Selasa, 13 November 2007

[psikologi_transformatif] Re: Ke-Kita-an

Mas Gotho,

Kalau mau diurut-urut, mungkin lebih tepat kumpulan "aku" jadi "kami", kumpulan "kami" jadi "kita". Dalam konteks Indonesia dan topik yang lagi hangat di milis ini, kumpulan "aku penganut agama tertentu" menjadi "kami penganut agama tertentu". Kumpulan "kami penganut agama tertentu" menjadi "kita para penganut agama". Menurut interpretasi saya, kurang lebih gambarannya begitu. :)

salam,
harez



--- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "gotholoco" <gotholoco@...> wrote:
>
> jadi beda "kita" dan "kami" adalah :
> "kita" ('aku') tak ada beda satu dengan yang laen.
> "kami" ('kita') tak ada beda sesama 'kita'
> apakah kumpulan 'aku' jadi 'kita', kumpulan 'kita' jadi 'kami'?
>
> ataukah kami itu mengandung rasa memiliki("belongines");
> sedangkan kita itu "tidak" mengandung rasa memiliki?
>
> Salam
>
> --- In psikologi_transformatif@yahoogroups.com, "wolikertajiwa"
> wolikertajiwa@ wrote:
> >
> > "Kalau mau maju, kita harus meningkatkan ke-"kita"-an daripada ke-
> > "kami"-an dalam bermasyarakat. Sikap yang positif bagi masyarakat
> > (masyarakat Indonesia) dewasa ini adalah sikap yang inklusif.
> > Artinya, menginginkan kebersamaan, meskipun mengakui adanya perbedaan.
> > Sikap itu akan melahirkan masyarakat yang berjuang bahu-membahu
> > mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan bersama. Karakter inklusif
> > tersebut juga bisa menghasilkan toleransi. Yakni, mengetahui,
> > memahami, serta menghayati perbedaan di antara sesama kita. Bagi
> > sebuah bangsa yang demikian majemuk seperti Indonesia, sifat inklusif
> > menjadi keniscayaan.
> > Sebaliknya, yang dihindari adalah sikap eksklusif yang hanya
> > menonjolkan rasa ke-"kami"-an. Hal itu akan menjadikan bangsa ini
> > terkotak-kotak menurut golongan, partai, etnis, dan agama. Masing-
> > masing mementingkan kelompoknya. Dengan titik tolak demikian, tulisan
> > ini memberikan contoh-contoh yang pernah terjadi dari masa ke masa."
> > (Asvi Warman Adam,Jawa Pos 13 Januari 2004).
> >
> > WK :
> > Thesis Fuad Hassan sekitar 40 tahun lalu yang kurang/lebih
> > berjudul "Kita dan Kami, an analysis fo two basic modern togetherness"
> > masih punya greget dan relevansi.
> > Banyak sekali Pe-er dan tanda tanya pada bangsa ini :
> > - apakah dalam pilkada ada rasa kekitaan diantara kubu-kubu ?
> > - apakah dalam DPR ada rasa kekitaan, diluar yang sifatnya benefit ?
> > - bagaimana merumuskan kekitaan antar golongan, partai, etnis, dan
> > agama serta aliran-aliran ?
> > - Bagaimana kekitaan bangsa Indonesia dengan Malaysia. ASEAN, dengan
> > bangsa-bangsa seluruh dunia ?
> > - Apakah Kabinet Indonesia Bersatu menunjukkan kekitaan yang sehat ?
> > - Apakah produsen, pemasok dan distributor mempraktekkan kekitaan
> > seperti di Jepang ?
> >
> > Inklusif tentu ada batasnya. Ekslusif bisa jadi tidak bermasalah,
> > sepanjang tidak ada paranoia, kebencian dan permusuhan. Setiap
> > kelompok yang sehat bisa exercise perumusan kekitaan dengan kelompok
> > lain.
> >
>

__._,_.___
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Kickstart

Sign up today!

Your school could

win a $25K donation.

Y! Messenger

Quick file sharing

Send up to 1GB of

files in an IM.

Popular Y! Groups

Is your group one?

Check it out and

see.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: