastinika adalah
> > member milis PSIINDONESIA. Saya berharap memeroleh sesuatu yang
> bisa
> > menghantar untuk memberi gambaran secara akurat [dalam bentuk
data]
> > mengenai Swastinika.
> >
> > Jika anda member PSIINDONESIA atau mempunyai akses ke milis
> tersebut
> > melalui e-mail teman, silahkan melakukan pencarian dengan kata
> kunci
> > "Swastinika" pada fasilitas search di milis PSIINDONESIA, di
sana
> anda
> > akan menemukan dua posting di link:
> > http://groups.yahoo.com/group/psiindonesia/message/3017 dan
> > http://groups.yahoo.com/group/psiindonesia/message/3665 inilah
> > lengkapnya tampilan hasil pencarian:
> >
> > 3665 Re: TtgRajudariNONPSIKOLOG
> > Kemarin Pak Wisnu menulis sebagai berikut: Message: 7 Date: Tue,
7
> Mar
> > 2006 14:02:04 +0700 From: "Wisnubroto" <wisnu@ Subject: Re:
> > TtgRajudariNONPSIKOLOG Hari ini ( 7 februari 2006 ) di Kompas ada
> > berita tentang Raju, dengan judul "Yang hilang mengenai ... Maya
> > Notodisurjo
> > mayanoto@
> > swastinika
> > Mar 7, 2006
> >
> > 8:01 pm 3017 RE: s.psi. jadi tukang tes
> > Mengenai S.Psi jadi tukang tes ini, saya punya "cerita" yg agak
> > mengkhawatirkan. Beberapa bulan lalu, sepupu saya, ibu dari
seorang
> > anak berusia 4 thn, menelepon saya dengan panik. Katanya, hasil
> > pemeriksaan tes psikologis anaknya menunjukkan gejala2 ... Maya
> > Notodisurjo
> > mayanoto@
> > swastinika
> > Oct 11, 2005
> > 12:08 am
> >
> > Baik pada tulisan yang mereply kasus Raju maupun S. Psi jadi
tukang
> > tes, di bagian bawahnya tertulis DATA sebagai berikut:
> >
> > Best Regards,
> > MAYA NOTODISURJO (Psi 91)
> >
> > "Maya Notodisurjo" <mayanoto@> swastinika
> >
> > Sampai di sini, saya sudah punya `Data' bahwa Swastinika adalah
> > termasuk golongan "Yang pernah belajar psikologi" dan itu bukan
> judge,
> > karena ditulis oleh Swastinika atau Maya Notodisurjo sendiri,
yaitu
> > "Psi 91".
> >
> > Tetapi apakah cukup `data' dari milis PSIINDONESIA saja? Tentu
> tidak.
> > Dalam mencari data kita harus melihat bahwa ada kemungkinan data
> itu
> > salah. Kemungkinannya di sini adalah Maya Notodisurjo yang
memakai
> ID
> > Swastinika di milis PSIINDONESIA berbeda dengan Swastinika yang
> tengah
> > berdebat dengan Audifax di milis Psikologi Transformatif, maka
saya
> > harus menguji data tersebut.
> >
> > Langkah ke 2
> > Saya cari di Google, setelah terlebih dulu men-setting pencarian
> hanya
> > dalam bahasa Indonesia. Pencarian dilakukan dengan menggunakan
> > pertama: hanya kata kunci "Swastinika", kedua: hanya kata
> kunci "Maya
> > Notodisurjo" dan ketiga: menggabungkan kata kunci "Swastinika"
dan
> > "Maya Notodisurjo". Ternyata di link:
> > http://groups.yahoo.com/group/kritik-iklan/message/23924 saya
> temukan:
> >
> > MAYA NOTODISURJO
> >
> > PROMPT Research
> >
> > Century Tower 5th Floor, # 501
> >
> > Jl. HR Rasuna Said Kav. X2 no. 4
> >
> > Jakarta 12950
> >
> > Pada blog dari Maya Notodisurjo [link:
> > http://smritacharita.blogspot.com/2006/11/siren-is-gold.html]
saya
> > temukan tulisan dari Maya Notodisurjo berjudul: "Siren is Gold"
> yang
> > menceritakan perdebatan di milis Psikologi Transformatif.
> >
> > Sampai pada langkah ini, barulah bisa dikatakan bahwa Data
> > "Swastinika=Maya Notodisurjo" telah ditriangulasi kebenarannya.
> >
> > Bahkan didapat data lain seperti:
> >
> > Maya Notodisurjo Graduated from University of Indonesia majoring
on
> > psychology in 1997. Her career in marketing research was started
at
> > DEKA Marketing Research right after her graduation. She left
DEKA
> to
> > joint NFO Consensus/ MBL in early 2001. She joins Prompt since
> early
> > 2002. Specialized in Qualitative Research, she has handled
> hundreds of
> > projects using both Focus Group Discussions and In-Depth
Interviews
> > for various products; consumer goods, advertising, cigarettes,
> > banking/insurance products, etc. She has a lot of experience with
> > motivational studies especially among mothers and kids research
> [link:
> > http://www.researchinfo.com/noindex/directory/details.cfm?
ID=1923 ]
> >
> > Di link: http://forum.researchinfo.com/member.php?u=734 terdapat
> data
> >
> > Date of Birth:June 18, 1972
> > Age:34
> > First Name:Maya
> > Last Name:Notodisurjo
> > Title:Research Manager
> > Company:PROMPT Research
> > Location:Jakarta, Indonesia
> > Research Role:Supplier Side
> > Gender:Female
> > Biography:
> > I start working in marketing research in July 1997, just a week
> after
> > my graduation from Faculty of Interests:
> > reading, philosophy, art
> >
> > di link: http://beta.blogger.com/profile/12852344001407144142
> terdapat
> > data:
> >
> > Age: 34 Gender: Female Astrological Sign: Gemini Zodiac Year: Rat
> > Industry: Marketing Occupation: Researcher Location: Jakarta :
> Indonesia
> >
> > Dari hasil pencarian masih bisa ditemukan beberapa blog dan
posting
> > pada milis, salah satu data lain yang bisa saya dapat adalah Maya
> > Notodisurjo memiliki putri bernama Swastinika Naima Moertadho,
yang
> > lahir di Jakarta tahun 1999. Jadi di sini kita juga bisa tahu
bahwa
> > `Swastinika' merujuk pada nama putri dari Maya Notodisurjo.
> >
> > Sampai di sini pembaca sudah bisa membedakan mana yang DATA dan
> mana
> > yang INTERPRETASI pada contoh yang saya tunjukkkan di atas. Jadi,
> > penilaian pada mana yang DATA dan INTERPRETASI saya serahkan
saja
> pada
> > pembaca.
> >
> > © Audifax – 28 November2006
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Be a Better Planet

Share with others

Help the Planet.

Y! Messenger

Instant smiles

Share photos while

you IM friends.

Yahoo! Groups

Endurance Zone

b/c every athlete

needs an edge.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: