Minggu, 28 Oktober 2007

[psikologi_transformatif] Re: MBK: Mungkinkah mengeliminasi pikiran sepenuhnya?

Dari: "yoko santoso" <marginalized_masta_mind@yahoo.co.id>

KRISHNAMURTI:

Mungkinkah mengeliminasi pikiran sepenuhnya?

Sekarang, pertanyaannya adalah: mungkinkah mengeliminasi pikiran
sepenuhnya? Dan siapakah entitas yang hendak mengeliminasi semua
pemikiran itu? Ia masih pikiran juga bukan? Saya sangsi apakah Anda
melihat fakta itu.

Meditasi Anda —apabila ada di antara kalian yang masih menyukai
yang seperti itu— adalah guna mengeliminasi pikiran. Akan tetapi
Anda sendiri tak pernah memeriksa siapakah sang eliminator itu,
siapakah yang berkata, "Saya tidak boleh berpikir" itu? Yang
berseru, "Astaga ... kalau saja saya tidak berpikir saya bisa
mendapat sesuatu!"

Dengan begitu pikiran memang diperlukan, pengetahuan dalam bidang-
bidang tertentu memang diperlukan; bila tidak, Anda tak bisa pulang
ke rumah, Anda tak bisa menulis surat-surat, Anda tak bisa berbicara
dalam bahasa Inggris dan seterusnya ...dan seterusnya ....

Jadi pikiran adalah alat dari keterpecahan kita. Dan untuk
mengamati itu, bukan berkata, "Bagaimana melenyapkan pikiran?",
melainkan mengamati fakta bahwa pikiran memang perlu di bidang-
bidang tertentu, dan pikiran di dunia psikologis mungkin tidak perlu
sama sekali. Dalam hubungan kita satu sama lain, jika pikiran
menjadi alat--yang begitulah keadaannya sekarang--maka pikiran itu
sendiri menjadi faktor pemisahan. Melihat itu saja, bukan memikirkan
apa yang harus dilakukan terhadap itu. Melihat bahaya dari hal ini,
maka Anda menjauhi bahaya itu. Seperti menghadapi bibir sebuah
jurang, seperti menghadapi seekor binatang yang berbahaya, Anda
lari. Begitu pula, pikiran berbahaya di dunia psikologis. Saya tidak
tahu apakah Anda melihat ini? Sekalipun [pikiran] diperlukan di
bidang-bidang tertentu. Maka jika Anda mengamati hal ini dengan amat
teliti, tanpa bias apa pun, maka pikiran mulai menyadari tempatnya
sendiri.

-----------------------------------
YOKO:

Saya pengin melihat dari perspektif lain.
1.Bila kita mengatakan "Saya tidak boleh berpikir" - memang itu
sendiri adalah sebuah thought; tetapi praktek meditasi tidak seperti
itu, praktek meditasi itu totally pasif, tidak ada komen sama
sekali, tidak ada suara didengungkan di dalam pikiran, yang ada
hanya pengamatan, pengamatan, dan pengamatan.

2.Bila ditanya siapa sang eliminator? Menurut saya tidak perlu
sebuah eliminator (sebuah entitas) untuk mengeliminasi pikiran,
karena ketika anda mencari pikiran saja pikiran sudah hilang
sendiri. Ketika anda ingin tahu apa yang anda pikirkan, maka yang
ada adalah kekosongan - pikiran (mind) macet dan thought ceases to
exist.Lalu apa yang tersisa? Kesadaran - dan kesadaran bukanlah
pikiran, karena kesadaran sifatnya statik, jernih, netral; pikiran
sifatnya temporer dan terus bergolak. Ketika kita mengamati pikiran,
pikiran akan hilang sendiri; ketika kita mengamati kesadaran,
kesadaran justru menguat (saya 'beriman' bahwa kesadaran punya
kapasitas untuk menengok dirinya sendiri).

3.'bila tidak, Anda tak bisa pulang ke rumah, Anda tak bisa menulis
surat-surat...' Saya tidak membantah sepenuhnya tetapi saya punya
dua komentar:
1)Ketika anda pulang ke rumah, apakah anda HARUS menggunakan
pikiran? Belum tentu, faktanya bila anda sedang ada masalah di
kantor, sepanjang perjalanan(atau setidaknya dalam mayoritas
perjalanan)anda tak henti2 menaruh pikiran anda di kantor, tidak di
jalan anda menuju rumah - toh anda tiba2 sampai rumah.Ini juga
berlaku sebaliknya(dari rumah ke kantor), dan berlaku utk seluruh
hidup sehari2 - indeed, kita menggunakan pikiran, tapi bila diamati
kebanyakan justru tidak untuk fungsinya.
2)Ya dicoba dululah(praktek meditatif sehari2nya).. Karena menurut
saya kesadaran itu punya kecerdasannya sendiri. Dan justru dengan
tidak memungut, nor menolak pikiran2 yg sliwer2 sepanjang hari -
pikiran kita malah lebih jernih dan bekerja jauh lebih efisien.

Salam,
Yoko

Btw(he he).. kalo nulis reply itu di atas atau di bawah sih?

=========================
HUDOYO:

(1 + 2) Perspektif "lain" Anda itu justru yang dimaksud oleh Krishnamurti dalam tulisan di atas.

>Kesadaran - dan kesadaran bukanlah
>pikiran, karena kesadaran sifatnya statik, jernih, netral
----------------
Ini tidak lain adalah kesimpulan pikiran juga, secara retrospektif terhadap pengalaman akan 'keadaan-sadar' (awareness). 'Kesadaran' ADALAH 'isi dari kesadaran' itu sendiri, 'kesdaran' tidak berbeda dari isinya. Tanpa 'isi kesadaran' orang tidak bisa "menyadari" 'kesadaran' itu sendiri. Dengan kata lain, apabila tidak ada pikiran dalam kesadaran, maka orang tidak bisa menyadari kesadaran itu sendiri secara AKTUAL. (Baru belakangan, secara retrospektif, orang bisa berpikir tentang 'kesadaran' itu sendiri.)

(3)
>1)Ketika anda pulang ke rumah, apakah anda HARUS menggunakan
>pikiran?
------------------
Tanpa pengetahuan/pikiran tentang mana jalan ke rumah--betapa pun singkat dan intermiten--orang tidak akan pernah sampai ke rumah.

Justru yang ditekankan oleh Krishnamurti adalah bahwa pikiran diperlukan untuk tindakan-tindakan yang bersifat teknik (pergi ke suatu tujuan, berpikir memecahkan suatu persoalan dsb), tapi kebanyakan orang membiarkan pikirannya melamun (juga dalam perjalanan ke rumah). Challenge K: "Bisakah pikiran ini berhenti, dan hanya bergerak bila dibutuhkan?"

>2)Ya dicoba dululah(praktek meditatif sehari2nya)..
-------------------
Anda menanggapi Krishnamurti? :-)

>Karena menurut saya kesadaran itu punya kecerdasannya sendiri.
-------------------
Lihat uraian saya tentang 'kesadaran' di atas: tidak ada 'kesadaran' yang berdiri sendiri, yang bebas dari isinya, 'kesadaran' tidak bisa dipisahkan dari 'isi kesadaran'.

Salam,
Hudoyo

>Btw(he he).. kalo nulis reply itu di atas atau di bawah sih?
---------------------
Menurut hemat saya, tergantung pada konteks dan tujuannya. Kalau itu reply dalam suatu komunikasi antara dua atau lebih pihak yang TELAH MENGIKUTI diskusinya dari sejak awal, misalnya dalam surat-menyurat kantor, maka biasanya reply diletakkan di atas, karena itulah yang paling penting bagi si penerima surat (mereka tidak perlu membaca kembali pembicaraan sebelumnya). Tapi dalam sebuah diskusi di sebuah milis terbuka, misalnya, di mana banyak pembaca tidak mengikuti diskusinya dari sejak awal, maka sebaiknya jalannya diskusi disajikan secara runtut dari atas ke bawah. Sekalipun tanggapan-tanggapan pendek (oneliners) biasanya langsung ditulis di atas artikel yang ditanggapi.

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Fitness Edge

A Yahoo! Group

about sharing fitness

and endurance goals.

HDTV Support

on Yahoo! Groups

Help with Samsung

HDTVs and devices

Yahoo! Groups

Wellness Spot

A resource for living

the Curves lifestyle.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: